Bulan Ramadhan telah kita lewati, umat Islam seluruh dunia bersuka cita merayakan Idul Fitri seiring ucapan Taqabbala-llahu Minnaa Waminkum, ‘Semoga Allah menerima (amaliyah Ramadhan) diriku dan dirimu." Meski jatuhnya hari raya berbeda-beda, namun perbedaan itu tidak mengurangi kemeriahan dan kebahagiaan menyambut hari yang fitri, hari di mana setiap orang bermaaf-maafan untuk kembali menjadi manusia yang bersih dan suci. Wallahualam…
Ada yang gembira dengan usainya bulan Ramadhan. Tapi ada juga yang sedih karena bulan mulia itu telah berlalu, seperti yang selalu dirasakan para sahabat Rasulullah di masa lalu. Sebagian besar dari kita mungkin tidak merasakan kesedihan itu, karena luapan rasa gembira merayakan Idul Fitri yang dinanti, yang oleh sebagian besar masyarakat Muslim diidentikan dengan "pesta" makanan lezat dan "pesta" belanja baju baru, sepatu baru, cat rumah baru dan sebagainnya yang mengarah pada sikap konsumtif. Sehingga kita luput merasakan nikmat bulan penuh berkah, bulan Ramadhan.
Yang kita rasakan mungkin rasa lega, karena setelah Ramadhan lewat, tidak perlu lagi menahan lapar dahaga, tak perlu lagi menahan emosi.
Para sahabat Rasulullah justeru merasa sedih dan cemas ketika Ramadhan usai karena mereka memahami dan menghayati betul apa nilai bulan Ramadhan. Bagi mereka, dengan usainya Ramadhan, maka tak ada lagi hari-hari istimewa yang penuh berkah di mana Allah swt melimpahkan rahmah, ampunan dan pahala berlipat ganda dibandingkan hari biasa. Tak ada lagi nuansa relijius yangpekat untuk lebih mendekatkan diri pada Allah swt. Mereka bersedihkarena belum tentu tahun depan, Allah swt berkenan mempertemukan mereka kembali dengan bulan Ramadhan.
Dengan usainya Ramadhan, para sahabat merasa cemas karena takut amalan-amalan Ramadhan mereka tidak sempurna sehingga mendapatkan penilaian rendah bahkan tidak diterima sama sekali oleh Allah swt. Padahal, belum tentu tahun depan mereka bisa merasakan lagi kemuliaan bulan suci Ramadhan.
Subhanallah, jika melihat orang-orang yang bertaqwa menyikapi berlalunya bulan Ramadhan. Di kelompok manakah kita berada, pernahkah terlintas, meski sedikit, di benak kita rasa sedih menjelang perpisahan dengan bulan Ramadhan dan komitmen apa yang kita buat usai Ramadhan? Jawaban itu tentu ada di hati kita masing-masing.
Bulan Ramadhan adalah bulan penempaan jasmani dan rohani. Idealnya, setelah mengalami penempaan sebulah penuh, kondisi jasmani dan rohani kita jauh lebih baik dari sebelumnya. Yang sulit adalah bagaimana mempertahankan hasil tempaan yang terwujud dalam perilaku dan meningkatnya ketaqwaan pada Allah swt. Oleh sebab itu, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menyempurnakan Ramadhan mereka misalnya dengan berpuasa selama enam hari pascabulan Ramadhan, yang kita kenal dengan puasa syawal.
Sabda Rasulullah yang terkenal menyebutkan, "Barang siapa yang berpuasa selama bulan Ramadhan dan diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, hal itu layaknya berpuasa satu tahun lamanya. " (HR Muslim).
Ah, alangkah beruntungnya jika kita benar-benar menghayati makna bulan Ramadhan. Meski Ramadhan bukan satu-satunya gerbang untuk berbuat kebajikan, namun kualitas ibadah Ramadhan kita menjadi penentu bagaimana kehidupan kita di sebelas bulan berikunya, lebih baikkah atau justru lebih buruk.
Begitu besarnya dampak bulan Ramadhan bagi kehidupan kaum Muslimin, sehingga justru ada yang sangat merindukan datangnya bulan Ramadhan dan berharap sepanjang tahun adalah Ramadhan.
Dan di sela-sela takbir dan tahmid menyambut Idul Fitri kemarin, bait-bait puisi Taufik Ismail yang dinyanyikan dalam bentuk lagu oleh Bimbo ikut menggema di relung hati…
Setiap habis Ramadhan Hamba rindu lagi Ramadhan Saat – saat padat beribadah Tak terhingga nilai mahalnya
Setiap habis Ramadhan Hamba cemas kalau tak sampai Umur hamba di tahun depan Berilah hamba kesempatan
Setiap habis Ramadhan Rindu hamba tak pernah menghilang Mohon tambah umur setahun lagi Berilah hamba kesempatan
Alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan Sekeluarga, sekampung, senegara Kaum muslimin dan muslimat se dunia Seluruhnya kumpul di persatukan Dalam memohon ridho-Nya
Selamat jalan bulan yang suci, semoga Allah swt berkenan mempertemukan kita kembali di tahun depan…
Jakarta, 1 Syawal 1428 H rubina_zalfa@yahoo. Com