eramuslim.com – Logikanya, setelah tubuh dimakamkan, ia akan membusuk dan hanya meninggalkan tulang belulang setelah bertahun-tahun.
Namun, ini tidak berlaku untuk jasad seorang pejuang dan guru ngaji ini. Meskipun telah dikuburkan selama bertahun-tahun, jasad mereka tetap utuh.
Kejadian ini terjadi pada tanggal 9 Januari 2022 yang lalu. Yang pertama adalah jasad seorang guru ngaji di Dusun Cikadu, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, yakni Muhya bin Rudia.
Meskipun telah 17 tahun dimakamkan di dalam tanah, jasadnya masih utuh. Hal ini terungkap setelah keluarga bermaksud memindahkan jasad sang pendidik agama ke tempat pemakaman yang baru.
Pemindahan makam dilakukan karena makam tersebut dinilai tidak layak karena berada di samping kandang domba dan kambing.
Ujang Ading, murid sang guru ngaji mengungkapkan, semasa hidupnya Muhya bin Rudia dikenal sebagai orang yang baik, saleh, dan rajin beribadah serta telah menjadi guru ngaji selama beberapa generasi di rumahnya.
“Setiap hari, waktunya banyak dihabiskan di masjid, mengajar mengaji Alquran anak-anak dari generasi ke generasi. Dari mulai ayah saya, sama saya sendiri pernah mengaji sama almarhum,” kata Ujang Ading. Senin (17/1/2022).
Diceritakan, sang guru ngaji itu meninggal dunia usai menunaikan salat Ashar. Ia kemudian duduk di teras masjid tapi tiba-tiba pingsan. Saat dibawa ke rumah, sang guru ngaji berusia 65 tahun tersebut ternyata sudah meninggal dunia diduga karena penyakit darah tinggi yang ia derita.
Video detik-detik sang guru ngaji diangkat dari makamnya dalam keadaan utuh pun viral di media sosial saat itu. Video itu merekam detik-detik pembongkaran makam dan pengangkatan jenazah Muhya bin Rudia.
Saat pembongkaran makam berlangsung, warga yang hadir mengenakan kopiah dan membacakan salawat dan doa. Saat jasad almarhum diangkat dari liang makam, terdengar orang-orang mengucapkan takbir, Allahuakbar, Allahukbar.
Sedangkan orang yang berada di atas liang makam langsung membungkus jasad yang masih utuh itu dengan kain kafan yang baru dan bersih. Selain jasad yang masih utuh dan tidak rusak, kain kafan sang guru ngaji itu juga masih relatif utuh pula.
Berdasarkan kesepakatan keluarga almarhum, tokoh, dan masyarakat setempat, makam sang guru ngaji dipindahkan ke Tempat Permakaman Umum (TPU) Pasirnaan yang lokasinya tidak jauh dari makam awal.
Ace Kosasih, penggali kubur mengatakan, melihat dengan mata kepala sendiri kondisi jasad almarhum Muhya bin Rudia masih utuh saat dipindahkan. Kulitnya masih ada dan tulangnya juga masih menyatu.
“Memang jasad almarhum terlihat kering tapi tidak mengeluarkan bau busuk malah mengeluarkan aroma harum. Biasanya jika jasad sudah dimakamkan selama 17 pasti tinggal tulang belulang,” kata Ace Kosasih.
Hal serupa juga terjadi saat warga membongkar makam seorang pejuang Mbah Soewardi di Banyuwangi, Jawa Timur, yang sudah dikubur selama 30 tahun. Jasad Mbah Sowardi diketahui utuh saat dilakukan pembongkaran makam pada pertengan Desember 2022.
Selama hidupnya, Mbah Soewardi merupakan pejuang kemerdekaan. Bahkan saat melawan orang-orang komunis di tahun 1948 atau tahun 1965, Mbah Soewardi bisa dibilang paling bersemangat.
Selain pejuang, Mbah Soewardi juga aktif sebagai pengurus di Masjid Baitul Izzah di tempat tinggalnya, di Dusun Truko, Desa Karangsari, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Salah seorang saksi mata yang menyaksikan ini adalah Suhaili, juru makam setempat sekaligus pembongkar makam Mbah Soewardi.
Suhaili mengatakan jasad dan kain kafan yang digunakan masih utuh. Tidak ada sobek sama sekali, hanya bertukar warna dari putih menjadi coklat disebabkan terkena tanah.
‘Tidak ada bau bacin (busuk). Harum samar, seperti aroma kembang (bunga),’ kata Suhaili.
Tak hanya berbau wangi, saat pembongkaran makam Mbah Soewardi terjadilah fenomena di luar nalar manusia.
Jasad yang terkubur 30 tahun tersebut ternyata masih utuh beserta kain kafannya.
Baik itu rambut ataupun tulang, masih utuh dan tidak terputus dari persendian dan tempatnya.
Bahkan, daging dan kulitnya hanya mengering layaknya jasad yang sudah diawetkan ratusan tahun.
“Tulang-tulang masih menempel dan kulitnya mengering. Semuanya utuh dalam posisi tangan sedekap (posisi tangan orang salat),” kata Suhaili.
Sementara Dedi Utomo, salah satu cucu Mbah Soewardi mengaku sempat terkejut karena saat jenazah kakeknya ternyata masih utuh.
Kain kafan yang membalut jasad almarhum yang sudah terkubur selama puluhan tahun itu pun bahkan tidak ada yang rusak sama sekali. Hanya warna tanah saja yang menempel di kain kafannya.
“30 tahun sudah kakek saya meninggal. Saya sempet kaget saat dibongkar karena masih utuh jenazahnya dan tidak ada bau sama sekali,” kata Dedi.
Dedi menceritakan, semasa hidupnya, kakeknya itu dikenal sebagai sosok yang taat beribadah dan tegas dalam menegakkan nilai-nilai agama. Di mata masyarakat, Mbah Soewardi dulu dikenal sangat baik.
“Saya dulu pernah dipukul karena lebih mementingkan main dari sholat dan beribadah. Kakek sangat keras kalau ada anak atau cucunya yang meninggalkan sholat,” ungkap Dedi.
Dedi melanjutkan, selain pengurus masjid kakeknya tersebut merupakan pejuang kemerdekaan. Bahkan saat melawan orang-orang komunis, Mbah Soewardi bisa dibilang paling bersemangat.
Jiwa nasionalis dan religius tersebut tumbuh karena menurut keluarga, almarhum masih ada garis keturunan dari Bupati Banyuwangi pertama, Mas Alit.
“Kami berharap semoga dengan kejadian ini kita semuanya lebih menebalkan keimanan dalam beribadah kepada Allah Tuhan yang Maha Esa,” kata Dedi Utomo.
(Sumber: Pojoksatu)