Pesawatku yang Malang

Pagi itu seperti biasa layar televisi menghiasi aktifitas awal keseharian. Berita seputar perkembangan Indonesia di beberapa stasiun televisi walaupun sekilas lumayan sekedar menambah informasi, terutama informasi olah raga sepakbola sebagai hobi saya. Tapi saat pertama menyalakan TV channel langsung terpokus di Trans TV. Dan saat belum sempat channel diputar ke tempat lain, berita di sana langsung menyita perhatian saya.

Hanya saya yakin berita itu bukan hanya menyita perhatian saya sendiri, tapi menyita perhatian banyak pihak. Betapa tidak, berita pagi itu menyuguhkan informasi kecelakaan pesawat Garuda. Yang menyita perhatian banyak pihak, bukan semata-mata kecelakaannya atau karena ada nya salah seorang tokoh no satu di Muhammadiayah, akan tetapi yang menarik dan menyita perhatian saya secara pribadai adalah beruntunnya kecelakaan peswat yang terjadi di negeri ini.

Mungkin memang benar bahwa semua itu adalah suratan yang telah di tuliskan jauh-jauh hari di Lauhil Mahfudz. Akan tetapi bencana demi bencana yang saat ini melanda negeri ini, sepertinya sulit untuk dihentikan. Sehingga ada rumors, ”kepepimpinan SBY adalah kepemimpinan penuh duka”. Sejak kejadian Tsunami Aceh, sampai sekarang terus beruntun bencana berlangsung. Maka pantas rumor itu semakin kuat.

Padahal belum lama, bahkan kurang dari satu minggu SBY berduet bersama Ebiet G. Ade menyanyikan lagu-lagu keprihatinan atas bencana demi bencana di negeri ini. Tak tau nya 7 Maret 2007 pesawat Garuda tiba-tiba mengalami kecelakaan di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Sepertinya Garuda tidak mau ketinggalan untuk ikut menyemarakkan duka nestapa negeri ini.

Semua tentu menyiratkan sesuatu yang sangat mendalam, ada apa di balik semua ini? Apakah itu terjadi secara kebetulan? Atau kah itu sebuah peringatan? Semua tentu hanya Allah yang tau, kita hanya bisa menganalisa. Akan tetapi tidak ada salahnya jika kita semakin yakin akan kekuasaan Allah SWT. Sehingga kita harus lebih banyak introspeksi dengan bencana ini.

Mungkin tidak asalah apa yang dilantunkan Ebiet dalam salah satu bait nya;

mungkin Tuhan mulai bosan

melihat tingkah kita

yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa

atau alam mulai enggan

bersahabat dengan kita

coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang”

Sekarang mari kita kembali kepada diri kita masing-masing, dan seharusnya kita sadar diri atas berbagai khilaf dan alfa yang telah kita lakukan. Sehingga kesadaran ktia akan berbagai kesalahan diri akan membantu memulihkan kondisi negeri ini. Bukan malah sebaliknya kita semkain tidak menyadari kekuasaan dan kebesaran Allah, sehingga Allah murka terhadap kita.

Kita semua tentu berharap tidak lagi terjadi bencana yang menimpa negeri ini, sehingga kondisi negeri ini bisa cepat stabil. Biar lah yang sudah menjadi catatan prasasti buruk negeri ini. Pesawat ku yang malang, mudah-mudahan engkau adalah yang terakhir menjadi saksi duka nestapa negeri ini.

Untuk itu segeralah kembali kepada jalan Allah, jalan yang menuntun kita pada hidayah dan kebenaran.

Wallahu’alam

Bandung, 8 Maret 2007

rah_miraj@yahoo. Com