“Orang-orang yang beriman dengan adanya kehidupan akhirat, tentu beriman kepadanya (Al Qur’an) dan mereka selalu memelihara shalatnya.” (QS Al An’am 92)
” Dan dirikanlah shalat; sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Ankabut 45).
Umumnya dalam memahami ayat tersebut adalah jika kita mampu mendirikan shalat dengan baik dan benar, maka shalatnya tersebut akan mempengaruhi jiwa dan perilaku kita sehingga mampu mencegah segala perkataan dan perbuatan kita yang keji dan mungkar. Namun sebenarnya dibalik itu, shalat bukan hanya mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar pada pelakunya saja, tetapi juga pada yang diluar pelakunya.
Dalam kisah orang-orang zuhud diceritakan ada seorang saudagar zahid, seperti biasanya dia melakukan perniagaan ke berbagai tempat. Suatu waktu, dia dihadang oleh perampok, seluruh harta perniagaannya dirampok dan dia sendiri akan dibunuhnya. Dalam keadaan yang kritis, saudagar zahid tersebut tetap tenang dan berkata :” Aku sama sekali tidak keberatan semua harta dan nyawaku kalian ambil, karena sesungguhnya semua itu bukan milikku tapi milik Allah. Oleh karena itu, izinkan aku untuk menghadapNya terlebih dahulu sebelum kalian membunuhku.”
Akhirnya permintaan saudagar itu dikabulkan oleh para perampok, kemudian saudagar itu setelah bersuci, dia shalat. Ketika saudagar itu mengakhiri shalat dengan salam ke kanan dan ke kiri, tampak seperti ada suatu keanehan yang terjadi pada para perampok itu, mereka terkulai lemas hingga tak mampu lagi untuk mengangkat pedangnya masing-masing, dan akhirnya mereka meminta ampun pada saudagar tersebut, sehingga selamatlah saudagar zahid beserta harta perniagaannya.
Ada pengalaman pribadi yang kejadiannya 16 hari yang lalu, ketika saya dan keluarga melakukan suatu perjalanan ke timur Jawa. Selepas shalat di sebuah masjid yang cukup megah di tepi jalan antara Pasuruan dan Situbondo, kami melanjutkan perjalanan ke arah Situbondo dan di tempat yang cukup sepi sebelum masuk Paiton, ketika sedang menyalip sebuah mobil kijang “kotak” yang ditumpangi lima laki-laki (uneducated peoples), dalam posisi sejajar tiba-tiba mobil tadi seperti disengaja diserempetkan ke mobil kami sampai terdengar suara benturan yang cukup keras . Alhamdulillah kami selamat tapi justru mobil mereka yang nyaris celaka.
Setelah mobil dihentikan, dengan ucapan “bismika tawakaltu ala Allah (dengan menyebut asmaMu aku bertawakal hanya kepada Allah)” saya datangi mereka. Pada awalnya mereka menampakkan wajah tidak ramah dan berkata dengan nada tinggi, namun dengan tenang saya hadapi mereka dan berkata dengan tanpa emosi dan suara lembut . Tetapi kemudian terjadi keanehan, tiba-tiba mereka berubah lebih ramah dan minta maaf serta mendo’akan kami agar selamat sampai tujuan, dan saya tidak memperpanjang persoalan karena tak ada gunanya menuntut mereka untuk memperbaiki mobilku yang agak penyok-penyok.
Dari kedua cerita diatas, benarlah firman Allah dalam surat Al Ankabut 45 bahwa shalat mencegah (perbuatan) keji dan mungkar baik pada yang melakukannya maupun pada orang lain. Hal ini bukan saja hanya terjadi terhadap manusia yang notabene memiliki hati-nurani, tetapi juga terhadap makhluk lainnya seperti binatang buas, sebagaimana yang pernah saya alami beberapa tahun lalu.
Pada suatu malam selepas shalat malam menjelang subuh, saya hendak pergi ke mesjid, namun baru beberapa langkah setelah menutup pintu pagar, dari kegelapan dan berjarak tertentu seekor anjing hitam dan galak akan menyerang saya. Setelah menghentikan langkah saya dan mengucapkan “bismika tawakaltu ala Allah” bersambung dengan ayat kursi, ada sesuatu keanehan yang terjadi.
Dalam jarak kurang dari satu meter dari saya berdiri, anjing yang hendak menerkam dengan garang itu, tiba-tiba berubah perilakunya seperti ketakutan dan menyembah saya. Dengan demikian untuk menjaga diri kita, sebenarnya kita tidak perlu belajar ilmu-ilmu kesaktian, yang salah-salah kita bisa menjadi sesat/syirik, tetapi dekatkanlah diri kita kepada Allah dengan jalan melaksanakan segala perintahNya khususnya shalat serta menjauhi segala apa yang dibenci dan dilarangNya. Insya Allah, Dia akan bersama kita, innallaha ma’ana!!
Hadits qudsi yang bersumber dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda : Allah berfirman :”Aku berada dalan zhan (persepsi) hambaKu terhadapKu. Dan Aku selalu beserta hambaKu selagi dia ingat kepadaKu. Demi Allah sesungguhnya Allah lebih suka kepada hambaNya yang bertaubat dari seseorang diantaramu. Barangsiapa mendekatkan diri kepadaKu sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sedzira. Barangsiapa mendekatkan diri kepadaKu sedzira, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Sedangkan bila hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan berjalan, maka Aku akan mendekat kepadanya dengan berlari.” (HR Bukhari dan Muslim).
Nah bagaimana persepsi kita terhadap Allah ? Apakah kita sudah merasa dekat denganNya ?
Nana Djumhana