Sakit Yang Menyenangkan

Seringkali orang yang sedang bersama penyakit, tidak akan menyenangi keadaannya. Keadaan yang membuatnya harus memilah-milah aktifitas, agar tidak membuat sakitnya tidak bertambah parah. Aktifitas yang terhambat yang kadang membuat kejengkelan yang menggunung. Malah mungkin lebih parah, yaitu menyesali keadaannya dan marah atas ketetapan Allah Swt karena memberikanntaya sebuah keadaan yang tak membuatnya senang. Keadaan yang seringkali sangat menguras emosi dan iman.

Emosi akan naik karena merasa sudah berobat ke dokter, tapi kenapa nggak sembuh? Padahal dokter yang di kunjungi adalah dokter yang terkenal. Hingga dia merasa dokter yang merawatnya tak punya kemampuan medis yang cukup. Emosi yang adem ayem menjadi emosi yang kadang tak terkontrol. “Dokter kenapa aku nggak sembuh? Padahal aku rutin makan obat. Menjaga makan dan istirahat!” Rupanya dia lupa bahwa dokter hanyalah manusia biasa, yang hanya dapat berusaha mengobati. Urusan sembuh atau tidaknya, adalah urusan sang Pencipta.

Maka sakit yang menemani, akhirnya merupakan sebuah derita. Derita untuk membuatnya selalu menggerutu dan menyesali keadaan. Malah kadang, meminta perhatian lebih pada orang terdekat dan lingkungannya. “Masa sih aku sakit tidak sering di jenguk?” Walah, sakitnya menjadikan dirinya menjadi seorang penuntut. Menuntut orang untuk selalu memerhatikan dirinya. Padahal kita tahu, setiap orang punya skala prioritas dalam mengelola waktu yang hanya duapuluh empat jam seharinya.

Emosi yang labil dan iman yang hampir diambang garis terbawah, karena tak sedikitpun berusaha mencari hikmah atas apa yang menimpanya. Padahal telah sangat jelas Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an :

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar, dan itu (lakukanlah dalam) sholat, dan sesungguhnya (sholat itu) sungguh berat, kecuali orang-orang yang khusyu. (Qs 2 : 45 )
(Yaitu) orang-orang yang meyakini, sesungguhnya mereka (sholat) hendak menemui Tuhannya, dan (yang demikian itu) sesungguhnya mereka kembali (menghadap) kepada-Nya. (Qs 2 : 46 )

Firman Allah yang kita baca, tapi kadang seringkali lupa mentadabburi isinya. Membaca Al-Qur’an hanya sebatas mengejar setoran. Karena halakah yang diikuti menugaskannya untuk membaca al-Qur’an sekian lembar seharinya. Sungguh kasihan, membaca al-Qur’an tapi tak mendapatkan hikmah di dalamnya. Padahal Al-Qur’an adalah penuntun dan pedoman hidup kita sebagai seorang yang muslim.

Yakinlah bahwa selama hidup di dunia ini, pasti akan dipergilirkan aneka musibah. Sebagaimana firman-Nya, “Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar“ ( Al Baqarah : 155 )
.
Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang mukmin ditimpa sebuah kesedihan, nestapa, bencana, derita, penyakit hingga duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah, dengannya, akan mengampuni kesalahan-kesalahannya“. Tentu saja dengan catatan sabar yang diadakan semata-mata ridha atas apa yang dikehendaki Allah Swt terhadap dirinya.

Teringat sebuah peristiwa puluhan lampau, tentang suatu penyakit yang di derita seorang laki-laki. Aku melihatnya hanya sebuah ringisan di ujung bibirnya untuk menahan rasa sakit dideritanya. Laki-laki ini tak pernah sedikitpun keluar dari bibirnya kata-kata yang menyesali keadaannya. Malah bila rasa kesakitan yang dahsyat datang menghampirinya, hanya kalimat-kalimat ampunanlah yang terlantun di bibirnya. Aku sering-kali memandanginya. Dia seorang laki-laki yang terkenal di kaumnya seorang yang jujur. Shalatnyapun terjaga.

“Penyakitku ini ada, karena Allah ingn membasuh semua dosaku. Karena beberapa tahun lampau aku telah menjual nomor ( judi ). Saat itu aku melakukannya, karena memang aku tak mampu melakukan hal lainnya. Dari-pada aku mencuri, aku berjualan nomor untuk mengganjal perut istri dan anak-anakku. Aku yakin, Allah akan memaafkan jalan nafkahku saat itu, karena hanya itulah yang mampu aku lakukan.” Laki-laki itu mampu berfilosofi tentang sakit yang dideritanya.

Ternyata dia mengidap penyakit tumor hati yang ganas. Setiap kali bertemu orang yang di kenalnya, dia akan selalu menjabat tangan dan meminta maaf, walaupun itu hanyalah seorang anak remaja Dia tahu ajalnya akan sangat dekat. Hidupnya yang di penuhi kesakitan ternyata menyenangkan baginya. Tak pernah sedikit pun menyalahkan pencipta-Nya, malah mensyukurinya. Karena dia tahu, di setiap tarikan napasnya yang selalu di penuhi dengan zikir akan menggugurkan dosa-dosanya. Sebuah karakter yang membuatku kagum, betapa laki-laki  ini telah menyerahkan penuh dirinya kepada Allah atas penyakit yang dideritanya.
Dia seorang laki-laki  shaleh, membuat keadaan dirinya menjadi seorang yang menerima penyakitnya sebagai : “Sakit yang menyenangkan.” Karena merasa menerima nikmat Allah sangat besar, bila dibandingkan rasa sakit yang dideritanya..

Semoga laki-laki yang telah berpulang ke Rahmatullah puluhan tahun lampau, diampuni dosa-dosanya oleh Allah Swt, karena aku menyaksikan betapa dia sangat tabah dan tawakkal atas takdir yang telah ditetapkan untuknya. Amiin.

Sengata, 7 Juni 2009

Halimah Taslima

Forum Lingkar Pena ( FLP ) Cab. Sengata

[email protected].