Bahadur Madibayev namanya. Seorang pemuda Tajikistan berusia 25 tahun yang telah menetap lama di Russia. Dia tinggal bersama ibunya yang janda dan merupakan anak satu-satunya dalam keluarga. Bahadur adalah murid baca qur’an suami saya yang sangat bersemangat dalam mendalami Islam. Dia sangat kritis dalam bertanya dan selalu ingin dijelaskan secara mendalam. Pekerjaannya tidak tetap karena untuk ukuran orang Russia mereka termasuk golongan tidak mampu. Bahadur termasuk orang yang tidak malu melakukan pekerjaan kasar. Dia bercerita, jika dia kadang membantu orang mengangkat karung gandum di pasar atau menjadi supir truk.
Saat saya memutuskan melahirkan di tanah air, suami saya pernah kos beberapa bulan di rumahnya. Sekaligus juga untuk membantu keuangan mereka. Ibunya sangat baik dan bersahaja. Beliau rajin membuatkan sarapan untuk anaknya dan juga suami saya. Untuk itu saya sangat berterima kasih padanya. Ketika saya kembali ke Moskow, kami memutuskan untuk menyewa rumah di apartemen lain. Saat itu kami tidak membawa semua perabotan yang kami bawa ke rumah Bahadur. Karena kami paham, mereka lebih membutuhkannya daripada kami. Dan Insya Allah itu akan menjadi ladang pahala bagi kami berdua. Alhamdulillah, persahabatan dengan Bahadur masih tetap berjalan hingga saat ini.
Suatu ketika kami sempat kehilangan kontak dengan Bahadur. Telepon genggamnya tak bisa dihubungi dan suami saya tak pernah melihat sosoknya saat sholat Jum’at di Masjid Tatarsky, tempat biasa mereka sholat. Ketika suami saya menyambangi kediamannya, ternyata mereka sudah pindah rumah. Inilah yang menjadi tanda tanya bagi kami. Mengapa tak ada kabar sama sekali? Kami sangat khawatir, karena hidup mereka memang penuh dengan resiko. Mengingat mereka bukan warga asli Russia. Hidup di Russia, terutama Moskow memang sangat beresiko jika tidak memiliki dokumen yang lengkap. Jika ketahuan, minimal tidak ada lagi pintu masuk ke kota Moskow.
Setelah beberapa bulan tak ada kabar, alhamdulillah akhirnya Bahadur menghubungi suami saya dan banyak menceritakan kisahnya. Ternyata beliau kena musibah, ibunya tertangkap polisi dan dituduh menjadi penadah narkotik. Tentu saja itu adalah suatu hal yang mustahil dan kami tidak mempercayai tuduhan tersebut.
Bahadur bercerita bahwa memang ibunya difitnah oleh pemilik rumah tempat mereka menyewa. Namun entah bagaimana caranya, tiba-tiba polisi datang menangkap ibunya tanpa surat perintah. Kami turut berduka dan menawarkan bantuan apa yang bisa kami lakukan untuknya. Namun Bahadur menampiknya, dia khawatir kami akan terseret karena kami adalah warga asing dan dia tidak ingin berlaku apa-apa terhadap kami. Itulah alasan mengapa dia menghilang beberapa bulan karena mengurusi masalah tersebut dan tak ingin kami terlibat.
Subhannallah… dalam kondisi terjepit pun dia masih memikirkan orang lain. Semoga Allah meringankan bebannya dan mengeluarkannya dari permasalahan ini. Terakhir kami mendengar bahwa ibunya bisa dibebaskan dengan uang jaminan. Untuk itu Bahadur bekerja keras untuk bisa menolong ibunya dan kami bantu dengan apa yang bisa kami lakukan. Walaupun untuk membicarakan masalah itu sepertinya Bahadur enggan dan tertutup sekali. Kami pun berusaha menjaga perasaannya dengan tidak bertanya lebih jauh tentang hal tersebut.
Suatu hari Bahadur datang ke rumah kami dan mengabarkan bahwa kini dia telah menikah. Kami sangat bahagia mendengarnya. Ia menikahi seorang gadis mualaf kebangsaan Russia yang telah berganti nama menjadi Aisya. Uniknya, mereka berjumpa lewat internet dan langsung menikah tanpa ada proses pacaran. Tak lama setelah itu, Bahadur datang berkunjung bersama isterinya. Seorang wanita muda berkulit pucat dan sangat pendiam. Saat bertandang, mau tidak mau saya yang banyak bertanya. Tak lupa saya berikan hadiah berupa baju muslimah dan kerudung cantik untuknya.
Beberapa pekan setelahnya, kami balik berkunjung ke kediaman mereka yang ada di selatan Moskow. Aisya sangat gembira dan saat itu dia mengenakan pakaian dan kerudung yang saya berikan. Bahadur apalagi, dia sampai memasak sendiri makanan kegemaran suami saya. Itulah salah satu tabiat orang Kaukasus, di balik sikap keras mereka namun sangat menghargai nilai sebuah persahabatan hingga mereka akan melakukan apa saja demi kepentingan kita.
Terima kasih ya Allah… engkau buka mata kami dan memberikan kesempatan kepada kami untuk mengenal lebih jauh saudara kami di belahan dunia lain yang tak terjangkau.