Ditulis sebagai kenangan…
*****
"Ayah telah meninggal…," suara parau di ujung telpon memberikan kabar duka kepadaku.
Selanjutnya, hanya isak tangis pilu kakak perempuanku yang terdengar.
Saat itu baru pukul 18.30 JST ketika telpon berbunyi. Kaget, sedih, pasrah, dan berdoa, itulah yang kini bisa kulakukan di sini, di Jepang. Sementara di sana, ribuan kilometer dari kota Kyoto, jenazah seorang Bapak tua terbujur kaku dikelilingi anak dan cucunya.
Tiba-tiba lamunanku melayang terbang ke tahun 1992.
Saat itu, langit kota Bogor sangat cerah ketika seorang Bapak dengan tas besar di tangan, berjalan pelan menyusuri gang Bojongneros. Hanya berteman sebatang tongkat, dia pergi menengok anaknya yang kuliah di kota hujan tersebut.
"Ayah…!" ucapku kaget ketika bertemu dengannya di depan pintu tempat kosku.
Seuntai senyum bahagia merekah di wajahnya yang sudah penuh dengan keriput. Lalu dipeluknya aku dalam dekapan hangat seorang ayah, yang usianya sudah 65 tahun. Berbekal perasaan cinta dan rindu yang menggebu, dia sanggup menempuh perjalanan ratusan kilometer untuk menjengukku.
Hanya ada air putih menemani kami selama berbincang di beranda rumah.
"Nak, ayah sengaja datang untuk mengantarkan ini," ucap ayahku sambil menujuk tas besar di sampingnya.
Kubuka tas itu pelan-pelan. Ternyata isinya sebuah selimut merah yang telah pudar warnanya. Hatiku bahagia ketika melihat selimut kesayanganku ada di tas itu.
"Ayah, terimakasih ya, sudah membawakan selimut ini," kataku senang.
"Iya, ayah ingin kau bisa tidur nyenyak dengan selimut kesayanganmu," jawab ayahku dengan senyum penuh kepuasan.
"Tapi Ayah, kenapa harus Ayah sendiri yang bawakan selimut ini? Ayah bisa minta tolong orang lain mengantarkannya, atau nanti biar aku bawa sendiri ke rumah," tanyaku iba.
"Sudahlah Nak, suatu saat nanti kamu akan tahu jawabannya. Kau akan mengenang ayah dengan selimut ini," jawab ayahku dengan tatapan mata menerawang jauh ke angkasa.
Dan sekarang di Kyoto, waktu itu telah tiba.
Ayah, hari ini aku menangis…
Mengenang kembali hangatnya selimut cinta yang pernah kau berikan padaku. Ingin rasanya aku berada di depanmu. memandikanmu, mengkafanimu, menyolatkanmu, memanggulmu yang terakhir kali, lalu menguburkanmu.
Tuhan,
Ayahku telah menghabiskan hari-harinya menjagaku
Dia kerja banting-tulang, peras keringat menafkahiku
Semua itu dia lakukan dengah penuh cinta
Tuhan,
Kini ayahku telah pergi menghadapmu
Terimalah amal baiknya
Ampunilah segala dosa dan khilafnya
Tempatkanlah dia di tempat mulia, di sisi-Mu
Tuhan,
Engkalulah Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Aku mohon…
Selimutilah dia dengan selimut cinta-Mu
Sebagaimana dia telah memberikan selimut cinta untuku.
*****
Kyoto, Sabtu, 25 April 2009
email: l_suryanegara(at) yahoo.com