Saling

” Ibarat 2 sisi mata uang, ibarat tepukan. Ke 2 nya harus nyata. Kalo ngga, uang ngga akan laku dan irama tepukan takkan terdengar”.

Itu status di YM ku hari ini. Ngarang lepas aja ngga peduli bahasanya indah apa ngga. Ngga peduli tata bahasanya benar apa enggak. Yang pasti ini gambaran hati usai Diskusi dwi pekanan yang kami lakukan.

Bagiku hubungan pekerjaan harus dijalani dengan sepenuh hati. Baik itu profesionalitas pekerjaan maupun relationship personal semua yang terlibat di dalamnya. Karena jika kita bekerja dengan hati, maka tidak akan ada kata terpaksa walau seberat apapun amanah yang diberikan.

Aku selalu mengatakan, ini rumah kita dan buat suasana senyaman mungkin. Ibarat satu keluarga, pasti gesekan bisa saja terjadi. Namun harus ada upaya dari semua penghuni rumah untuk bisa menanamkan rasa saling. Saling menghargai, saling menyayangi, saling menasehati, saling support, dan banyak saling yang bernilai positif. Agar ketika ke kantor, kita tidak merasa terbebani, justru merasa sebagai sebuah kebahagiaan.

Namun tak semua bisa mengimplementasikan apa yang ingin dibangun bersama dengan baik. Bukan tak berniat baik. Namun sikap dan karakter setiap orang berbeda. Karakter yang sudah terbentuk puluhan tahun . Dan tak mudah menyatukan 17 karakter yang ada dalam rumah kecil kami ini.

Alhamdulillah sejauh ini semua berjalan dengan baik dan secara umum kami merasa nyaman di ”rumah” ini. Namun bagiku good team saja tak cukup. Perfeksionis ??? Bisa jadi. Karena bagiku perubahan kearah kebaikan harus selalu ada.

” Saya memang seperti ini orangnya. Kalau ngga cocok dengan hati saya ya saya marah”. Begitu ungkapan salah seorang ”anggota keluarga” kami.
Beliau memang terkenal dengan karakter yang keras. Tak bisa dipungkiri, latar belakang pekerjaan dan pola didik memberikan andil dalam pembentukan karakter itu.

” Bu, kami memahami beliau, tapi sampai kami ??? Masak harus kami terus yang mengerti beliau sementara beliau tidak mau berubah?”

Peer besar bagiku sepanjang keberadaanku di sini adalah memahami dan mencoba membantu beliau untuk menjadi pribadi yang menyenangkan. Namun sampai saat ini, aku baru bisa memahami (walau kadang kebablasan juga) dan sesekali menyentuh kesadaran, tapi belum sampai tahap merubah.
Aku selalu berusaha dan berharap agar sebelum waktuku habis, minimal beliau memiliki keinginan untuk berubah.

*****
” Kak, apa maksud status kakak, awak ngga ngerti”. Yoga ( nama samaran ) menyapaku di YM.
Aha … Subhanallah, Yoga tertarik dengan status ku. Mantap ^_^
Yoga adalah salah satu ”adik” ku. Belakangan ini banyak yang mengeluh dengan attitude nya. Dan kemaren memang aku memutuskan untuk mengajak dia bicara sebagai kakak saja, karena secara struktur kami sudah terpisah.

Awalnya aku seolah ngga tau dia punya problem yang hampir sama dengan seseorang di kantorku itu.

” Perubahan itu harus dari 2 sisi. Jangan hanya mengharapkan org lain bisa mengerti kita
dan mengatakan :” beginilah saya, trima aja” tanpa kita mau merubah diri” terangku tentang maksud dari statusku itu.

”Terimakasih kak”, jawabnya

”Loh napa nih? Makasih apa?” tanyaku seolah tak tau mengapa dia berkomentar begitu.

Dan kami berdiskusi panjang tentang hal ini.
Semua unek – unek nya dia tumpahkan. Mungkin selama ini dia tak pernah bisa mengurai rasa tidak puasnya dan menumpahkan dengan marah dan berkata kasar.
Aku ajak dia melihat untung rugi, baik buruk dari sikapnya.

Aku mengingatkan dia kembali betapa dia pernah sangat bersinar. Aku ajak dia merenung siapa dia dulu yang begitu di senangi sebagai rekan kerja yang baik dengan prestasi yang baik

”SALING” ______ jangan hanya mengharapkan mereka mengerti bahwa kita sedang marah dan mereka akan maklum. Namun kita harus mau mengerti perasaan mereka juga.

”Iya kak, awak capek kayak gini. Awak mau berubah kak”
Blass … lega rasanya ^_^

Minimal sudah ada komitmen untuk berubah. Thats the point.
Hari ini aku belajar banyak dari apa yang terjadi.
Smoga menjadi bekal berharga bagiku.
Peer akan terus ada, dan semoga bisa menyelesaikan dengan baik.
Bagiku, mengalahkan diri sendiri merupakan PEER paling besar dalam hidup ini.

Smoga tetap menjadi pembelajar sejati.

Medan , 09 – 09 – 09
Sebuah Renugan Sore Hari
Untuk diri sendiri