Di saat menjelang hari kemenangan yaitu Idul Fitri, beberapa keluarga yang tidak pulang mudik ke kampung mengalami kesibukan luar biasa. Hal ini terjadi karena pembantu rumah tangga mereka pulang mudik.
Sehingga, pekerjaan rumah tangga sehari-hari ditangani oleh seluruh anggota keluarga. Membersihkan rumah, menyiapkan makanan, mencuci, menyeterika baju dan aneka pekerjaan rumah tangga yang lain menjadi tugas rutin bersama.
Bisa dibayangkan, betapa berat tugas seorang pembantu rumah tangga mengerjakan semua tugas di atas. Dalam kondisi demikian, sangat terasa manfaat kehadiran pembantu rumah tangga dalam suatu keluarga.
Di sisi lain, dalam media cetak maupun elektronik, sering kita mendapatkan berita-berita tentang kekerasan dan perlakuan yang tidak manusiawi terhadap pembantu rumah tangga oleh majikan. Berupa perintah di luar kewajaran, dimarahi dan diberi hukuman fisik karena kesalahan kecil, atau tidak diberikan hak-hak mereka secara layak, seperti gaji, istirahat, dan makan. Terkadang malah tidak diberi kesempatan yang cukup untuk sholat, karena tugas yang diberikan nyaris tidak pernah berhenti selama 24 jam. Kasus-kasus di atas merupakan tindakan zalim yang tidak disukai oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda : ”Mereka adalah saudara kalian, Allah menjadikannya di bawah kendali kalian, maka berikanlah kepada mereka makanan sebagaimana yang kalian makan. Berikanlah mereka pakaian seperti yang kalian pakai. Dan jangan kalian sekali-kali menyuruh sesuatu di luar batas kemampuannya. Dan bila kalian menyuruh sesuatu, bantulah pekerjaannya semampu kalian.” (HR Muslim).
Suatu peringatan yang jelas, agar hak-hak pembantu rumah tangga harus diperhatikan. Sedangkan tugas yang diberikan harus wajar sesuai dengan kemampuan mereka. Kita harus menghargai dan menghormati martabat sebagai manusia terhadap seorang pembantu.
Harus disadari, di hadapan Allah SWT, posisi kita dan pembantu rumah tangga adalah sama, yaitu sesama manusia yang menjadi hamba-Nya. Tujuan hidupnya sama, yaitu mencari keridhaan-Nya. Mereka telah memberikan manfaat cukup banyak dalam penanganan beban pekerjaan rumah tangga. Sehingga, sepantasnya mereka diperlakukan secara baik. ” dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al Qashash [28] : 77).
Rasulullah SAW, memberi contoh bagaimana berperilaku terhadap pembantu rumah tangga. Anas bin Malik menceritakan, bahwa dia selama sepuluh tahun menjadi pembantu di rumah Rasulullah SAW belum pernah mendapat perlakuan kasar. Apakah itu dengan perkataan ataupun tindakan. Bahkan, ia belum pernah mendengar Rasulullah SAW memberi peringatan kepadanya: ”Mengapa kamu melakukan seperti ini ?” (HR Muslim).
Bahkan Rasulullah SAW mendoakan Anas bin Malik saat diantar ibunya menjadi pembantu di rumah beliau. ”Rasulullah, Anas ini pembantumu, doakanlah dia,” kata ibunya. Kemudian beliau berdoa untuk Anas bin Malik. ”Wahai Allah, berilah dia harta dan anak yang banyak serta berkatilah apa yang Engkau berikan.” (HR Bukhari). Pernahkan kita mendo’akan agar diberikan kebaikan untuk pembantu rumah tangga kita seperti yang dilakukan Rasulullah SAW ?
Seandainya pembantu rumah tangga jatuh sakit, harus diberi kesempatan untuk berobat. Biaya berobat tentunya menjadi tanggungan majikan. Jika dikarenakan kondisi sakitnya mengharuskan untuk istirahat, berilah kesempatan dengan membebaskannya dari tugas sehari-hari. Bukankah sang majikan sebagai karyawan/wati, siswa/i atau mahasiswa/i juga mengajukan izin untuk berobat dan beristirahat jika kondisi sakit yang diderita mengharuskan demikian?
Setelah pembantu rumah tangga kembali dari pulang mudik, cobalah kita berbuat lebih baik terhadap mereka. Kita wajib menempatkan pembantu rumah tangga pada posisi yang layak, dan tidak menganggap mereka pada status yang rendah. Mereka berhak mendapatkan penghargaan atas harkat dan martabatnya sebagai manusia secara wajar. Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk dapat memperlakukan mereka dengan baik.
Bontamg, Syawal 1429 H