Secara pribadi aku memang tidak mengenalnya. Siapa namanya, dan di mana tempat tinggalnya. Tapi menurut penilaianku, ia termasuk perempuan yang pintar dalam berikhtiar.
Setiap hari, perempuan setengah baya itu berikhtiar menjemput rejeki dengan berdagang sayur mayur dan berbagai kebutuhan dapur lainnya. Dengan sepeda ontel, ia berkeliling komplek menjajakan barang dagangannya. Meski belum pernah membeli, aku sempat memperhatikan saat ia berhenti di salah satu rumah tetanggaku. Berbagai jenis sayuran yang hijau dan segar tertata rapi di keranjang bambunya. Juga bumbu dan bahan masakan lain seperti tahu, tempe, ikan, ayam dan juga buah-buahan terkemas dalam kantong plastik, bergelantungan di sisi kiri dan kanannya. Bukan hanya itu yang menarik perhatianku, tapi juga penampilannya, cara berpakaiannya yang rapi dan sopan.
Mungkin penilaianku kali ini terlalu subjektif, tapi aku memiliki perbandingan tersendiri. Dia yang walau repot naik turun sepeda, tetap memperhatikan penampilan dengan menutup aurat secara baik dan benar. Celana panjang ia kenakan untuk menutupi bagian bawah yang mungkin tersingkap saat naik, mengendarai atau turun dari sepeda bila ada calon pembeli yang ingin berbelanja. Ini sangat berbeda dengan cara berikhtiar perempuan yang pernah kutemui di pusat perbelanjaan dan pameran.
Jika ibu si penjual sayur menyiasati usahanya dengan hanya menjual sayuran kualitas terbaik, menatanya sedemikian rupa agar menarik dan mudah diambil ketika ada pembeli yang menginginkannya, maka demikian pula yang dilakukan oleh mereka, para penjual – perempuan – di pusat perbelanjaan dan juga pameran. Kualitas terbaik, tampilan yang menarik jelas tak boleh diabaikan. Tapi ada satu hal yang kerap terlupakan, atau barangkali sengaja diabaikan, adalah penampilan diri mereka sendiri. Bukan tidak menarik, tapi sampai saat ini aku masih belum menemukan jawaban yang memuaskan, apa hubungannya antara produk yang mereka tawarkan dengan tampilan mereka yang demikian ( baca: seksi )?
Tidak dilarang seorang perempuan bekerja di luar rumah – walau sebenarnya mereka memiliki lahan berjuang sendiri yaitu di dalam rumah tangganya – bahkan menjadi wajib ketika tidak ada lagi yang menanggung kebutuhan hidupnya, hanya saja ada batasan dan ketentuan yang harus diperhatikan. Selain memilih jenis pekerjaan atau profesi yang akan dijalani, menjaga penampilan yang dibenarkan oleh syariat haruslah diperhatikan.
Menjadi pegawai kantoran, berdagang di pasar atau pusat perbelanjaan, menjadi penjaga stand di pameran, boleh-boleh saja, selagi tetap terpenuhi syarat halalnya, namun jangan lupakan sisi keberkahannya. Tidak harus, bahkan tidak perlu mengkondisikan penampilan sedemikian rupa untuk menarik perhatian, apalagi sampai membuka atau membiarkan terbuka bagian tubuh yang seharusnya ditutupi.
Jadi bila aku menilai ibu penjual sayur keliling itu sebagai salah satu perempuan yang pintar berikhtiar, menurutku beralasan. Bandingkan saja ia dengan mereka yang menawarkan berbagai produk di pusat perbelanjaan, pameran-pameran dengan penampilan yang seksi, pakaian serba mini padahal produk yang mereka tawarkan tidak ada kaitannya dengan keseksian yang mereka perlihatkan. Sebenarnya yang diharapkan adalah orang datang untuk membeli atau datang untuk sekedar menikmati – keseksian yang diperlihatkan?
Wahai saudari-saudariku, berkaryalah, berprestasilah, gapai kesuksesan, jemputlah rejeki, pilih yang halal, dan jangan lupakan keberkahan. Berikhtiarlah untuk itu semua. Hindari, jauhi fitnah sejak dini, salah satunya dengan memperhatikan cara berpakaian. Tutuplah aurat dengan baik dan benar. Sesungguhnya, ketika kalian berpenampilan sopan, maka kaum kami, laki-laki akan merasa segan. Jika kalian pandai menjaga diri, maka kamipun lebih menghargai. Hal yang sama juga berlaku bagi kita, kaum laki-laki. Jika kita sopan, maka mereka, perempuan pun akan segan dan lebih menghormati.
Penulis: Abi Sabila
email: [email protected]