Putri Yang Tak Terjaga

Setiap khodimat memiliki tempat istimewa di hati keluarga kami, karena dengan segala ketulusan dan kesabarannya berkenan mengasuh anak-anak kami dengan baik, dengan gaji yang tidaklah seberapa besar dibandingkan pengorbanan yang mereka lakukan dimana merekapun harus meninggalkan keluarga dan anak-anaknya. Semoga Allah membalas kebaikan dan melimpahkan keberkahan, kebahagiaan kepada khodimat-ku dan keluarganya.

Ini cerita tentang keluarga khodimatku, tanpa bermaksud meyebarkan aib, semoga Allah memberikan kesabaran dan hikmah kepada mereka sekeluarga dengan adanya peristiwa ini, juga untuk kita…

Mencermati situasi politik Indonesia saat ini memang membuat hati ”gregetan”, karena hal banyak hal yang tidak sesuai dengan harapan kita sebagai rakyat, khususnya umat Islam. Seperti yang sedang hangat saat ini yaitu tentang dipilihnya Budiono sebagai cawapres yang akan mendampingi SBY tentu mengecewakan untuk partai-partai Islam yang telah menaruh harapan pada SBY. Tapi saya tidak membahas masalah itu, saya hanya ingin menghubungkan bahwa perasaan partai-partai Islam itu mungkin sama kecewanya seperti perasaan teman saya, yang tak lain juga putri dari khodimatku, yang dikecewakan oleh suaminya karena sebuah ”perselingkuhan” layaknya di cerita sinetron-sinetron. Padahal usia pernikahan baru berumur 1 bulan. Memang pernikahan ini terjadi karena keterpaksaan dimana untuk menutupi aib sebab mereka telah berzina dahulu dan telah mengandung 6 bulan ketika menikah. Na’udzubillah Min Zalik.

Tidak perlu saya ceritakan bagaimana terpukulnya perasaan seorang ibu (khodimatku), yang begitu sabar menjaga dan merawat anak-anakku, tapi putrinya sendiri ”tak terjaga”. Putri yang diasuhnya seorang diri, karena telah ditinggal oleh suami sejak anak pertamanya berusia 4 tahun dan adik terkecilnya belum genap setahun. Putri yang dibanggakan. Putri yang telah menutup aurat di usia 17 tahun. Putri yang penurut dan pemalu. Putri yang telah disekolahkan hingga jenjang S 1, merupakan ukuran prestasi yang luar biasa, padahal beliau hanya seorang pembantu rumah tangga tapi memiliki tekad yang kuat untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Mungkin karena Ibu telah begitu percaya kepada putrinya yang telah dianggap dewasa dan bisa membawa diri sehingga pengawasan kepada putrinya berkurang, sehingga menyebabkan terjadinya musibah tersebut. Tapi itulah ujian, datang tanpa diminta dan diduga, bisa terjadi kepada siapapun dan kapanpun. Yang semua itu pasti Allah punya maksud lain yang tujuannya baik, yang akan terjawab seiring berjalannya waktu.

Pertengahan Pebruari 2009
Putri Ibu sms kepadaku isinya berikut ” Assalamu’alaikum mba, ternyata suami saya selingkuh mba, saya harus bagaimana, saya kemarin habis menemui pacarnya dan pacarnya itu tahu kalo Mas sudah beristri dan diapun tahu saya lagi hamil, tapi si Mas bilang ke pacar kalo anak yang saya kandung bukan anaknya”.
Tolong jangan bilang Ibu yach mba, saya takut ibu sakit….”

Aku beristighfar sebanyak-banyaknya. Aku kira cerita seperti ini hanya ada disinetron saja tapi memang benar-benar ada di alam nyata. Mungkin jika aku tega ingin aku bilang ke dia ”rasakan sendiri deh akibatnya”. Tapi menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah. Khawatir malah berakibat dia mencari solusi alternatif yang tidak benar.

Akhirnya setelah berdiskusi dengan suamiku aku menemui si putri ini, aku berikan ia 2 alternatif tindakan beserta konsekwensi-konsekwensinya.

Alternatif pertama
Klarifikasikan ke suami tentang berita ”perselingkuhan” tersebut, bagaimana tanggapannya, lalu tanyakan komitmen dan tanggung jawabnya terhadap pernikahan ini. Kemudian urus surat nikahnya secara resmi ke KUA setelah bayinya lahir nanti, agar status putri dan anak yang lahir nanti legal, dimata negara dan agama.Tapi sebaiknya inisiatif, prakarsa dan biaya pengurusan ini harus menjadi tanggung jawab suami, karena itu menunjukkan komitmennya terhadap kelangsungan pernikahan ini.

Konsekwensi dari langkah ini jika ke depannya ternyata suami ”bertingkah” lagi dan tidak menunjukkan itikad yang baik terhadap kelangsungan pernikahan ini maka persiapkan mental untuk kecewa kembali dan kondisikan anak yang akan lahir nanti agar tidak menjadi ”korban” berikut yang akan dizholimi hak-haknya oleh suami alias bapaknya tersebut.

Alternatif kedua
Sudahi saja pernikahan ini. Atau khulu’ namanya, dimana si istri menggugat cerai ke suami dan tidak akan meminta pertanggung jawaban apapun serta mengembalikan mas kawin yang sudah diberikan.

Mungkin langkah ini pahit, karena baru nikah 1 bulan sudah cerai, dalam keadaan hamil pula. Tapi mungkin lebih agak tenang karena sudah berlepas diri dari kelakuan suami yang sudah mulai terlihat kelunturan kesetiaan dan komitmennya. Mengenai akte kelahiran anak semoga Allah memberi jalan untuk diberi kemudahan dalam pengurusannya.

Tetapi saya tegaskan pilihan-pilihan ini harus benar-benar berdasarkan pertimbangan yang matang dan istikhoroh sebanyak-banyaknya, bukan berdasarkan emosi atau desakan siapapun.

Awal Maret 2009
Aku mendengar dari putri, ketika itu pukul 07.00 WIB jika sekarang sedang berkumpul seluruh keluarga bersama suaminya, untuk memutuskan kelanjutan pernikahan ini. Akhirnya putri memilih untuk mengambil langkah khulu’. Dan ketika aku tanyakan bagaimana tanggapan suami tentang permintaan khulu’ tersebut, jawabannya ”dengan senang hati, dan saya tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi”, jawaban yang melankolis, tapi ada maksud tersirat berlepas diri dari tanggung jawab.

Kami terus memberikan penguatan dan nasihat kepada putri, bahwa ini semua adalah pelajaran. Setiap orang pernah berbuat kesalahan, jadikan kesalahan itu pelajaran berharga agar menjadi lebih baik. Jangan sampai terulang lagi. Perbanyak istighfar dan sholat malam, agar Allah mengampuni dan senantiasa memberikan petunjuk-Nya. Lalu rawat dan didik anak yang akan lahir nanti dengan sebaik-baiknya, karena bagaimanapun itu adalah amanah Allah.

Akhir Maret 2009
Alhamdulillah lahir lah bayi perempuan mungil, sehat walaupun dalam kondisi prematur, karena perkiraan melahirkan bulan Juni. Semoga menjadi anak yang sholehah dan penyejuk hati ibunya yang tengah bersedih. Beberapa hari kemudian Ibu dan putrinya menelponku, meminta suamiku untuk memberikan nama yang Islami. Akhirnya kami beri nama anak dari Putri Ibu dengan nama ”Nafilah Nafisah” bermakna Anugrah yang berharga. Kami berharap semoga keluarga Ibu dan putri tetap mensyukuri kehadirannya, sebagai suatu anugrah. Walaupun ditengah kondisi yang sulit, walapun saat ini perasaan ibunya sedih karena harus ditinggal oleh suami dan perasaan-perasaan sedih lainnya.

Sejak Putri memutuskan berpisah hingga Nafilah Nafisah terlahir, mantan suaminya tidak pernah menelpon apalagi membezuk layaknya seorang ayah. Semoga jangan ada lagi laki-laki semacam itu didunia ini, dan semoga mantan suaminya itu diberikan hidayah-Nya, agar tidak ada lagi wanita-wanita lain yang menjadi korban selanjutnya.

*****
Insya Allah banyak hikmah yang bisa kita ambil dari kisah diatas. Itulah tantangan terbesar kita sebagai orang tua zaman sekarang. Dimana akibat pengaruh globalisasi, teknologi tingkat tinggi, gaya hidup, tayangan televisi yang unsur pornografi dan pornoaksinya tinggi tapi perlahan namun pasti akan menghancurkan akhlak generasi ini. Tapi mengapa justru banyak yang menggemari? Itulah kelemahan rakyat Indonesia yang ”kurang cerdas” dalam memilih informasi, khususnya informasi untuk anak kita. Kita tidak menyadari bahwa kita tengah ”dijajah”, dan sasaran utamanya adalah generasi muda.

Karena itu saya ingin sekali menyampaikan kepada para kamu feminis, kamu reformis, kaum liberal, para produsen seni dan kaum lain yang menentang RUU Anti pornografi , bahwa alasan kami mendukung disahkannya RUU tersebut bukan semata-mata karena kami muslim, bukan karena RUU tersebut kebetulan sesuai dengan syari’at kami, tapi alasan terbesar kami adalah ”Karena kami mencintai anak-anak kami / generasi penerus bangsa ini, kami ingin mereka memiliki akhlak yang baik, akhlakul karimah, akhlak ke-Timuran bangsa Indonesia yang dahulu sempat dibanggakan oleh almarhumah Ibu Tien Soeharto”.

(Ketika semasih SMA, saya salut karena beliau melarang pengiriman duta ”Miss Universe” alasannya karena tidak sesuai dengan budaya Timur orang Indonesia).

Sebagai orang tua kita dituntut untuk cerdas dalam menangani pendidikan anak era sekarang. Rasanya kita sangat perlu merenungi tentang hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan ”didiklah anak sesuai zamannya”.

Sebagaimana Ibu Dewi Inong atau Ustzh. Wulansari Psi. pernah mengisi dalam suatu acara kajian seminar “Pendidikan seks anak usia dini”. (hi….bayangan saya akan di ajarkan cara-cara ngeseks diusia dini, ternyata bukan…).
Sangat sederhana beliau memberikan rumus diantanya ajarkan anak sejak dini tentang

  1. Aurat, batasan-batasan mana anggota tubuh yang boleh dilihat oleh orang lain, dan batasan-batasan mana anggota tubuh orang lain yang boleh kita lihat.
  2. Berzinah, kenalkan anak tentang hikmah dari ayat “La taqrobuzinah” Janganlah kau mendekati zina, mengapa bukan “Janganlah kau melakukan zinah”, karena kata “mendekati” itu maknanya lebih luas dari pada “melakukan”. Salah satu konkritnya yaitu tanamkan kepada anak “ Say no to pacaran”. Hari gini masih Jomlo, very good…
  3. Menikah.

Hal diatas bukanlah perkara mudah, tapi bukankah Allah tidak melihat hasilnya, tapi Allah akan melihat prosesnya, usaha/ ikhtiar orangtua sejauh mana dalam mendidik anak-anak kita.

Sebagaimana kisah Fudhail bin Iyadh rahimahullah, ia mendo’akan anaknya yang bernama Ali yang masih kecil dengan ungkapan “ Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa aku sudah berusaha mendidik anakku Ali, tapi aku tidak mampu. Maka didiklah dia untukku.” Ini bukanlah suatu sikap pesimisme, tapi dilandasi keyakinan bahwa bagaimanapun kuatnya pendidikan orang tua, tapi keadaan anak mutlak tergantung dari kehendak Allah swt. Dan akhirnya Allah mengabulkan do’a Fudhail, Jadilah Ali seorang ulama besar, melebihi ayahnya.

Lalu bagaimana menyiasati teknologi Hi-Tech, seperti internet dan televisi? Apakah dengan melarang anak berhubungan dengan internet? Tapi kita tidak tahu apa yang di akses oleh anak kita di warnet-warnet terdekat. Atau dengan meniadakan televisi dirumah kita?, tapi anak numpang nonton ditetangga atau dirumah temannya.

Yang dibutuhkan adalah strategi dalam menempatkan media-media tersebut sesuai dengan fungsi utamanya. Bagaimana strateginya? Mari kita belajar bersama… ..menjadi ibu yang cerdas..

Dengan berpedoman pada sabda Nabi ”didiklah anak sesuai zamannya…”

Dan firman Allah dalam Qur’an surat At-Tahrim: 6 ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".

Untuk anak-anakku Amjad, Fauqy, Labib semoga Allah menjadikan kalian pribadi2 yang bertqwa,
dan senantiasa dekat dengan nilai-nilai kebaikan. Amin.

[email protected].
[email protected]