Mengapa harus siap kecewa? Ini dunia bung , bukan Syurga! ini prinsip yang harus dipegang dalam menjalani hidup dan kehidupan di manapun berada, karena hampir setiap aspek kehidupan di manapun, adanya sering terjadi kesewenang- wenangan, penipuan, pencurian, ugal-ugalan, sembrono, mafia, keculasan, isu-isu, kedzoliman, pemerasan, pengrusakan, serba halal, kegilaan dan sebagainya.
Untuk menghadapi itu semuanya dibutuhkan ikhlas dan sabar serta berserah diri kepada Allah SWT adalah kuncinya. Insya Allah kau tidak akan stress. Ah… omong kosong! Mungkin ada yang membantah demikian, terutama bagi orang yang tak meyakinkan kebaradaan Tuhan, atau orang yang punya prinsip asal baik kepada manusia sudah beres, soal kepada Tuhan itu urusan masing-masing.
Ini yang selalu “dijejali” orang-orang yang berpaham liberal di dunia Barat, urusan agama atau yang berhubungan dengan Tuhan dipisahkan jauh-jauh dengan orang banyak, urusan dengan Tuhan, katanya, urusan masing-masing individu, tapi ketika ada bencana alam dan lain sebagainya, mereka teriak-teriak minta pertolongan Tuhan!
Tak ada kamus dalam diri mereka kata pasrah atau ikhlas pada setiap ketentuan Tuhan, bahkan, sedapat mungkin apapun yang berurusan dengan namanya agama dihilangkan! Dan itu memang-cita-cita mereka yang terus menerus mendesak agar di seluruh dunia, yang namanya agama mau dihilangkan dalam identitas kehidupan manusia secara pribadi.
Hal tersebut sudah berhasil, di Paspor contohnya, tak ada kata agama di sana, dan itu sudah pernah mau di coba untuk dihilangkan di KTP Indonesia! Bahkan bukan hanya itu, kementerian agama yang sudah ada di Indonesia sejak lama, juga berusaha untuk dihilangkan. Alasannya sederhana, katanya, di kementerian agama “sarangnya koruptor”.
Jadi ibarat banyak “tikus” di kementerian agama, kementerian tersebut mau dihilangkan! Jadi bukan “tikus”nya ditangkapin, tapi “lumbungnya” mau dibakar, diberangus, untungnya tidak jadi. Memang sih bukan jaminan adanya agama dalam KTP menjamin seseorang untuk bertindak sesuai dengan agama yang dianutnya, bisa saja namanya tercantum agama tertentu, tapi perbuatannya sangat jauh dari nilai-nilai agama tersebut.
Bahkan banyak yang memakai nama Nabi, tapi tindakannya korupsi, lupa bahwa sang koruptor itu membawa-bawa nama orang yang mulia, orang yang disucikan, bahkan kekasih Allah! Jadi sangat jauh dari nama yang disandangnya. Apalah arti sebuah nama? Tapi jangan lupa, orang dipanggil karena namanya, orang diabsen karena namanya, orang punya identitas diri juga karena ada namanya.
Kita kembali kepasrahan dalam hidup, atau ikhlas menjalani kehidupan apapun yang terjadi, tentu setelah ikhtiar dan berusaha sekuat tenaga untuk menggapai apa-apa yang dicita-citakan, jikapun gagal, ya itu tadi, siap kecewa, siap pada kenyataan hidup, realita kehidupan, yang memang tidak selamanya manis, tidak selamanya enak, tidak selamanya menyenangkan dan lain sebagainya.
Kerendahan hati
Adalah ketenangan yang sempurna
Yang tidak pernah merasa dilukai atau disakiti atau dikecewakan
Yang tidak mengharap suatu apapun
Tidak heran terhadap apapun yang terjadi atas dirinya
Yang selalu tenang
Meski tidak seorangpun memuji atau meski di fitnah
Dan dihina sekalipun.
Dalam hidup
Antara harapan dan kenyataan
Seringkali berbeda
Antara teori dan praktek jauh bedanya
Antara cita-cita dan fakta seringkali meleset
Pada saat itulah sikap siap untuk kecewa diperlukan
Agar pada saat benar-benar gagal, patah, putus, batal dan sebagainya
Benar-benar siap
Tidak menimbulkan goncangan jiwa.
Di atas itu semua
Allah SWT segala-galanya
Karena Dialah Yang Maha Pengatur Atas segala urusan.
Masihkah tidak menerima kenyatan hidup, yang memang sering tidak sejalan dengan keinginan diri? Atau merasa tetap menderita, padahal pekerjaan sudah di tangan, di kantor yang berAC atau sudah nyaman bila dilihat dari sisi orang lain yang berada “di bawahnya”. Kalau saja merasa menderita atau tak merasa bahagia, bagaimana dengan orang-orang yang sedang dilanda peperangan, di musim dingin lagi.
Sekarang coba lihat atau bayangkan para petugas pengeruk salju di musim dingin di Moskow, berjam-jam mereka di luar rumah mengeruk salju, perempuan lagi. Di tengah-tengah salju dan suhu udara yang sangat dingin, suhu minus bisa sampai 30 derajat C. Coba bayangkan, kau yang berada di kamar atau di dalam rumah saja merasa kedinginan, nah mereka berjam-jam di luar rumah, sambil kerja, di tengah- tengah hujan salju mereka tetap bekerja. Kadang-kadang di pagi-pagi buta mereka sudah mengeruk salju, sementara orang lain sedang terbui oleh mimpi-mimpi yang indah, nah lebih menderitakah kau di banding mereka ?
Masihkah kau merasa lebih menderita? Coba lagi, kau lihat orang-orang yang dilanda kelaparan, karena kekeringan, makan saja susah, mencari sesuap dua suap nasi saja susahnya minta ampun, loh kau itu seringkali bahkan kekenyangan. Nah masihkah kau merasa menderita ? Padahal karunia Allah SWT begitu banyak telah kamu terima, hingga kau tak mampu menghitungnya. Masihkah kau kecewa menghadapi hidup ini? Jika masih, terlalu!
Moskow, 21 Mei 2013.