Oleh: Adam Cholil (Pengajar di HSG Khoiru Ummah Gresik)
Marhaban Ya Ramadhan. Allah swt. kembali menyuguhkan bulan Ramadhan yang mulia kepada kita. Bulan yang penuh rahmat, keberkahan, dan pengampunan. Bulan pertama kali diturunkan Al Quran kepada Nabi Muhammad saw. Bulan di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Setan-setan dibelenggu, pintu neraka dikunci, dan pintu surga dibuka selebar-lebarnya. Bulan Ramadhan adalah bulan anugrah bagi umat Islam, karena kita diberi kesempatan untuk kembali menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah swt., setelah selama sebelas bulan kita banyak melalaikan segala perintahNya dan terlena dengan kehidupan dunia.
Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadlan dengan dilandasi keimanan dan semata mengharap ridla Allah swt. akan keluar dari dosa-dosanya seperti keadaan saat ia keluar dari rahim ibunya. Pahala berbagai amal pun dilipatgandakan oleh Allah swt. hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih. Bulan Ramadlan merupakan bulan sabar, bulan jihad, dan bulan kemenangan, serta bulan pembentuk ketqwaan.
Bukan hanya itu, bulan Ramadlan merupakan bulan membaca Al Quran, bulan mengeluarkan zakat fitrah, bulan memakmurkan masjid, bulan taubat kepada Allah swt., bulan ishlah antar sesama kaum muslim, bulan silaturrahim, bulan menolong mereka yang membutuhkan, bulan menjaga lisan dan perbuatan, bulan pembaharuan dan pengokohan iman, serta bulan penyucian hati dan pikiran.
Menuju Ketaqwaan yang Sesungguhnya
Ramadhan adalah bulan pembentuk pribadi yang bertaqwa. Yaitu pribadi yang senantiasa berupaya melaksanakan apasaja yang diperintahkan Allah swt. dan menjauhi apasaja yang dilarang-Nya. Dia berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ .
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (QS. Al Baqarah:183)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa inti dari puasa bulan Ramadlan itu adalah menjadikan manusia sebagai pribadi yang bertaqwa. Imam Al Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abidin, halaman 121, mengatakan, bahwa pribadi yang bertaqwa adalah pribadi yang memiliki perasaan takut yang sangat kepada Allah swt, hanya berbakti dan tunduk kepada-Nya, serta membersihkan hati dan perbuatan dari segala dosa. Dengan begitu ia tidak akan berani sekecil apapun melanggar aturan Allah swt.
Ketaqwaan yang tulus haruslah ditunjukkan oleh lisan, hati, dan perbuatan seseorang. Allah swt. memerintahkan kita agar mengikuti seluruh yang dibawa Rasul saw. dan mencegah diri dari seluruh larangan yang disampaikan Rasul saw. Allah swt. berfirman:
“Apa saja yang dibawa Rasul kepada kalian maka ambillah. Dan apa saja yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah.” (QS. Al Hasyr [59]:7)
Jadi taqwa merupakan ketaatan total kepada Allah swt. dengan cara mengikuti setiap hukum dan aturan-Nya yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. Allah swt. berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian semua ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh nyata bagimu. Tetapi, jika kalian menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al Baqarah [2] : 208 – 209).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sebagian orang-orang Yahudi yang masuk Islam menyangka bahwa keimanan mereka tidak ternodai sekalipun mereka tetap meyakini sebagian isi Taurat. Namun, Allah swt. menjelaskan bahwa masuk kedalam iman mengharuskan beriman kepada suluruh apa yang diturunkan Allah swt. berupa Islam ini. Bila tidak, berarti ia telah mengikuti syaithan yang sebenarnya merupakan musuh yang nyata. Saat itulah turun surat Al Baqarah [2] ayat 208 dan 209 tadi. Lebih jauh beliau memaknai ayat ini dengan menyatakan ‘Allah swt. memerintahkan kepada kaum beriman dan meyakini kebenaran Rasulullah Muhammad saw. untuk mengambil seluruh ajaran Islam dan syari’atnya, melakukan semua perintah-Nya dan meninggalkan apa pun yang Dia larang dengan sekuat tenaga’. (Tafsirul Qur`anil ‘Azhim, I, halaman 307 – 308).
Bulan Ramadlan merupakan saat yang tepat bagi kita untuk menjadi orang-orang yang melakukan ketaatan penuh kepada Allah swt. menjadi pribadi yang bertaqwa yang menjalankan hanya hukum dan aturan-aturan-Nya saja baik dalam hal yang berkaitan dengan pribadi, masyarakat, maupun negara.
Perbanyak Ibadah
Untuk menjadi pribadi yang bertaqwa sebagaimana hikmah disyariatkannya puasa Ramadhan hendaknya kita menjadikan Ramadhan sebagai ajang latihan untuk seterusnya menjadi pribadi yang taat dan gemar beribadah kepada Allah swt. Beberapa kegiatan ibadah ini bisa kita jadikan sebagai amalan dibulan Ramadhan yang akan kita jalani:
- I’tikaf. Yaitu diam di masjid dengan niat yang khusus dan disertai ibadah. Imam Nawawi dalam kitab An-Nihayah mengartikan i’tikaf sebagai menetapi sesuatu dan menempatinya. Maka orang yang menetap di masjid dengan melaksanakan ibadah di dalamnya disebut orang yang beri’tikaf. Rasulullah saw. biasa melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir ramadhan. Ibnu Umar ra. Berkata:
« كَانَ رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ »
Rasulullah saw. beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan. (HR. Mutafaq ‘alaih)
- Memperbanyak bersedekah. Ibnu Abas ra. berkata:
« كَانَ رَسُوْلُ اللهِ، صَلىَّ الله عليه وسلم، أَجْوَدَ النَّاسِ،
وَكَانَ أَجْوَدُ مَا َيكوُنْ ُفِيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ».
Rasulullah saw. adalah orang yang sangat dermawan kepada siapapun, dan pada bulan ramadhan beliau lebih dermawan lagi saat Jibril menemui beliau. (HR. Mutafaq ‘alaih)
- Memperbanyak membaca al-Qur’an. Karena pahala membacanya akan dilipatgandakan melebihi pahala pada bulan selain ramadhan. Selain itu bulan ramadhan adalah bulan dimana al-Qur’an diturunkan pertama kali. Oleh karenanya para ulama terdahulu lebih banyak mengkhatamkan al-Qur’an dibulan ramadhan. Imam Syafi’i biasa mengkhatamkannya sebanyak 60 kali pada bulan ramadhan lebih banyak dari bulan lainnya yang hanya satu kali dalam sehari semalam. Malaikat Jibril senantiasa mendatangi Rasulullah saw. pada bulan ramadhan untuk membacakan al- Qur’an kepada beliau. Ibnu Abas berkata: Jibril menemui Rasulullah saw. pada setiap malam dibulan ramadhan kemudian ia membacakan Qur’an kepada beliau saw. (HR. Mutafaq ‘alaih)
- Bersungguh-sungguh memperhatikan lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir. Rasulullah saw. bersabda:
« تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوَتْرِ مِنَ العَشْرِ الأوَاخِرِ
مِنْ رَمَضَانَ. »
Carilah lailatul qadr pada tanggal ganjil di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. (HR. Bukhori)
- Melakukan ibadah umrah. Rasulullah saw. bersabda: “Umrahlah kamu pada bulan ramadhan, karena umrah pada bulan ramadhan sebanding dengan melaksanakan ibadah haji.” (HR. An-Nasai)
- Berjihad di jalan Allah. Dari Abu Sa’id Khudri radhiyallah ‘anhu, Rasulullah saw. bersabda:
« مَامِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْمًا ِفيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللهُ بِذَلِكَ
الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفاً. »
Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari dalam (perang) di jalan Allah, melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya -karena hari tersebut- dari neraka sejauh (perjalanan) 70 tahun. (HR. Mutafaq ‘alaih)
- Memperbanyak berdo’a. Dari Aisyah ra. ia berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana jika suatu malam aku mengetahui bahwa itu malam lailatul qadar, apa yang harus aku baca? Beliau bersabda, bacalah;
« اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنّي. »
Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pemaaf, Engkau menyukai permintaan maaf maka ampunilah aku. (HR. Tirmidzi)
- Memperbanyak shalat sunnah.
« مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إيمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. »
Barangsiapa yang bangun (untuk shalat) pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Mutafaq ‘alaih)
Semoga kita menjadi manusia yang akan meraih ketaqwaan dengan kembali datangnya bulan suci Ramadhan tahun ini. Untuk itu kita harus bekerja keras dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Hati-hati terhadap bujuk rayu syaithan yang akan senantiasa mengintai manusia untuk menggelincirkan manusia dari jalan yang benar menuju kesesatan. Kita sambut Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan yang dalam agar kita sukses dan dapat meraih kemuliaannya. Amin.