Aku Sayang Ibu Mertua

Ibu mertua. Sosok yang begitu ditakuti oleh kaum wanita. Ya, di mata kita ibu mertua seakan memiliki sifat kejam, tak berperasaan, selalu ingin berkuasa, dst… Lihatlah betapa banyak cerita-cerita dongeng dan sinetron yang menggambarkan betapa kejamnya seorang ibu mertua. Ibu mertua seringkali menjadi tokoh antagonis, bahkan digambarkan sebagai penyebab perceraian rumah tangga anaknya! Tak mengherankan, kita menjadi sedemikian takutnya akan ibu mertua. Image buruk ibu mertua begitu kuat tertanam di pikiran kita, sehingga kemudian kita bersikap antipati terhadap ibu mertua.

Dulu, sebelum menikah , saya pernah berbincang dengan seorang teman mengenai kriteria suami idaman. Jawaban teman saya mengenai suami idaman ternyata sungguh di luar dugaan saya. Kriteria suami idamannya ternyata adalah laki-laki yang ibunya sudah tiada! “Kalau perlu, saya akan mencari calon suami di panti asuhan”, seloroh teman saya lagi.

Pernah saya membaca sebuah pertanyaan Siapakah wanita yang paling beruntung di dunia? Jawabannya adalah Siti Hawa! Siti Hawa paling beruntung karena Nabi Adam AS tidak memiliki ibu!

Dan tahukah Anda, ada sebuah tanaman yang bernama Lidah Mertua? Tumbuhan itu diberi nama Lidah Mertua, karena bentuk daunnya yang runcing dan tajam seperti "tajamnya" lidah ibu mertua!

Hmmm… betapa mengerikannya punya ibu mertua, pikir saya waktu itu. Saya hanya bisa berdoa semoga kelak saya memiliki ibu mertua yang baik hati, dan sayang pada saya.

Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena ternyata sosok ibu mertua yang kejam tidak saya temui pada diri mamih, ibu mertua saya. Sebaliknya mamih adalah ibu mertua yang ramah, bijak, dan penyayang. Ditambah lagi mamih adalah teman ngobrol yang mengasyikkan! Hubungan kami terasa dekat dan harmonis. Mamih, orang yang paling perhatian dengan keluarga kecil kami, apalagi dengan cucu-cucunya yang sangat dicintainya.

Sampai sekarang saya sering menerima curhat teman yang bercerita betapa tidak harmonisnya hubungan mereka dengan ibu mertua. Teman-teman saya selalu merasa dizalimi oleh sang ibu mertua. Belum lama ini ada curhat yang sungguh membuat saya tercengang, teman saya mengancam suaminya kalau dirinya tidak akan pulang ke rumah, selama sang ibu mertua masih tinggal di rumahnya! Astaghfirullah…

Satu yang ada di pikiran saya saat mendengar curhatnya, kalau ibu mertuanya berbuat salah, mengapa ia tidak memaafkannya? Dengan memaafkan insya Allah hati kita akan tenang dan tentram, terbebas dari amarah, rasa benci, dan juga dengki. Dengan hati yang tenang, kita pasti bisa berpikir lebih jernih… Bukan saya membela ibu mertua, saya sangat mengerti bagaimana perasaan para menantu. Tapi alangkah baiknya bila kita sebagai menantu melakukan introspeksi diri, karena kita, manusia,tentu tidak lepas dari salah dan khilaf.

Saran saya pertama-tama, buang jauh-jauh image buruk ibu mertua yang ada di pikiran kita. Berprasangka baiklah kepada ibu mertua. Mungkin selama ini maksud ibu mertua sangat baik, hanya caranya saja yang kurang cocok dengan cara kita. Bukan berarti tidak bisa dibicarakan kan?

Anggaplah ibu mertua sebagai ibu kita sendiri, dengan selalu berakhlak baik padanya. Jangan pernah menyakiti hatinya, baik dengan kata-kata maupun dengan sikap dan perbuatan.

Jangan sampai suami durhaka kepada ibunya karena kita! Nauzubillah minzaliik…Sebaliknya dorong suami untuk terus berbakti kepada kedua orangtuanya. Saya bayangkan betapa sulitnya posisi suami bila harus memilih antara dua wanita yang sangat dicintainya, antara ibu dengan istrinya. Hati suami pun pasti akan sedih luar biasa…

Jalinlah selalu komunikasi dengan ibu mertua. Dengan komunikasi yang baik, insya Allah hubungan mertua-menantu akan harmonis. Kalau saya pribadi melakukan pendekatan ke ibu mertua antara lain dengan mengajak beliau sholat berjamaah. Selesai sholat, saya cium tangan beliau sambil meminta maaf padanya. Alhamdulillah nikmat sekali rasanya, hati kami pun semakin terpaut dengan cinta…

Last but not least, sayangi ibu mertua sepenuh hati kita. Bukankah Rasulullah Saw pernah bersabda, Siapa yang tidak menyayangi tidak akan disayangi? Yuk, mulai sekarang katakan “Aku sayang Ibu mertua!”