“Kepada mujahid benteng kebenaran,
Selalu Rindu akan lahir kejayaan,
Kepada pewaris tatanan gemilang,
Menapak tegak menyongsong masa depan..”
Memori itu datang kembali..
Tentang kisah para syuhada, yang terekam jelas diingatan, didukung dengan ribuan foto perjuanganmu, diperkuat dengan jutaan susunan kata yang menggambarkan kisah heroikmu sahabat. Sungguh begitu teriris dan merinding melihat foto dan kisah mu kawan, aku masih tak dapat menerka bahwasanya inilah goresan fakta sebuah perjuangan di serambi para Nabi, Mesir. Perjuanganmu sungguh suci, tanpa membawa ambisi pribadi, hanya berbekalkan mushaf abadi kau berani menentang tirani, dan rindu untuk mati, seakan Allah sudah menantimu Sahabat. Sungguh aku iri kau bisa berjuang dengan begitu gagahnya. Belum lagi, saat aku melihat juga kawanku di Syria, yang dengan heroiknya melafalkan syahadat, padahal sudah setengah badannya terkubur, ya para biadab tirani tergerak untuk menguburmu hidup-hidup kawan. Belum lagi kawan, sungguh aku tak kuat melihat ratusan bahkan ribuan jasad para pejuang di Syria yang dibombardir senjata kimia. Ketenanganmu bertemu Rabb mu sungguh menjadi inspirasi tersendiri untukku sahabat. Mungkin semua beranggapan dunia begitu kejam, tp aku yakin kawan, kau bahagia, kau rindu untuk bersegera bertemu dengan Sang Maha Pengasih juga Penyayang. Engkau begitu rindu akan kematian, begitu syahdunya menjemput jannahmu, menunggu sambutan para bidadari Surga….
Sungguh sahabat, kau menjadi guruku, kau mengajariku betapa sebuah keharusan memaknai sebuah usaha, memaknai sebuah perjuangan, memaknai sebuah perjalanan, juga …. kau menjadi guruku yang memperlihatkanku betapa indahnya Surga, lewat goresan senyummu sahabat.. Sungguh perjuanganku belum bs dibandingkan dengan perjuanganmu, aku iri, mungkin jika aku boleh menganalogikan perjuanganku hanya bagai sebutir kerikil kecil dibanding perjuanganmu yang bagai sebuah gunung perkasa dan menjulang tinggi.
Aku tidak mengenalimu, belum pernah bertegur sapa denganmu, juga tidak pernah mendengarmu meneriakkan kebeneran, aku bahkan hanya sebatas melihat secarik foto-foto yang mengisahkan perjuanganmu kawan. Sungguh kau orang berhati besar kawan, kau belum juga berkenalan denganku, tapi sudah ikhlas mengajariku akan jutaan pelajaran, juga ikhlas menginspirasi dengan senyum indahmu. Sungguh aku ingin berkenalan denganmu sahabat, berbagi kisah perjuangan denganmu, bercanda, bersenda gurau bersamamu. Doakan aku sahabat semoga bisa berjuang se-heroik dirimu, mempunyai prinsip seteguh dirimu, juga selalu menjadikan kebaikan menjadi pemikiran bukan sekedar pengetahuan.
Sahabat, apa kabar dirimu sekarang? Semoga aku bisa berjuang dengan konsisten, hingga kita dipertemukan-Nya di tepi telaga Kautsar, di Jannah Firdaus-Nya. Sungguh, rindu, selalu tergetar …ya merinding dengan banyak kisahmu. Sungguh aku iri..dan rindu akan hadirmu wahai sahabat.
Saiful Islam Robbani
Fak. Farmasi Universitas Padjadjaran