Akhirnya Nabi membawanya menemui pembesar anshar yang memiliki putri yang cantik dan salihah, namun tawaran itu ditolaknya. Akan tetapi, putrinya tidak ingin menolak permintaan Rasulullah . Ia pun berkata “Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta maka tidak akan ada kerugian dan kehancuran bagiku,” katanya. Mendengar perkataan tersebut lalu Rasulullah pun berdo’a,
“Ya Allah limpahkan kebaikan atasnya, dengan kelimpahan yang penuh berkah. Jangan Engkau jadikan hidupnya susah dan bermasalah”.
Kemudian menjelang hari pernikahannya dengan perempuan cantik tersebut, ia ikut perang dengan Rasulullah.
Ketika di medan perang, pada akhir pertempuran, Nabi Muhammad bertanya kepada para Sahabat “Apakah kalian kehilangan seseorang?”, tanya Nabi. “Tidak Ya Rasulullah” serempak Sahabat menjawab.
Sepertinya Julaibib memang tidak berarti di mata mereka.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?”, tanya Rasulullah kembali. Kali ini wajahnya merah, “Tidak Ya Rasulullah”. Sebagian menjawab dengan cemas dan saling menoleh. Rasulullah menghela nafasnya, kemudian berkata “Tetapi aku kehilangan Julaibib , katanya. Para Sahabat tersadar, kemudian Nabi meminta mereka untuk mencarinya,
“Carilah Julaibib !”, tegasnya.
Setelah ditemukan, Ia ternyata dalm keadaan sudah tidak bernyawa. Sedangkan di sekitar jasadnya, ada tujuh jasad musuh telah ia bunuh.
Rasulullah dengan tangannya sendiri mengkafaninya. Lalu Beliau menshalatkannya dan berdoa “Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya”, kata Nabi dalam doanya.