Para ulama salafussaleh mengupas tuntas masalah hati dengan segala potensi kebaikan yang dimilikinya. Diibaratkan hati adalah “raja”. Ia bisa menjadi organ tubuh yang paling taat atau yang paling maksiat. Dan salah satu produk hati yang bersih yakni RIDHA.
Ketika seseorang menjumpai hal yang tidak diingininya, maka ia bisa berdiri di antara dua sikap ; SABAR atau RIDHA. RIDHA adalah yang lebih utama. Adapun sabar, hukumnya wajib bagi setiap orang Muslim.
Sabar berbeda dengan ridha. Sabar adalah menahan diri dari amarah dan kekesalan ketika merasa sakit sambil berharap derita itu segera hilang.
Sementara Ridha adalah berlapang dada atas ketetapan Allah dan membiarkan keberadaan rasa sakit, walaupun ia merasakannya. Keridhaannya meringankan deritanya. Karena hatinya dipenuhi oleh ruh yakin dan ma’rifah. Bila ridha semakin kuat ia mampu menepis seluruh rasa sakit dan derita.
Mereka yang ridha adalah mereka yang dapat menghayati hikmah dan kebaikan Dzat yang mendatangkan ujian . Mereka tidak berburuk sangka kepadaNYa. Disaat yang lain menghayati betapa Dia Maha Agung, Maha Mulia dan Maha Sempurna. Ia terhanyut dalam persaksiannya atas semua itu, sehingga ia tidak lagi merasakan derita. Hanya saja cuma mereka yang benar-benar ma’rifah (kenal) dan ber’mahabah (cinta) saja yang yang dapat mencapai tingkatan ini. Mereka bahkan dapat menikmati musibah yang menimpa, karena mereka tahu bahwa musibah itu datang dari Dzat yang dicintainya.
Anas bin Malik meriwayatkan dari Nabi SAW , beliau bersabda
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa yang ridha niscaya ia kan mendapat ridhaNya . Barang siapa yang kesal dan benci niscaya ia akan mendapatkan murkaNya .
Ibnu Mas’ud berkata,” sesungguhnya Allah SWT dengan keadilan dan ilmuNya menjadikan kesejahteraan dan kegembiraan pada yakin dan ridha; serta menjadikan kesusahan dan kesedihan pada keraguan dan kekesalan kemurkaan :
Allah Swt berfirman : Barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan menunjuki hatinya (Ath Thagabun ;11)
Berkenan dengan ayat di atas, Al qamah berkata’ini tentang musibah yang menimpa seseorang yang mengerti bahwa musibah itu datang dari Allah, lalu ia pasrah dan ridha
“Maka sungguh akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (an Nahl ;97)
Abu Mua’awiyah Al Aswar menjelaskan maksud kehidupan yang baik adalah ridha dan qana’ah
Suatu ketika Ali bin Abi Thalib mendapati Adi bin Hatim tengah bersedih. Beliau bertanya,” Mengapa kamu bermuram durja? Ady menjawab” Apa tidak boleh? , sedang dua anakku baru saja terbunuh, pun mataku baru saja tercungkil?” Ali bertutur ,” …Wahai Adi, barang siapa ridha terhadap ketentuan Allah maka sesungguhnya ketetapan Allah itu tetap terjadi, dan ia mendapat pahala. Dan barang siapa tidak ridha terhadap ketetapanNya, Sesungguhnya ketetapanNya tetap terjadi dan amalan orang itupun terhapus….”
Adapun Abu darda mengunjungi seseorang yang menjelang ajal sambil memuji Allah SWT. Abu Darda berujar,” Anda benar sesungguhnya jika Allah menetapkan sesuatu, Dia senang jika diridhai..”
Hasan Al Bashri berkata,” Barang siapa ridha terhadap bagiannya, Allah akan meluaskan dan memberkahinya. Begitu pula sebaliknya.
Umar bin Abul Azis berkata,” aku tidak lagi memiliki kebahagiaan selain menerima apa yang ditakdirkan begitu. Beliau juga pernah ditanya apa yang paling anda senangi? Beliau menjawab semua yang ditetapkan Allah SWT. Suatu pagi seorang arab Badui mendapati banyak untanya pada mati. Berkatalah ia,” Tidak, demi Allah- yang aku adalah hambaNya- kalaulah bukan karena kedengkian orang-orang yang dengki, niscaya aku tidak akan senang menerima cobaan pada unta-untaku ini. Juga terhadap tidak terjadinya sesuatu yang telah ditetapkan Allah..
Abdul wahid bin Zaid berkata,” Ridha adalah pintu Allah yang terbesar, surga dunia dan tempat istirahatnya para ahli ibadah..”
Sebagian ulama berkata,” di akhirat nanti tidak ada derajat yang lebih tinggi daripada yang dimiliki oleh orang-orang yang ridha kepada Allah SWT dalam segala situasi. Maka barangsiapa yang dianugrahi ridha , sungguh ia telah mendapat derajat yang paling utama.
Sumber :Tazkiyatunnas, Konsep penyucian Jiwa menurut para Ulama Salafussalih