Mungkin semua orang ingin memiliki tempat tinggal yang layak sebagai markas bagi keluarga, sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan, pusat pendidikan anak dan masih banyak fungsi-fungsi yang lain. Saya juga memiliki keinginan yang sama dengan orang lain, sejak awal-awal menikah sudah memiliki cita-cita untuk memiliki rumah sendiri, mungkin walau cukup sederhana.
Tiga bulan sejak menikah, saya bersama isteri tercinta sudah mulai menyicil membeli tanah sedikit demi sedikit yang akan kami bangun rumah di atasnya. Akhirnya setelah 4 tahun tanah tersebut lunas, Alhamdulillah Allah menganugerahkan kepada kami sebidang tanah seluas seratus meter persegi pinggiran kota Jakarta.
Kisahnya juga cukup panjang untuk memperoleh tanah tersebut, setelah berburu selama tiga bulan, kami baru mendapatkan lokasi yang cocok. Kami berusaha mencari win-win solutions, keinginan isteri mencari rumah dengan lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat kerja, karena kebetulan isteri saya turut membantu mencari nafkah untuk keluarga. Tentu saja kalau mencari rumah berlokasi di pusat kota harganya lumayan mahal, sehingga dengan uang yang ada hanya akan memperoleh rumah yang sangat kecil. Sementara keinginan saya, ingin memiliki pekarangan yang agak lega, sehingga ada arena untuk bermain bagi anak-anak dan lingkungan yang tidak terlalu polusi. Tentu saja pilihan yang ada semuanya jauh dari pusat kota. Akhirnya setelah musyawarah kami memutuskan untuk membeli tanah saja terlebih dahulu, sehingga dengan dana yang ada bisa memperoleh pekarangan yang cukupan bagi kami dan tidak jauh dari pusat kota, namun tentu saja belum bisa ditempati, karena dana yang tersedia hanya cukup untuk membeli tanahnya saja.
Setelah mulai menyicil tanah tersebut, mulai terdengar banyak suara sumbang dari kiri kanan, bahkan pegawai baru dan cleaning service di kantor menganggap ini keputusan yang keliru. Dari sana sini banyak yang menyalahkan yang membuat panas kuping. Karena sudah menyicil tapi tidak bisa ditempati, mending nyicil perumahan saja agar langsung bisa ditempati, bahkan banyak yang menyarankan untuk menjual lagi tanah tersebut.
Namun karena saya dan isteri sudah memiliki kesamaan pemikiran, sehingga hal tersebut bisa sedikit kami redam, yang bisa menghibur kami adalah harapan memiliki rumah dekat kota dan agak lega nantinya. Dari sini ada hikmah yang dapat kami petik, yaitu dalam keluarga kita harus solid dan bekerja sama dengan pasangan kita untuk mencapai tujuan bersama, tujuan jangka pendek adalah kebahagiaan di dunia dan tujuan jangka panjang adalah kebahagiaan di akherat. Jika kita memiliki pondasi yang kuat dan memiliki visi dan misi yang sama dengan pasangan, Insya Allah akan lebih kokoh dalam menghadapi serangan dan gangguan dari luar.
Setelah empat tahun tanah tersebut lunas kami beli, namun kendala menghadang di depan mata. Biaya membangun rumah sangatlah besar sementara ada kebutuhan yang sudah menyusul, yaitu biaya untuk anak-anak, biaya anak pertama, anak kedua dan pada tahun kelima pernikahan Alhamdulillah lahir anak ketiga. Hal tersebut patut kami syukuri walau kadang mengusik pikiran, karena keinginan memiliki rumah akan tertunda jika biaya dipakai buat keperluan anak-anak.
Meskipun banyak keperluan lain, keinginan saya untuk memiliki rumah tetap menggebu, sampai-sampai kalau hari libur sering saya menyambangi tanah tersebut, saya tanami buah, nyicil beli batu kali dan lain-lain.
Rupanya isteri sudah agak mulai menurun semangatnya, karena kebutuhan lain yang lebih mendesak, sehingga dapat dimaklumi jika lebih mengutamakan keperluan dapur dan anak-anak daripada merancang rumah, sehingga tinggal seorang diri dan sering minta pertolongan hanya kepada Allah saja.
Disamping untuk keperluan sehari-hari saya tetap berusaha menyisihkan sedikit demi sedikit uang belanja, sambil jualan kue, jualan koran/majalah, mengajar website, jualan buku dan ebook melalui internet, bahkan sempat sambil jualan es mambo keliling sebelum berangkat kerja saya titip ke warung-warung. Kadang-kadang ada juga rasa malu, jika ketemu teman-teman dikantor, saat nitip kue atau barang dagangan ke kantin, walau sudah berangkat sepagi mungkin supaya tidak ketahuan, akhirnya sering kepergok juga, walaupun malah teman-teman sering membeli dagangan yang saya bawa dan banyak juga yang memberi semangat karena ulet.
Setelah sekian lama jumlah tabungan sudah mencapai sekitar sembilan juta rupiah, namun hal ini masih jauh dari cukup, karena menurut hitungan rumah petak paling sederhana saja perlu biaya lebih dari 20 juta, apalagi pada tahun 2008 ini harga bahan bangunan cenderung meningkat.
Akhirnya setelah musyawarah dengan isteri, saya coba mengajukan pinjaman ke bank syariah hingga 3 bank saya ajukan proposal, namun semuanya nihil karena IMB belum jadi. Pada saat yang hampir bersamaan, adik yang di kampung di lereng merapi menelpon dan mengabarkan bahwa ia sedang membangun rumah, namun uangnya sudah habis dan sudah mentok usaha kesana kemari, padahal hanya kurang atapnya saja, jika ada kelonggaran minta dipinjami uang. Akhirnya langsung saja saya sanggupi dan bilang saya ada uang segera saya transfer dan tidak usah dikembalikan. Terus terang uang tersebut sangat berarti, karena mengumpulkan sedikit demi sedikit. Karena saya masih ada yang diharapkan setiap bulan, sementara adik saya yang petani, mencari uang 100rb saja tidaklah gampang,sementara jika rumah tidak segera diatapi malah akan rusak. Niat untuk membangun rumah akhirnya saya redam dulu dan lebih berkonsentrasi untuk keperluan sehari-hari.
Selang sekitar satu minggu ada kabar yang menggembirakan bahwa saya mendapat arisan sebesar enam juta rupiah, semangat muncul lagi dan membulatkan tekad mulai membangun walau baru bata berdiri dulu. Untuk menambah modal saya menjual motor GL Pro kesayangan, walau sudah maju mundur akhirnya kurelakan juga melepas motor setia, karena harus memilih, jika memilih motor- rumah tertunda, jika memilih membangun- motor harus dijual.
Pada hari kamis saya menghubungi ibu dikampung, minta doa restu dan minta dicarikan tukang karena saya akan membangun, ibu saya menyanggupi namun tidak akan mencarikan tukang jika saya belum pulang, karena takut tidak jadi. Ibu juga meminjamkan satu-satunya sapinya untuk dijual lebih dahulu untuk tambahan modal.
Hari Sabtu saya pulang dan langsung berburu tukang dengan ibu saya, rencana mau cari 2 orang. namun ternyata yang datang hingga 7 orang, kata kepala tukangnya untuk pembayaran tidak harus terlalu dipikirkan yang ada saja, kebetulan masih kerabat.
Hari minggu pagi para tukang sampai di Jakarta, dan minggu siang sudah mulai membangun pondasi. untuk menghemat biaya ibu membawa sayur mayur dan bumbu dari kampung, dan membantu masak untuk tukang.
Ada yang diluar dugaan saat itu dan luar perkiraan saya sebelumnya, saat itu Alhamdulillah uang begitu gampang, banyak sumber-sumber bermunculan, bantuan dari keluarga yang lain, kiriman cek dari google yang cukup besar, karena ikut program periklanan (Adsense), dan yang paling besar hasil jualan dari internet bahkan pernah suatu ketika mendapat transfer hampir 3 juta dalam sehari, itu semua berkat kemurahan-Mu ya Allah.
Begitu pondasi selesai, yang rencana awalnya menggunakan batako beralih menggunakan bata merah, yang re ncana pake asbes, diganti pake genteng, yang rencana semua asal bata berdiri dulu,Alhamdulillah sudah selesai hingga cat, keramik, plafon bahkan kami bisa memberi lebih untuk tukang, yang akhirnya ada sebagian yang kami bayar hampir 2 kali lipat dari perjanjian sebelumnya. Itu semata-mata sebagai rasa syukur dan ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain atas kemurahan Allah SWT.
Yang menggembirakan lagi, Alhamdulillah saat simbok (ibu) pulang dari Jakarta, kami bisa nggemboli buat beli sapi yang Insya Allah lebih mahal dari sapi yang dijual dan sampai bulan Desember ini, saya rutin mendapat kiriman cek dari google dan beberapa penghasilan lain melalui internet, semoga berkesinambungan. Selain itu, kami mendapat lingkungan dan tetangga yang sangat baik, sangat menyayangi kami dan anak-anak walau jauh lebih mudah, sangat mencintai simbok walau saat berkomunikasi menggunakan bahasa yang berbeda tetap nyambung juga. Semoga Allah memberkati.
Terima kasih Ya Allah atas kemurahan-Mu, lapanglah rizki hamba-Mu yang sedang sempit, karuniakanlah kebahagiaan kepada orang yang sedang kesusahan. Berilah kekuatan kepada kami untuk terus menyukuri nikmat-Mu dengan berbagi pada orang lain.
wa ba’du
Matur nuwun kagem Simbok, Sri, Indriku tercinta, lik sardi, mas yadi, mas sumadi, dik ranto, dan semuanya. :)
senja dibatas kota – cepogo.com