Rasulullah saw. Bersabda:“ Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian menyertainya berpuasa enam hari di bulan Syawal maka pahalanya sama seperti berpuasa sepanjang hari” (HR Muslim)
Berpuasa enam hari di bulan Syawwal sunnah hukumnya. Dilaksanakan boleh kapan saja selain tanggal satu Syawwal. Karena saat itu merupakan hari kemenangan bagi umat Islam. Dan demi merayakan hari tersebut, Allah mengharamkan hambaNya berpuasa.
Melaksanakan puasa ini tidak harus berurutan. Tidak mesti melakukannya enam hari sekaligus dalam seminggu. Boleh saja berkelang, asal penyelesaiannya masih dalam bulan Syawwal itu juga.
Ada satu hal yang cukup menarik untuk direnungkan dalam masalah ini. Semulanya mungkin kita berfikir kenapa setelah sebulan penuh menjalankan aktivitas puasa, kini ada puasa lagi. Tentu ini memiliki tujuan tersendiri. Karena tidak ada sesuatu yang disyariatkan oleh Allah kecuali di dalamnya ada manfaat.
Jika dilihat dari waktu pelaksanaannya, puasa Syawwal adalah salah satu bentuk follow up pembentukkan muslim menjadi seorang muttaqin yang sejati. Kalau hasil akhir dari pelaksanaan puasa Ramadhan yang lalu adalah takwa maka puasa Syawwal ini merupakan kelanjutan cara Allah membentuk hambaNya agar tetap bertakwa.
Firman Allah swt: Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS;2:183)
Ini adalah cara yang tepat untuk membuat seorang muslim tetap berjalan di atas rel ketakwaan dalam menjalani kehidupan. Karena pada dasarnya manusia diciptakan berkeluh kesah (QS. 70:20). Terkadang orang sering melupakan Allah kalau lagi senang. Oleh karena itu, meskipun dalam momentum lebaran yang syarat dengan kegembiraan tidaklah menjadikan kita melupakan Allah.
Tidak ada martabat yang lebih tinggi selain takwa. Seseorang baru dianggap mulia dalam pandangan Allah sesuai dengan ketakwaan yang ia miliki. “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu…” (QS. 49:13)
Dan dengan takwalah kemakmuran satu bangsa dapat diperoleh. Mungkin inilah kunci yang belum digunakan dalam mengatasi krisis yang berkepanjangan di negara kita. Oleh karena itu keluar dari Ramadhan, dan berada di bulan Syawwal semoga meningkatkan ketakwaan kita. Firman Allah swt: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi..” (QS. 7:96)