Abu Syumasah ra. mengisahkan bahwa ia dan beberapa orang sahabat mengunjungi Amr bin Ash ra. menjelang wafatnya. Waktu itu Amr sedang menangis tersedu-sedu dan menghadap dinding. “Wahai ayahku,” ucap anak Amr.
“Bukankah Rosululloh Saw pernah menyampaikan berita gembira kepadamu dengan ini. Bukankah Rosululloh Saw pernah menyampaikan berita gembira kepadamu tentang hal itu.
” Lalu Amr bin Ash berpaling memandang anaknya, “Sungguh, sebaik-baik yang saya persiapkan adalah kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh, dan Muhammad adalah utusan Alloh.”
Setelah terdiam sejenak, Amr berkata, “Saya telah mengalami tiga zaman. Pertama saya pernah membenci Rosululloh Saw. Barangkali tidak ada seorang pun yang membencinya melebihi saya.
Waktu itu tidak ada yang saya inginkan, kecuali membunuh beliau. Seandainya saya meninggal waktu itu, pastilah saya termasuk ahli neraka.” Para sahabat yang mendampinginya hanya terdiam mendengarkan.
“Kedua ketika Alloh SWT memasukkan hidayah (petunjuk) Islam ke dalam hati saya,” ujar Amr bin Ash ra. lagi. “Saya mendatangi Rosululloh Saw.
Saya katakan kepada beliau, ‘Ulurkanlah tangan kananmu, karena saya akan berbai’at (berjanji setia) kepada engkau’. Setelah beliau mengulurkan tangan kanan, saya menariknya.
Beliau bertanya, ‘Ada apa Amr?’ Saya menjawab, ‘Saya ingin mengajukan syarat.’ Nabi Saw bertanya, ‘Apakah syarat yang engkau maksud?’ Saya katakan, ‘Saya ingin dosa-dosa saya diampuni.’
Nabi Saw bersabda, ‘Ketahuilah bahwa Islam menghapus dosa-dosa sebelumnya. Demikian pula dengan haji menghapuskan dosa-dosa sebelumnya.’” Semua yang mendampingi Amr masih terdiam membisu. Amr bin Ash ra.
menyatakan, “Pada saat itu tidak ada yang saya cintai melebihi cinta saya kepada Rosululloh Saw. Dan tidak ada orang yang lebih mulia di hadapan saya melebihi beliau,
sehingga saya tidak sanggup memandang wajah beliau karena mengagungkannya. Sekiranya saya diminta menerangkan sifat-sifat beliau, niscaya saya tidak mampu menerangkannya, karena saya tidak menatap beliau dengan mata saya.
Andai waktu itu saya meninggal, besar harapan saya menjadi ahli surga. Ketiga ketika saya memegang beberapa jabatan, saya tidak tahu bagaimana keadaan diri saya.
Karena itu, jika saya meninggal dunia, janganlah saya diiringi dengan tangisan dan ratapan. Apabila kalian mengubur saya, cepat-cepatlah menimbun dengan tanah.
Lalu berdirilah kalian di sekitar kubur saya selama sekitar tukang jagal menyembelih dan membagi-bagikan daging sembelihannya. Hingga saya merasa senang dengan keberadaan kalian.” (HR. Muslim)
[Sumber: Enjoyquran]