Siapkah Kita Bila “Undangan” Itu Datang?
Saat kuterima telepon dari kakakku yang ketiga betapa petir itu menerpaku disiang bolong, tidak pernah kusangka apa yang akan terjadi. Kakak kandungku yang sulung telah diundang Allah untuk menghadapNya. Rasa sedih saat itu belum ada, yang ada rasa tidak percaya akan apa yang telah terjadi. Baru aku sadar saat aku harus menghubuni saudaraku yang lain yang tinggal satu kota denganku, tak bisa kutahan tangis dan jeritan karena ternyata aku telah kehilangan satu lagi bagian dalam hidupku.
Innalillahi wa innalillahi roji’un, betapa Allah sebenarnya sangat mencintainya, cintaiku dan keluargaku. Dia kakak laki-laki sulungku, dia bagaikan sosok pengganti bapakku yang telah meninggal saat umurku baru menginjak tiga tahun. Dialah yang selama ini ikut membantu untuk mencari nafkah, karena kami ada lima bersaudara dan ibu hanya mengandalkan uang pensiun juga hasil dari jualan nasi dan kue.
Kalau aku sadari saat itu aku belum bisa memberikan apa-apa untuk tanda terima kasih atas segala yang telah diberikannya untuk kami adik-adiknya. Hanya doa yang mampu aku panjatkan semoga Allah ampuni dosanya dan terima segala amal baiknya juga semoga Allah berikan tempat yang terbaik disisiNya.
Saat bapakku meninggal, dialah yang merasa sangat terpukul karena dia merasa anak yang paling tua yang seharusnya bisa ikut membantu segala masalah dalam keluarga. Saat itu banyak harta peninggalan bapak yang tidak sampai kepada ahli waris yang sebenarnya. Banyak keluarga bapak yang berebut untuk memilikinya sehingga kami hanya punya hak rumah kami saja, alhamdulillah dahulu bapak memang pekerja keras. Mungkin dengan cita-cita ingin agar anak-anaknya nanti tidak terlantar. Tapi Allah punya cara lain untuk setiap insan dalam menjalani kehidupannya.
Akhirnya apa yang dilakukan kakakku saat itu sangat melenceng dari agama, dia terbawa pergaulan yang tidak baik. Konsumsi obat-obatan juga minuman beralkohol itu sudah menjadi kebiasaannya. Astaghfirullah’adzim…kami hanya bisa mengingatkan saja karena yang memiliki hati itu adalah Allah.
Dia mencari nafkah halal insyaAllah, dari hasil reparasi motor dan juga kadang ada panggilan untuk jadi sopir pribadi. Dari situlah dia bantu untuk biayai kami.
Keputusanku untuk meninggalkan kampung untuk merantau, itu juga salah satu sebab agar dia kakaku dapat berubah lebih baik. Saat itu keluargaku tinggal di Kalimantan dan saya dirumah sendiri kadang kakakku yang sulung ini datang sebentar mengunjungi. Karena saat kutahu dia kerja di pertambangan batu bara yang ada di Kalimantan, ada cahaya di wajahnya. Ternyata dia ikut bosnya sholat dan puasa di sana. Alhamdulillah semoa itu awal yang baik untuknya. Sebenarnya keputusanku itu bukan hal yang mudah untuk kulakukan, karena aku sendiri sebenarnya juga punya rencana untuk kerja dan sekolah lagi dikota kelahiranku itu.
Allah punya rencana yang lebih baik saat itu. Bismillah…aku niatkan untuk jihad fisabilillah, dengan harapan semoga Allah berikan jalan yang terbaik untukku dan keluargaku. Ternyata janji Allah itu benar, Allah akan memberi kemudahan bagi hambaNya yang berjihad dijalanNYa.
“ Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhoan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkankepada meraka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya AQllah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat kebaikan. ”(QS. Al-Ankabut:69)
Berharap semoga itu yang terbaik dari Allah. Tiada harapan lain semoga bukan hanya kakakku yang bisa lebih baik tapi juga untuk memperbaiki diri sendiri yang juga memiliki banyak kekurangan.
Alhamdulillah saat itu yang aku dengar kakakku semakin baik, apalagi yang terakhir dia lakukan adalah menyumbangkan hasil kerjanya untuk jalan-jalan umum, untuk orang-orang yang membutuhkan juga untuk ikut membangun dan memperbaiki rumah-rumah Allah. Sampai akhirnya yang aku dengar, dia telah memiliki calon isteri yang akan dinikahi rencananya tiga bulan lagi sekitar bulan mei. Padahal setiap calon yang ditawarkan selama ini gak ada yang buatnya berkenan untuk kejenjang pernikahan.
“taubat itu wajib bagi seseorang. Tapi lebih wajib lagi baginya untuk meninggalkan dosa. Perjalanan waktu ini sangat mengherankan, tapi lebih mengherankan lagi kelalaian manusia terhadap waktu. Sabar dalam menghadapi musibah itu sulit tapi hilangnya kesabaran itu lebih sulit lagi akibatnya. Semua yang bisa dicapai itu dekat, tapi kematian lebih dekat lagi dari semuanya”(Ali bin Abi Thalib)
Tapi…apa yang terjadi mungkin inilah yang terbaik dari Allah untuknya. Tanggal enam februari dia hembuskan nafas terakhirnya. Setelah dia selesai melakukan sholat dhuhur meski itu dilakukan dengan isyarat. Karena dia sakit malaria dan sudah stadium tinggi.
Betapa Allah mengaturnya dengan indah. Saat harta itu kita anggap mampu untuk menikah, saat peluang itu ada tapi bila Allah ingin bertemu dengan kita apalagi yang akan kita lakukan? Menolaknya? Sembunyi? Atau minta diundur? Semua itu tak mungkin bisa merubah takdirNya.
Ya Allah siapkah nanti bila undang itu datang padaku?
Apa yang akan aku tunjukkan padaMu?
Hidup hanyalah kesempatan untuk memilih. Segalanya bergulir dan digilirkan. Semua fana. Semua pasti berhenti dan berakhir. Ketika itulah kehidupan dunia akan digantikan dengan kehidupan akhirat. Dan saat itulah dinamika dan gerak hidup berakhir. Rasulullah dalam hadits shahih menyebutkan, ” orang yang cerdas itu adalah orang yang mengendalikan dirinya dan mempersiapkan hidup setelah mati. ”
Hidup ini pasti berakhir. Sepanjang apapun masa lalu kita. Dalam sisa umur yang entah masih berapa, tiada yang lebih indah selain merasakan manisnya iman. Dalam paduan rasa syukur dan permohonan ampun padaNnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kesuksesan hidup itu karena adanya perpaduan dalam pengharapan kebahagiaan akhirat secara tulus, kuat. Sepertii prinsip hidup ‘berawal dari akhirat’. Artinya awali dalam niat, dalam setiap langkah dan gerak, juga dalam detik-detik penutupan hidup. Dengan prinsip itulah yang bisa menjadikan seorang mukmin akan tampil dalam puncak keshalihannya: shalih dunia dan shalih akhirat.
Kita tidak boleh putus asa dari rahmat Allah. Setiap kali pagi datang, hal yang pertama kita pancangkan adalah deklarasi kebaikan. Bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Maka tidak ada kata yang lebih baik dari BERSEMANGATLAH!!! Ya. Kita harus bangun dan bergegas, dan bersegera membayar kesalahan-kesalahan dengan amal kebaikan.
Hidup ini adalah sebuah perjalanan yang panjang dan berliku. Tempat setiap orang menggantungkan harapannya. Kesenangan dan keinginan hidup itu adalah fitrah. Tetapi pada kenyataannya, banyak keinginan yang melampaui batas kebolehannya. Yang lebih menakutkan lagi, banyak yang melanggar dari batas kehalalannya.
Hari kemarin tidak dapat diulang lagi,
Hari esok masih ada dalam mimpi,
Dan hari inilah kesempatan kita perbaiki diri