Najmuddin dalam sejarah dikenal sebagai pribadi yang taat beragama. Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa al-Nihayah (1408: XII/337) mencatat bahwa beliau rajin beribadah.
Ibadah seperti Shalat, puasa dan yang lainnya, begitu dijaga. Sampai-sampai, selain masjid, ayah Shalahuddin ini memiliki tempat khusus untuk menyendiri beribadah baik di Mesir maupun di Damskus yang disebut dengan An-Najmiyah.
Maka tidak mengherankan jika Muhammad Shallabi (2008: 230) ketika membicarakan perangai Shalahuddin, beliau menyebut dirinya adalah pribadi yang sangat menjaga ibadah dan takwa.
Saat membahas poin ini, Shallabi menyebutkan bahwa Shalahuddin adalah sosok yang berakidah lurus, menjaga shalat berjamaah, rutin berzakat sekaligus bersedekah, puasa, haji, hobi menyimak al-Qur`an serta hadits, menjaga syiar-syiar agama, dan selalu berperasangka baik kepada Allah (2008: 230-233).
Shalahuddin Khalil dalam bukunya yang berjudul al-Wâfî bi al-Wafayât (2000: 10/30-33) juga mengamini jika anak Najmuddin adalah pribadi yang religius dan baik.
Salah satu yang berperan besar terhadap ketaatannya dalam beragama adalah ayahnya sendiri.