Ayah Super Sibuk

Ayah lagi sibuk”, “Ayah capek ”,” Jangan ganggu Ayah lagi kerja” begitulah jawaban-jawaban yang selalu diberikan Ayah kepada Alif (5 tahun), jika Alif mengajaknya bermain bola. Kini, Alif tidak pernah lagi mengajak ayahnya bermain bola, karena ayahnya selalu menolak,dan berakhir kekecewaan pada Alief. Alief kemudian memilih bermain Playstation di kamarnya. Sang Ayahpun bersyukur, Alief tak lagi mengganggunya…

Menyedihkan, tapi nyata. Saya yakin, banyak Alif Alif lain,anak-anak yang memiliki ayah super sibuk, yang tidak lagi memberikan waktu untuk anaknya. Dengan alasan ‘Saya bekerja mencari uang’, para ayah terlupa kalau anak butuh perhatian ayah, anak butuh berkomunikasi dengan ayah, anak butuh kasih sayang seorang ayah…

Saya merasa beruntung dan bersyukur, sebab ayah saya masih memberikan waktunya untuk kami, empat anaknya. Maghrib adalah waktu spesial kami bersama ayah. Ketika azan maghrib berkumandang, televisi dimatikan, dan tidak ada aktifitas lain kecuali sholat berjamaah bersama ayah. Seusai sholat, kami anak-anaknya bergantian maju mencium tangan ayah, dan ayah akan berdoa untuk kami. Doa yang tulus terucap dari hatinya, harapan seorang ayah kepada anaknya…” Ayah doakan, kamu jadi anak solehah, pintar, berbakti kepada Ayah Ibu, memperoleh kebahagiaan, di dunia dan di akhirat nanti…” Doa yang begitu indah, doa yang terus melekat kuat di hati ini…

Kemudian ayah akan memberikan kultum kepada kami. Berisi nasihat seperti jangan melalaikan sholat yang lima waktu, pentingnya saling menyayangi diantara saudara, atau kadang berisi ungkapan rasa syukur ketika keluarga kami diberi rizki lebih oleh Allah.
Usai kultum kami duduk di meja makan untuk belajar. Mengerjakan tugas sekolah, dibimbing oleh ayah. Ayah akan memeriksa tugas sekolah kami, ia juga mengajarkan kami materi pelajaran selanjutnya. Untuk memastikan kami paham pelajaran yang diajarkannya, tak lupa ayah memberi kami pe er yang akan diperiksanya esok hari sepulang kantor.

Kebersamaan bersama ayah yang paling membahagiakan adalah kala sore hari. Setelah cantik dan harum sehabis mandi, kami semua menanti ayah pulang kantor. Bila dari luar rumah terdengar suara derum motor, kami berlarian menghambur keluar, minta dibonceng ayah. Biasanya ayah dengan senanghatimembonceng kami mengelilingi kompleks rumah. Bergiliran tentunya, kamipun menanti giliran dibonceng ayahdengan hati riang.Kebahagiaan masa kecil, sungguh terasa indah bila dikenang…

Rasulullah Saw bersabda “Yang terbaik diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan Aku adalah yang terbaik kepada keluargaku diantaramu.” (HR. Tirmidzi).

Mari kita tengok kehidupan Rasulullah saw sebagai seorang ayah… Rasulullah dikenal sebagai ayah yang penuh perhatian dan kasih sayang. Fathimah, putri Rasulullah dibesarkan oleh beliau dengan penuh kasih sayang. Rasulullah sangat bangga dengan putri kecilnya, beliau berkata “Siapa yang mengenal anak ini, maka dia telah mengenalnya, Siapa yang belum mengenal anak ini, maka ketahuilah dialah Fathimah putriku, Dia belahan jiwa, hati dan ruhku. Siapa menyakitinya berarti telah menyakitiku. Siapa menyakiti Aku dia telah menyakiti Allah. “

Perhatian Rasulullah tetap tercurah kepada anak-anaknya meskipun mereka telah dewasa. Ketika Rasulullah hendak berangkat Perang Badar, beliau berpesan kepada Usman bin Afan untuk tidak ikut berperang, Rasulullah meminta Usman menjaga istrinya, Ruqayyah (putri Rasulullah) yang sedang sakit. Ruqayyah akhirnya meninggal dunia. Ketika kembali dari Perang Badar, yang pertama kali beliau lakukan adalah mengunjungi pusara Ruqayyah bersama Fathimah.

Rasulullah bukan saja ayah teladan, beliau juga seorang kakek penyayang. Rasulullah selalu menunjukkan rasa cintanya kepada cucunya, Hasan dan Husein. Usamah bin Zaid menceritakan satu kisah teladan Rasulullah. Suatu hari dia pergi ke rumah Rasulullah, Rasulullah membuka pintu dan ia melihat sesuatu bergerak-gerak dibalik jubah panjang nabi,dan beliau bersusah payah memegangnya, Usamah kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang Engkau pegang itu?" Dengan wajah cerah Nabi membuka jubahnya dan terlihat kedua cucunya tertawa. Beliau mengatakan bahwa kedua cucunya terbiasa bermain bersamanya, dan berkata, “Inilah kedua putraku, putra anakku Fathimah.”

Para Ayah sering berkilah kalau mereka sangat sibuk, tapi bagaimana bila kita bandingkan dengan kesibukan Rasulullah?
Rasulullah Saw seorang pemimpin umat, penerima ribuan wahyu, mengajarkan sendiri setiap wahyu yang diterimanya, Rasulullah seorang komandan perang, 19 Perang besar dan puluhan ekspedisi militer dipimpinnya, Rasulullah imam setiap shalat di Masjid Nabawi, dan shalat tahjud pun tak pernah ditinggalkannya. Subhanallah!

Ayah.. masihkah kita katakan kita terlalu sibuk? Sementara Rasulullah telah memberikan teladan kepada kita bagamana beliau memberikan perhatiannya kepada keluarga di tengah kesibukannya yang luar biasa…

Memang benar Ayah…kita perlu uang. Namun, begitu banyak kebahagiaan lain yang bisa kita berikan kepada anak kita, bukan dengan uang.

Ayah… Anak-anak butuh sedikit waktu dari Ayah untuk menemani mereka bermain, untuk bercerita kepada mereka, untuk mendapat pelukan seorang ayah…

Ayah… anak-anak butuh cinta.