Pagi hari itu, seperti biasa saya mengantar anak-anak saya ke sekolah menggunakan minibus yang disediakan oleh perumahan tempat tinggal kami. Jalanan pagi itu sudah mulai dipenuhi mobil orang-orang yang akan berangkat ke kantor atau mengantarkan anaknya ke sekolah.
Perjalanan dari rumah kami menuju ke sekolah anak-anak memang selalu melewati jalan pintas yang tidak terlalu lebar. Dari jendela minibus saya memandang keluar jalan, dan nampak di salah satu sisi jalan masih banyak tanah kosong dan luas. Sedangkan di sisi lain mulai banyak pembangunan maupun renovasi gedung apartemen yang membuat jalanan menjadi tidak nyaman karena ada material-material dan gundukan tanah yang belum dirapikan.
Biasanya bila saya sedang mengamati jalan sekalian saya belajar mengeja huruf Arab gundul dan berusaha memahami maknanya. Kalau ada huruf latin atau Bahasa Inggris di bawahnya tentu lebih mudah memahaminya. Sering pula saya amati beberapa tulisan Bahasa Inggris di depan gedung yang terkadang kurang tepat penulisannya seperti “Welcome” ditulis “Wellcome”, ” Autism” ditulis "Autsim." Padahal hurufnya sangat besar hingga dapat terbaca dari jarak dua ratus meter. Yang lebih menggelikan lagi adalah di pagar depan sebuah rumah ditulis "No Barking" (dilarang menyalak/ menggonggong) yang seharusnya "No Parking."
Memang huruf Arab tidak mengenal huruf “p”, jadi semua huruf “p“ dibaca “b”. Huruf q dibaca g. Bila bertemu dengan Orang Mesir pengucapannnya bisa berbeda lagi, huruf j bisa dibaca g. Jadi nama kita bila disalin ke dalam tulisan Arab kemudian disalin lagi ke dalam huruf latin bisa jadi salah kaprah. Terutama kalau nama kita bukan berasal dari Bahasa Arab.
Kota Jeddah memang begitu pesat pembangunannya. Pusat-pusat perbelanjaan seperti jamur yang tumbuh selepas hujan, setiap tahun selalu ada saja yang baru berdiri. Anehnya pembelinya juga tidak pernah surut. Pusat perbelanjaan memang menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat setempat karena tidak boleh berdirinya sinema. Anak-anak muda di sini banyak yang menghabiskan akhir minggunya di pantai, taman, restoran, maupun mal-mal.
Ada yang menarik yang saya lihat di sepanjang jalan yang kami lewati setiap hari. Di depan rumah penduduk banyak yang disediakan kotak semacam dispenser air minum. Biasanya bila kotak itu tidak melekat di dinding pagar, akan diberi ikat rantai oleh pemiliknya agar tidak diambil orang. Ada pula yang dibangun semacam keran air cuci tangan di tembok pagar rumah yang menghadap ke jalan.
Sempat saya lihat pagi-pagi ada seorang lelaki setengah baya yang membawa botol bekas ‘asir ‘ (jus) yang telah kosong dan mengambil air dari salah satu keran air rumah penduduk. Saya tanya kepada supir minibus yang kebetulan orang Indonesia.
“Air yang disediakan rumah-rumah itu untuk minum ya pak”.
“Ya buat diminum”
“Disediakan sama yang punya rumah atau pemerintah? ”
“Ya yang punya rumah….semacam sedekah gitu.”
Saya mengangguk-angguk. Dermawan sekali mereka. Meskipun hanya air, tapi sangat bermanfaat buat mereka yang melintas di jalan depan rumahnya. Apalagi pada musim panas suhu di Saudi bisa mencapai 50°C. Pasti banyak yang kehausan bila berjalan kaki walaupun hanya beberapa kilometer saja di tengah terik matahari. Kalau tidak untuk diminum, paling tidak air tersebut bisa untuk membasahi ubun-ubun kepala atau sekedar mencuci muka dan berwudhu.
Begitu banyak bentuk sedekah yang bisa kita berikan kepada orang lain. Abu Huroiroh RA mengabarkan, Muhammad Rasulullah SAW bersabda, “tidak seorangpun yang menyedekahkan hartanya yang halal di mana Allah menerimanya dengan kanan-Nya (dengan baik), walaupun sedekahnya itu hanya sebutir kurma. Maka kurma itu akan bertambah besar di tangan Allah Yang Maha Pengasih, sehingga menjadi lebih besar daripada gunung. Demikianlah Allah memelihara sedekahmu sebagaimana halnya kamu memelihara anak kambing dan anak unta (yang semakin lama semakin besar).“ (HR Muslim).
Saya hanya membayangkan berapa banyak orang yang melewati jalan itu dalam sehari. Bila lima puluh orang yang berjalan kaki melewati jalan itu, dan sepuluh di antaranya mengambil sedekah air dari salah satu rumah penduduk, berapa orang yang sudah terselamatkan dari kehausan dalam satu minggu, satu bulan, atau bahkan satu tahun? Berapa banyak sedekah yang telah dikeluarkan penghuni rumah itu tanpa terasa setiap harinya? Sedekah air sudah menjadi hal yang biasa bagi penduduk Saudi. Bila diamati di sepanjang jalan maupun sudut-sudut kota, terlihat banyak rumah yang menyediakan dispenser atau keran air minum ini. Mereka tidak takut rumahnya kehabisan air walaupun di musim panas.
Abu Huroiroh RA mengisahkan, ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, “Sedekah yang bagaimanakah yang besar pahalanya?“ Rasulullah SAW menjawab, “Kamu bersedekah ketika sehat, ketika kamu sedang kikir, takut miskin, atau ketika kamu sedang berharap akan menjadi seorang yang kaya raya. Maka pada saat-saat seperti itu janganlah kamu lalai, bersedekahlah. Dan janganlah ditangguhkan, sehingga nyawamu telah sampai di tenggorokan, barulah kamu bagi-bagikan sedekahmu: ini untuk Fulan, ini untuk Fulan. Ingatlah sesungguhnya harta itu memang untuk si Fulan.“ (HR Bukhori).
Saya pun menjadi berpikir, sedekah apa yang tepat disediakan di depan rumah-rumah di Indonesia yang bisa bermanfaat bagi pejalan kaki yang melintas setiap hari?
Safar 1429