SEORANG laki-laki berumur setengah baya (Anggota Dewan), terbuai oleh pijatan-pijatan. Tubuh merasa nyaman dan kepenatan dikepalanya merasa ringan. Dan tanpa sadar ia terlelap di bale-bale selama beberapa menit. Begitu yang terjadi pekan ini diberitakan di semua media cetak/elektronik nasional.
Bicara pijat atau pijit, memang hal yang istimewa bagi mereka yang penat dan lelah bekerja. Dengan kita dipijat, beban untuk sementara waktu terasa ringan, akibatnya pijat atau message menjadi pilihan utama.
Dibanding wanita, pijat ternyata sangat digandrungi pria. Setidaknya, prosentase dapat dibuktikan dari sebuah surat kabar nasional yang melihat jumlah pelanggan laki-laki yang kian meningkat tiap tahunnya di sejumlah salon/message di Jakarta. Bisa jadi mungkin potensi kerja pria lebih berat, karena ia harus bertanggung jawab memberikan nafkah pada keluarga.
Namun ada seorang Anggota Dewan yang merasa penat lalu pergi ketempat panti pijat ?.Jawabnya adalah hal yang lumrah (biasa). Tapi jika Anggota Dewan tersebut adalah salah satu partai politik yang mengusung nama dakwah, ini yang berbeda. Sang pemburu berita bakal memangsa sang wakil rakyat ini.
Manisnya menjadi Anggota Dewan (Anggota Legislatif) adalah pilihan terbaik. Sebelum diangkat (caleg), kebanyakan dari mereka berani mengeluarkan kocek tak tanggung-tanggung. Dari menjual investasi rumah, harta, bahkan pinjam sana-sini. Pikirnya, jika menang, modal pasti kembali.
Memang kafalah (gaji) Anggota Dewan tidak sama dengan pegawai kantoran. Konon walau dipotong untuk kontribusi partainya, tapi tunjungan saja sudah menutupi gajinya sebulan. Makanya selama lima tahun, dengan upah tinggi, mereka diwajibkan waktunya untuk ’mikirin rakyat’, rapat dan kunjungan ke berbagai daerah. Kebanyakan dari kita kesemsem seperti mereka. Katanya Anggota Dewan ”uang tidak berseri”. Lihat saja jika masa jabatan habis, justru sibuk untuk mencalonkan kembali.
Begitulah sosok Anggota Dewan. Sampai ia lupa bahwa dirinya panutan masyarakat bahkan selebritis. Jika mereka lengah, pastinya berita miring akan terjadi. Sebelum terjadi, menurutnya mudah, tinggal lirik sana-sini dan tutup sana-sini tapi ingat sang Khalik yang mengatur akan melihat.
Seadainya diantara kita sudah dibaiat untuk menjadi Anggota Dewan, sangat memperhatikan rambu-rambu. Merujuk kisah diatas sangat dianjurkan untuk lebih waspada. Dari namanya saja, panti pijat, nama ini sangat identik dengan profesi wanita penghibur. Apapun namanya plangnya, Message, Sauna, Delima, Mawar, Pijat Sehat Bersih, selalu menjadi berita miring. Hati-hati, Jangan terkeco dengan panti pijat tuna netra ?!. Konon, lagi-lagi itu hanya plang saja, sedangkan pemijat justru sehat dan bugar.
Ya, walau tidak semua sama tapi setidaknya memastikan bahwa ia benar-benar profesi seorang pemijat. Khususnya Anggota Dewan dari partai politik yang mengusung nama dakwah, jangan sampai pijat, pijit akhirnya melejit. Untuk urasan pijat dan pijit bukankah baiknya sama istri tercinta saja dirumah, itu lebih terjamin loh…