Terus terang saya pernah merasakan kesedihan yang cukup mendalam karena kehilangan orang tercinta. Terlebih saat itu saya masih sangat butuh bimbingan seorang ibu. Figur yang paling dekat bagi seorang anak perempuan. Beliau diambil oleh Sang Khalik setelah bertahun-tahun sakit keras.
Saat itu, memang saya sedikit kurang mengerti “Kejadian ini mengapa dengan segera menimpa saya? Ini sungguhkah?”. Tapi saya selalu teringat pesan ibu saya bahwa “Allah Pemilik semuanya, kamu, Mamah, Bapakmu, Mas-mas dan Mbakmu bahkan seluruh yang ada di dunia ini. Jadi, ibaratnya titipan, kita harus legowo kalau yang punya sudah memintanya kembali”. Jadi, satu hal yang membesarkan hati saya, bisa jadi ibu saya lebih dicintai Allah SWT sehingga dengan segera diambil, tidak terlalu lama dititipkan.
Saya mungkin lebih beruntung daripada rekan saya ini. Saat gempa kemarin, dia telah kehilangan 2 orang anggota keluarganya dalam waktu sehari, dan bahkan hanya dalam hitungan jam. Ibu dan adik laki-lakinya telah meninggal tertimpa rumahnya.
Di hari terjadinya gempa itu, rekan akhwat ini telah bersiap-siap pergi kajian pagi ke Masjid Mardliyah dekat kampus. Wajar saja, karena perjalanan dari rumahnya hingga kampus UGM membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit-an maka pukul 5.50 WIB, dia sudah berjilbab rapi. Baru selesai mengenakan kaos kaki sebelah kanan, ternyata rumahnya seperti digoncang, kontan dia berlari keluar rumah.
Tapi ternyata dia ingat, ibu, bapak dan 2 orang adiknya masih di dalam. Akhirnya masuklah dia kembali ke dalam rumah. Pada saat yang bersamaan tersebut, ibunya juga sudah keluar lewat pintu belakang. Tapi teringat juga dengan suami dan anak-anaknya, masuklah beliau kembali ke dalam rumah. Kedua adiknya ternyata masih di dalam kamar begitu pula bapaknya yang juga tidak sempat menyelamatkan diri. Akhirnya, jadilah mereka sekeluarga tertimpa bangunan di dalam rumah.
Begitu pula rekan saya tadi. Ternyata Allah masih memudahkannya untuk bisa keluar dari reruntuhan itu dan mendengar sang bapak merintih-rintih. Dengan dibantu tetangganya, akhirnya bapaknya dan adik perempuannya bisa ditemukan.
Dalam beberapa saat kemudian, ibunya juga ditemukan, tapi sungguh kondisinya sangat menyedihkan. Bagian kepalanya nyaris remuk dan seketika beliau telah diambil oleh Sang Khalik. Adik laki-lakinya saat ditemukan, tertimbun reruntuhan bangunan dan saat akan dibawa ke rumah sakit, adiknya meninggal.
Tak bisa dibayangkan, kesedihan rekan saya saat itu. Dalam hitungan jam, dia kehilangan 2 orang yang dicintainya. Ya.dalam sesaat saja, jika Allah menginginkan, maka dalam sekejab itu pula, titipan itu diambilNya. Oleh sebab itu, seperti rumusnya tukang parkir, yang menjaga amanatnya dengan sebaik-baiknya, dan rela jika diambil oleh sang pemiliknya kembali. Karena titipan adalah titipan, tak bisa selamanya menjadi milik kita.
Diteriknya Jogja…..
To Ukhti Reni: “Yakinlah, Mereka Lebih Dicintai Allah SWT…”