Sore itu, saya berjalan-jalan bersama keponakan saya yang berusia satu setengah tahun. Hanya sekadar berjalan keliling kompleks. Hanya itu saja sudah membuat Fahimah senang. Tertawa dan berlari-lari hingga saya harus mengejarnya dan menuntunnya kembali.
Setiap sudut kompleks perumahan ini sudah banyak berubah. Entah semenjak kapan. Sekarang di kompleks kami banyak berdiri megah rumah-rumah yang tentunya bukan tipe 36, ukuran rumah pada umumnya. Mobil-mobil banyak terparkir di jalan. Bahkan, ada mobil entah siapa yang ngejogrok di rumah kosong yang sekian tahun tak ada yang menempati.
Dahulu, keluarga kami datang ke kompleks ini ketika saya masih berumur 7 bulan, begitu kata ibu. Bapak hanya memiliki gaji 15. 000/bulan dan mesti dari awal meniti karir sebagai guru. Saat itu, ukuran rumah ini begitu besar bagi keluarga kami yang hanya 5 orang. Ibu, bapak, saya dan kedua kakak saya. Bagaimana tidak, kami dahulu tinggal di sebuah pemukiman kumuh di Jakarta Pusat, tidak ada halaman dan kalau hujan bakal kebanjiran.
Kata ibu, saat itu adalah masa-masa prihatin keluarga kami. Bapak bekerja siang dan malam. Hingga abang saya merasa tak pernah bertemu beliau. Ibu berjualan warung di depan rumah. Selain itu, ibu juga menitipkan pisang goreng ke SD yang jaraknya jauh dari rumah. Kalau mendengar ceritanya, saya hanya bisa bersyukur, kehidupan kami terus membaik.
Saya terus menyusuri jalan melewati rumah-rumah, sampai saya tersentak kaget melihat rumah dengan 3 lantai di hadapan saya. Berarti sudah dua rumah yang saya tahu, kini memiliki tiga lantai. Hmm, sepertinya, makin jarang saja saya melihat rumah-rumah yang benar-benar asli. Saya melihat, begitu pesatnya kesejahteraan warga dengan pemandangan rumah-rumah tingkat dan mobil yang banyak diparkir di jalanan.
Sore itu, 31 Desember 2007
Saya melihat jelas ada beberapa tenda dan panggung. Lho ada perayaan apa? Rupanya mereka mau merayakan pergantian tahun. Sekurangnya, ada 2 tempat dengan tenda dan satu tempat yang sudah menutup akses menuju jalan tersebut. Hmm, saya menduga akan ada perayaan pergantian tahun di kompleks ini. Melihat panggung, layar, tenda, kursi-kursi, dan peralatan lainnya.
Setelah lelah berjalan dan Fahimah tangannya kotor karena sempat terjatuh, kami pun pulang. Menyusuri jalanan yang makin menyempit. Ada beberapa rumah yang pagarnya maju ke depan dan tentunya karena banyak mobil parkir di jalanan.
Segalanya memang sudah banyak berubah. Entah ini adalah salah satu kemajuan atau kemunduran. Saya pun jadi sedikit demi sedikit mengingat masa-masa dahulu.
Saya ingat pernah melihat foto mbak saya yang sedang mengaji. Subhanallah, dia mengaji untuk mengikuti lomba pada acara tujuh belasan di kompleks kami. Tahun terus maju, saya ingat saya ada di atas panggung untuk membaca puisi dan tari-tarian masih sangat digemari. Kreativitas anak-anak usia SD masih menjadi pemandangan tujuhbelasan saat itu. Tentunya, sudah tidak ada lagi lomba yang berbau agama. Hingga, menginjak tahun 2000-an, saya berdiri di atas panggung menerima hadiah door prize dengan penampilan yang luar biasa kontras. Saya dengan jilbab panjang tampak tidak cocok ada di sana, dengan tampilan teman-teman lain yang berpenampilan gaul.
Kalau dulu kami suka datang bermain ke tempat bapak si pendongeng. Berlomba puisi di sebuah rumah bapak si pendongeng, sampai ada teater-teater di acara tujuhbelasan. Kini, di pojok perempatan ada perkumulan anak motor, di sebelah sana ada tempat main play station. Setiap jalan yang dilalui, yang sering membuat saya enggan melewatinya adalah begitu banyaknya tempat tongkrongan.
Walau begitu banyak yang berubah, saya selalu merindukan setiap sudut yang ada di sini. Merindukan tiap hikmah yang bisa saya dapatkan setiap menyusuri jalan panjang saksi kisah kehidupan kami.
Aaaah, segala sesuatu memang sudah banyak berubah di sini
Perenungan di awal tahun 2008
Novi_khansa’kreatif
~Graphic Design 4 Publishing~
YM: novi_ningsih
http://akunovi. Multiply. Com
http://novikhansa. Rezaervani. Com/