Percaya Diri=Bersyukur

Ada sebuah perkataan bijak yang sangat mencuri perhatian saya saat ini. Entah, saya juga kurang tahu apakah perkataan ini keluar dari peribahasa atau dari kata mutiara bagi saya hal itu tak begitu penting. Tapi bagi saya hal yang terpenting itu adalah yang tersirat dalam perkataan itu yang—membuat saya memiliki kesan tersendiri dari perkataan itu.

Ada 3 hal yang tidak mungkin manusia lakukan untuk meluluskan keinginannya. Pertama; mengecat langit. Kedua; mengukir es, dan yang Ketiga; menguras lautan.

Mengapa saya menuliskan hal itu? Karena saya ingin menjawab sebuah pesan singkat yang dikirimkan oleh seseorang—dengan jelas saya tahu siapa si pengirim pesan singkat itu. Dan pesan singkat itu dikirim melalui jasa via online status facebook saya. Atau, bahasa facebooker sejati bilang FB. Entah apa istilah saya sih oke-oke saja. Tidak perlu saya pusingkan lagi. Karena hidup sudah pusing jadi untuk apa dipusingkan kembali. Dan itulah hidup!

Gue boleh minta resep percaya diri dari lo boleh nggak, Bang!

Nggak salah nih orang! Salah obat kali ya masa nanya begituan sama gue!" Pikir saya pertama kali baca pesan singkat di FB saya.

Seperti itulah inti dari pesan singkat yang saya terima dari FB pribadi saya. Hmm…, sebegitu pentingkah saya dimintai resep semacam itu. Padahal saya bukanlah siapa-siapa. Orang hebat? Bukan! Seleb? Masa sih potongan ancur saya seperti ini disamaratakan sebangsa Dude Herlino, Tommy Kurniawan. Atau, siapa lagi tuh namanya yang nyanyi lagu “Bukan Cinta Biasa” saya lupa namanya? Oya, Afgan! Afgan, namanya. Asal jangan Afghanistan aja! Ya, nggak kali… Seorang motivator? Kayak Ary Ginandjar, Mario Teguh dan Tung Desem. Bicara saja masih belepotan apa bisa kayak mereka. Apalagi untuk jadi orang yang pandai dan pintar berdiplomasi jika sedang beradu argumen dan berdebat kusir dan…ujung-ujung akhirnya saling menyakiti dan ada yang tersakiti. Puas deh sudah nyakitin orang. Sudah begitu lupa deh kalau suda berbuat. Cape deh! Itulah hal yang paling saya tidak sukai. Dan saya lebih baik ‘ngacir’! Tidak mau menambah data list untuk orang-orang yang sudah tersakiti karena saya. Saya tidak mau!

Lalu apa jawaban saya saat itu—yang mungkin nantinya juga akan diketahui oleh si pengirim pesan singkat itu. Saya harap semoga si pengirim pesan singkat saya di FB itu membaca dan mengetahui jawaban saya!


Bagi gue percaya diri itu adalah bentuk rasa syukur apa yang gue miliki sekarang. Apa yang ada pada diri gue miliki yang gue lakuin sebisa gue. Karena dari siapa lagi kita menyukuri apa yang ada pada di dalam diri kita kalau bukan diri sendiri. Apalagi gue secara pribadi gue bukanlah tipekal yang selalu neko-neko bila menjalani hidup. Ingin ini-itu jika ada keinginan atau cita-cita. Kalau gue bisa ya gue lakuin kalau nggak? Ya, ngapain juga lagi dipaksa.Seperti perkataan di atas; apakah gue mampu mengecat langit? Sedangkan gue bukan tukang cat! Mengkuir es? Lagi-lagi gue bukan tukang es keliling. Menguras lautan? Ini jelas gue bukan tukang gali sumur atau tukang ledeng!Jadi kalau gue tidak mampu ya gue tidak bisa paksain diri. Ini ada contoh yang sering gue dengar dibilang tidak bisa, eh terus bilang bisa dan akhirnya nanti membuat kecewa diri sendiri. Nggak banget deh!

Mungkin itu yang bisa saya jawab dan saya tangkap dari pertanyaan pesan singkat yang terkirim melalui FB saya. Entah diterima atau tidak bagi saya itulah rasa kepercayaan diri gue. Rasa syukur saya yang patut saya terima dengan kondisi apa pun dalam diri saya. Itulah saya! Dengan jawaban yang spotanitas dan mungkin kampungan bila ada yang memandang jawaban saya seperti layaknya anak TK masuk ruang kelas belajar menulis alphabet satu-persatu sambil diwarnai. Sekali lagi saya tidak peduli orang yang membaca nantinya dan beranggapan saya terlalu kekanak-kanakan. Karena saya tidak mau menjadi dewasa sebelum waktunya. Dikarbitin dulu! Plis, buah sawo kali.

Ya, sekali lagi saya berharap si pengirim pesan singkat itu mau menerima dan mengetahui jawaban saya tentang pertanyaan pesan singkatnya itu. Kalau ada hal yang tidak diterimanya bagi saya itu haknya. Sah-sah saja. Dan lebih sah lagi jika hal itu tidak ditanyakan kepada saya tentang bagaimana resep percaya diri itu. Lebih baik cari yang lebih piawai. Atau, kepada ahlinya. Jadi jangan tanya kepada saya karena ukuran saya bersyukur belum tentu sama apa yang ditanyai sama pesan singkat ke FB saya! Akur?(fy)

Ulujami—Jakarta, 21 Ramadhan 1430 H

Pukul 02:48 WIB

Hanya untuk sendiri. Untuk Fiyan Arjun serongan! Mengenang seorang sahabat!

Any coment:Email/FB:[email protected]