Selanjutnya diajarkan cara menjaga ibadat tersebut agar tidak sirna (Tasauf). Jika keempat pendidikan ini sudah ada pada diri si anak, ketika beranjak masa remaja anak-anak kita akan menjadi pribadi yang kuat. Baik baik budi pekertinya, lembut tutur katanya. Karena pendidikan di atas sudah merepresentasi bagaimana cara berinteraksi dengan Allah Ta’ala dan cara berinteraksi dengan manusia.
Dalam Al-Qur’an sudah tertera cara mendidik anak serta ilmu apa pertama kali yang harus ditanamkan oleh orangtua. Banyak kisah-kisah para pendahulu kita yang sukses mendidik anak dengan metode Al-Qur’an. Sebut saja Lukmanul Hakim. Lalu pelajaran apa saja yang beliau berikan kepada anaknya? Yang utama adalah persoalan akidah.
Sebagaimana firman Allah :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
”Wahai anak ku jangan sekali-kali engkau sekutukan Allah.” (QS: Al-Lukman:13).
Konsep Tuhan dalam Islam adalah Tauhidullah atau disingkat sebagai Tauhid saja. Dan menanamkan tauhid sejak usia dini adalah hal yang sangat penting. Karena dasar agama adalah tauhid dan pondasi tauhid adalah akidah, maka keimanan tersebut harus ditanamkan pada anak. Ketika potensi keimanan itu tidak menemukan jawaban kebenarannya, maka akan berpengaruh pada perkembagan keberagamaannya.
Karena itu, orang tua harus memahami karakter anak yang kreatif dan spontan dalam meniru perilaku untuk menanamkan tauhid pada anak. Penanaman tauhid dan akidah pada anak itu dengan membangun cinta pada Islam. Bangun keinginan untuk melakukan ibadah karena cinta, bukan karena paksaan. Orang tua pun harus menjadi figur yang mencintai Islam, misalnya dengan melakukan salat tepat waktu.