Oleh : Muhammad Masnur Hamzah Kata-kata adalah nutrisi dan penawar segala penyakit. Lidah adalah roda kemudi. Karena itulah, mengapa orang yang mengalami kegundahan, kesedihan, stress atau depresi, akan menjadi lebih baik ketika mendapatkan siraman kata-kata sejuk yang menghibur. Hal ini menunjukkan betapa hebatnya fungsi ucapan yang meluncur dari lidah seseorang. Tak semua ucapan ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian.
Saat kita mengucapkan, “Selamat pagi! Apa kabar?” kita tidak bermaksud mencari keterangan. Tapi hal itu upaya agar orang lain merasa apa yang disebut oleh Teori Analisis Transaksional sebagai, ‘Saya Oke-Kamu Oke’. Yaitu komunikasi yang ditujukan untuk menimbulkan kesenangan. Sebaliknya, perkataan yang buruk atau komunikasi yang gagal akan menimbulkan hubungan sosial yang tidak harmonis.
Maka dari itu, Allah swt. berfirman, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaithan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.” (QS Al-Isra’: 53)
Renungkanlah perumpamaan yang Allah SWT gambarkan dalam Al-Quran,
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, yaitu akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS Ibrahim: 24-25)
Berinfaklah dengan perasaan Anda…
Sungguh, kita kaya dan berkuasa atas perasaan yang kita miliki. Maka sedekahkanlah kekayaan bathin itu untuk keluarga dan orang-orang terdekat kita. Jangan halangi mereka dari merasakan perasaan-perasaan itu. Berkatalah pada istri, suami atau kerabat dan orang terdekat dengan mulut yang terbuka dengan sempurna, lalu selamilah isi hati kita. Usahakanlah selalu agar mereka tidak merasa bahwa kita pelit hati, walau tangan sering bersedekah. Jangan buat mereka gersang dan haus akan kesejukan hati kita. Janganlah bakhil mencurahkan kemurahan hati kita, padahal mereka mengetahui bahwa kita memiliki kemurahan itu. Apakah air sejuk hati ini begitu dalam, sehingga tak dapat dirasakan seperti halnya air di sumur yang dalam?
Atsar berikut bisa kita renungkan. Isteri terbahagia di antara para wanita, yaitu ‘Aisyah meriwayatkan dari Rasulullah saw.
“Surga adalah tempat orang yang bermurah hati.” (HR Ibnu ‘Ady).
Maka bangunlah surga dengan kedermawanan kata-kata yang baik dan lembut, pujian yang semerbak serta luapan perasaan cinta kasih. Karena kata-kata yang baik adalah mata air kehidupan bagi hati dan jiwa, lebih-lebih hati dan jiwa wanita. Jangan bakhil terhadap sepotong kata yang baik. Kenapa harus berat mengucapkan kata-kata menyejukkan? Apakah sepotong kata yang dikeluarkan membuat harta berkurang? Apakah sepenggal kalimat baik yang kita ucapkan membuat kita terbebani? Alangkah indahnya jika kita menjunjung syiar Islam, yaitu membahagiakan orang lain. Dan orang lain yang paling utama kita bahagiakan, adalah keluarga dan orang terdekat.
Sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah setelah amal fardhu, yaitu memberikan kegembiraan pada orang muslim.” (HR Ath-Thabrany)
Kata-kata lembut antara suami-istri mengandung pesan hati serta jiwa yang begitu dalam. Dan setelahnya, Insya Allah akan lahir kebahagiaan agung yang mencairkan segala kebekuan. Sinarilah rumah tangga dengan kata-kata baik nan lembut, maka Anda sudah membangun satu pondasi kokoh bagi pernikahan. Dengan ucapan yang menyejukkan hati, rumah terisi dengan cahaya saling memaafkan, cahaya toleransi dan cahaya cinta. Akhirnya, hati dan jiwa pun saling menyatu.