Sabar

Belajar memahami dan bersabar terhadap orang lain itu adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan, .mungkin aku rasa setiap orangpun akan berpendapat demikian. Tapi Alloh telah mengajarkanku untuk bisa belajar bersabar dan memahami keadaan orang lain melalui nenekku yang telah berusia lebih dari 80 tahun..

Ibuku pernah bilang, pada saat kita tua nanti kita akan kembali bertingkah laku seperti anak kecil lagi, ..dan fase itu akan kita alami karena nikmat kita mulai dikurangi oleh Alloh sedikit demi sedikit dari diri kita. Mungkin Ibuku benar. Aku melihatnya dalam diri nenekku. nenekku mungkin dulu disebut nenek ‘gaul’. Sewaktu muda beliau senang berpetualang dan berjalan-jalan. Hingga saat ini keadaan seperti itu masih dilakoni, meskipun kami sering kelelahan menggotong beliau hingga masuk ke dalam mobil, karena beliau sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.

Dan tugasku adalah mengantarkan nenek berjalan-jalan berkeliling kota. Setiap sabtu dan ahad aku wajib mengajak beliau jalan-jalan, karena hari-hari itu adalah hari liburku. Aku harus menemani nenek 2 jam pagi dan 2 jam sore. Terkadang aku kelelahan meskipun aku lihat nenek hanya tidur saja di mobil.

Rasa bosan dan jenuh itu mungkin selalu akan menyelinapi hati seseorang, begitupun aku. Sabtu pagi itu aku begitu kelelahan, karena semalam aku baru tiba dirumah, aku harus menempuh 3. 5 jam perjalanan Sengata-Samarinda dan itu aku lakukan setiap pekan untuk pulang ke rumahku. Ibuku menyuruhku untuk pergi ke rumah nenek dan tugasku mengantar nenek berjalan-jalan. Dengan ‘setengah hati’ aku berjalan ke rumah nenek. (nenekku tinggal sendiri bersama seorang perawat).

Setelah lebih dari 2 jam berjalan-jalan, aku meminta izin ke nenekku untuk pulang kerumah. Tapi betapa terkejutnya aku seketika nenekku menangis untuk bisa di bawa berjalan-jalan lagi. Dengan keadaan seperti itu aku hampir-hampir saja menjadi marah ke nenek, tapi kemudian hatiku rapuh melihat air mata nenek, .seorang yang sudah renta dan tidak berdaya lagi, .seketika aku teringat kedua orangtuaku, bagaimana kalau yang meminta dan menangis itu adalah mereka.

Tak terasa bulir air mata membasahi pipiku. Bagaimana kalau orang tuaku menangis dan bertingkah laku seperti itu, apakah aku sanggup memarahi mereka? Atau bagaimana kalau orang tua yang ada didepanku itu adalah diriku? Ada saatnya nanti aku pasti akan menikah, mempunyai anak, kemudian menjadi tua dan kalau Alloh mengizinkan aku berumur panjang aku pasti akan menjadi tua renta seperti nenek… Apakah aku tidak sedih diperlakukan seperti itu? Apakah aku tidak sedih ketika cucuku tidak bisa membahagiakanku disisa-sisa umurku, …? Dan aku teringat kembali dengan kata-kata Ayahku, orang tua yang berusia panjang itu merupakan ‘ujian’ bagi anak-anaknya. Mungkin keadaan yang seperti inilah yang dimaksud Ayahku.

Hari ini, aku putuskan niat dalam hatiku. Untuk kedua orang tuaku yang telah bersabar untuk hidupku, dan semua kepentingan hidupku, jika kelak engkau berdua telah berusia lanjut dan tidak sanggup seorang diri memanajemen diri, akulah yang akan mencurahkan kasih sayang melalui tanganku sendiri..aku tidak rela dan tidak ingin ada ‘tangan’ lain yang akan merawat kalian berdua… Seperti kesabaran dan pengertian kalian kepadaku ketika diriku belum bisa berdiri sendiri..

(buat mamaku selamat ulang tahun yang ke-53 tahun.semoga Alloh selalu menjaga dan memberikan ‘kasih sayang’ yang berlimpah.. )