Eramuslim.com – Beberapa waktu yang lalu, saya dan isteri bersilaturahim ke seorang relasi yang baru melahirkan. Ibu Lina −demikian orang sering memanggil, baru saja melahirkan putrinya yang kedua, hasil pernikahannya dengan Yulianto, seorang prajurit TNI AL (Marinir) asal Gombong, Jawa Tengah. Tinggalnya tidak jauh dari tempat kami, masih dalam satu kelurahan yang sama. Namun demikian untuk menempuhnya dengan jalan kaki, cukup menyita waktu sehingga kami memilih naik motor berboncengan.
Saat kami datang ke rumah orang tuanya, mereka (keluarga Bu Lina dan orang tuanya) menyambut kami dengan suka cita. Barangkali karena baru kali itulah kami bisa menyempatkan berkunjung setelah sekian kali ditawari untuk mampir tetapi kami tidak bisa memenuhinya.
Kami semua berkumpul di ruang tamu yang tidak tersekat dengan ruang keluarga. Tidak ada jarak pandang di antara kami, sehingga kami pun bisa mengobrol sambil menikmati hidangan pisang goreng dan makan malam yang disajikan. Sang bayi yang belum sepekan dilahirkan itu, sedang tidur pulas di kasur berkelambu yang ditaruh di atas bentangan kasur di ruang keluarga. Bu Lina, Ibunya, dan isteri saya berada tidak jauh dari kasur bayi berkelambu itu. Sedangkan saya bersama ayah dan suaminya berada di ruang tamu, mengobrolkan topik-topik yang berbeda yang sekali-kali topiknya bercampur juga dengan topik ibu-ibunya.