Eramuslim.com – Ketika Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan menjelang kematiannya, dia berkata, “Dudukkanlah aku!”
Maka orang-orang membantunya untuk duduk. Mulailah dia bertasbih dan berdzikir menyebut nama Allah, lalu menangis dan berkata, “Kamu baru mengingat Tuhanmu, hai Muawiyah, setelah tua dan kemampuanmu menurun? Padahal, dulu ini tubuh pemuda yang mekar dan harum semerbak!”
Dia pun menangis sejadi-jadinya, lalu berkata, “Wahai Tuhanku, kasihanilah orang tua yang pembangkang ini, yang berhati keras ini. Ya Allah, maafkanlah ketersandunganku dan ampunilah ketergelinciranku. Jenguklah dengan kelembutan-Mu, orang yang hanya berharap pada-Mu dan hanya percaya pada-Mu.”
Diceritakan bahwa salah seorang sesepuh Quraisy menjenguk Muaiwiyah bersama rombongannya. Mereka melihat kulitnya pecah-pecah. Maka Muawiyah mengucapkan puja dan puji kepada Allah lalu berkata:
“Apakah dunia ini lebih dari sekadar apa yang telah kita rasakan dan telah kita lihat? Ketahuilah, demi Allah, kita telah menerima mekar bunganya dengan senang hati dan dengan menikmati hidup kita, kemudian kita tinggal di dunia untuk menyaksikan kemunduran semua itu, kondisi demi kondisi, sedikit demi sedikit lantas dunia menimpakan keburukan kepada kita, kita pun menjadi seperti pakaian usang akibatnya. Dunia pun mengangkat senjata menyerang kita. Ah, dasar! Dunia memang negeri yang buruk. Dunia memang negeri yang buruk!”
Berikut ini pidato terakhir Muawiyah:
Wahai manusia! Aku adalah tanaman pertanian yang telah dipanen. Aku sudah selesai memerintah kalian, dan siapapun yang menjadi penggantiku pasti dia jauh lebih buruk daripada diriku sebagaimana khalifah sebelumku jauh lebih baik dari pada diriku.