Perpisahan di Sebuah Senja

Selama ini ku mencari-cari
teman yang sejati
buat menemani perjuangan suci

Bersyukur kini pada-Mu Illahi
Teman yang dicari selama ini telah kutemui

Dengannya di sisi, perjuangan ini
tenang diharungi bertambah murni kasih Illahi

Penggalan lirik di atas adalah penggalan dari lagu Brothers, cukup terkenal beberapa tahun yang lalu. Tentang pencarian sesuatu yang bernama teman sejati. Cukup mewakili sebuah perasaanku, tentang arti seorang teman, yang mengingatkan untuk selalu berusaha yang terbaik dari setiap usaha. Bahwa, mungkin, mesti ada riak dari setiap perjalanan. Tapi, ada Allah yang menggenggam setiap urusan makhluk-Nya. Dan tidak ada kata tidak mungkin dalam kamus Sang Khalik. Itulah yang kurasakan saat menemukan komunitas cinta itu, ketika kakiku hampir sekitar tiga bulan menginjakkan kaki di negeri sakura.

Jauh dari keluarga dan berteman dengan kesendirian, membuat sebuah kebutuhan dalam relung hati: bahwa pertemuan cinta itu mesti dihadiri, sekedar menjadi pemantik semangat untuk kembali menjalani rutinitas dua minggu kedepan. Dan kemudian berjalanlah semuanya sebagaimana mestinya.

Walau kadang ada lelah menempuh jarak untuk menghadiri pertemuan cinta itu. Walau kadang menjadikan kereta sebagai tempat tidur selama selama perjalanan panjang itu, sekedar untuk memupus lelah dan tetap bisa beraktivitias setelah sampai di rumah. Walau kadang ada tanya di hati saat sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Walau kadang ada pertanyaan-pertanyaan mengapa berseliweran di dalam ruang otak. Walau kadang ada ketidakpuasan atas nama kesepakatan. Tapi, pertemuan cinta tetaplah memberikan hal terindah: belajar tentang arti hidup dan kehidupan, berguru kepada mereka yang sudah layak menyandang sebagai predikat pemenang dari sebuah kata bernama aral dan rintangan.

***
Kepada-Mu Allah, kupanjatkan doa
Agar berkekalan kasih sayang kita

Kepada-Mu teman, teruskan perjuangan,
pengorbanan dan kesetiaan
Telah kuungkapkan segala-galanya

Kepadamu Allah, kumohon restu-Mu
Agar kita kekal bersatu
….

Tidak pernah menduga, pertemuan-pertemuan cinta setiap dua pekanan itu, akan berakhir di sebuah senja, dengan iringan sebuah lagu yang penuh cinta yang terucap dari hati yang paling dalam, di antara aku dan teman-teman. Juga tak luput ada buliran-buliran bening di kedua pelupuk mataku. Ah, mengapa kata perpisahan selalu berkawan dengan kesedihan?

Perpisahan itu pintu gerbang untuk menuju pertemuan-pertemuan selanjutnya. Itu adalah ujar seorang mbak, seseorang yang kami hormati untuk semua ketegasannya pada sikap kanak-kanak kami. Bagiku, perpisahan tetaplah sebuah akhir dari sebuah pertemuan indah, yang kadang diakhiri dengan buliran-buliran air mata yang menggenang di kedua pelupuk mata. Walaupun, memang, ada pintu pertemuan-pertemuan lain yang akan terbuka. Tapi, sebuah perpisahan tetaplah menyiratkan sedih dan duka. Kalau ingin memilih, hendak berada di komunitas cinta itu, hingga suatu saat nanti, kaki melangkah pergi dari negeri sakura ini, untuk kembali ke tanah air.

Tapi, selalu ada yang terbaik dan yang kita anggap menjadi yang terbaik. Itu yang kembali dipesankan oleh beliau. Dan ketika sebuah keputusan diambil, selalu mempertimbangkan kondisi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Materi terakhir di komunitas cinta itu begitu membekas. Ingin bertanya lebih jauh: mungkinkah ini yang menjadi yang terbaik? Tapi, aku tahu pertanyaan itu adalah sebuah pertanyaan yang dilandasi sebuah emosi, bukan atas pemikiran yang logis. Dan, akhirnya hatipun membenarkan ucapan mendamaikan hati di akhir pertemuan terakhir komunitas cinta itu: InsyaAllah masih bisa bertemu dalam pertemuan-pertemuan yang lain. Ah, semoga demikian adanya.

***
Kepadamu teman, teruskan perjuangan
pengorbanan dan kesetiaan
Telah kuungkapkan segala-galanya

Itulah tanda kejujuran kita a…a…a…
Kumencari-cari teman yang sejati
Buat menemani perjuangan suci o…o…a…a…

Lirik lagu Brothers telah berakhir disenandungkan, tapi buliran-buliran bening masih menggenang di pelupuk mataku. Juga saat kata-kata terakhir untuk komunitas itu mesti diucapkan oleh setiap orang. Ah, aku ingin berujar dalam kata-kata yang panjang ketika giliranku mengucapkan sepatah dua kata tiba saat senja itu, tapi sedih itu benar-benar menggelayut. Dan akhirnya hanya maaf dan terima kasih yang menjadi kata penutup. Kata maaf yang mewakili untuk semua tindakan dan ucapan yang mungkin telah meninggalkan guratan luka dalam relung hati teman-teman tercintaku dan kata terima kasih untuk begitu banyak pelajaran hidup yang telah terurai dalam rangkaian perjalanan hampir lima bulan di komunitas cinta itu.

Semoga Engkau tetap menautkan hati-hati kami dalam naungan kasih sayang dan cinta-Mu, Rabbi, meski mungkin ada jarak yang terbentang antara kami. Dan semoga Engkau tetap menggenggam hati kami tetap dalam naungan keridhoan-Mu, Allah, untuk tetap berjalan dalam barisan-Mu hingga suatu saat Engkau mempersatukan kami dalam rumah abadi-Mu. Malam ini kupanjatkan doa itu, melalui untaian-untaian kata dalam tulisan ini, untuk semua teman-teman tercinta dalam komunitas cinta itu.

@Spring, May 2009