Bergaul dengan orang lain adalah kunci keberhasilan. Bukan kecerdasan, bukan keahlian, bukan pula jumlah ijazah yang dimiliki seseorang yang menentukan keberhasilan dalam menempuh kehidupan. Siapapun mesti bergaul dan hidup bermasyarakat.
Banyak orang cerdas, menguasai keahlian tertentu, tetapi karena tidak pernah mampu mengaktualisasikan kemampuannya kepada lingkungannya, akhirnya ia akan kalah dan pada akhirnya menjadi bagian dari pihak yang tidak sukses.
Seorang anak kecil di sekolah juga harus bergaul dengan kawan-kawannya, guru-gurunya, petugas sekolah, dan juga warga sekitar rumah tinggalnya. Pergaulan dimulai dengan aktifitas bermain bersama. Bekerja sama dalam mencapai hasil bagi kelompoknya. Di sini ia mencoba mengatur strategi yang wajar dan sah. Strategi ini kemudian diterapkan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Permainan berkelompok akan lebih memberi inspirasi keberhasilan untuk mencapai target. Karena memang tidak mungkin seorang diri akan bisa sukses untuk meraih hasil yang lebih besar. Dalam berkelompok ini harus ada yang rela memimpin dan mengarahkan, sedang yang lain harus mendukung sesuai dengan perannya. Pendapat yang harus dipakai bukanlah mesti usulan sang pemimpin, tetapi bila suatu strategi bersama telah disepakati maka, semua anggota team harus ikhlas melaksanakannya, tanpa menonjolkan diri sendiri. Itulah yang namanya kebersamaan.
Dari sudut ini kita bisa memahami bahwa kehidupan di dunia adalah permainan semata. Itulah ‘game’. ‘Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?’ (al-An’am 32).
Coba perhatikan seorang pedagang. Dalam kegiatannya ia harus bisa berhubungan dengan berbagai orang yang akan mendukung usahanya.
Dari satu sisi ia mengelola karyawan yang membantunya dan para pemasok barang dagangan. Di sisi yang lain ia berhubungan dengan para pelanggannya. Agar para pelanggan, karyawan dan para pemasok ini bisa kekal harus diterapkan cara saling menguntungkan dan saling ketergantungan. Tidak boleh terjadi keuntungan di satu pihak saja. Kalau itu yang terjadi berarti akan menyemaikan permusuhan di kemudian hari.
Al-Qur’an menganjurkan agar ‘Saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan’ (al-Ma’idah 2). Saling tolong menolong ini adalah adalah kerja bareng untuk mencapai hasil bersama.
Dalam ayat yang lain Al-Qur’an menyatakan: ‘Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh’ (as-Shaff 2).
Seorang tenaga ahli yang kerja mandiri adalah orang yang pintar bergaul sehingga mendapat pesanan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Artinya ia dituntut untuk mampu menjual gagasan dan keahliannya agar dimanfaatkan oleh orang lain. Ia siap memaparkan gagasan yang tepat kepada sasaran yang tepat sesuai dengan bidang keahliannya. Ia tentu berusaha untuk mendapat hasil kerja. Artinya nilai pekerjaan harus positif setelah dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkannya. Tetapi sekali lagi antara pemberi jasa dan pengguna jasa harus saling mendapat keuntungan.
Seorang karyawan perusahaan juga harus memahami cara pergaulan antar karyawan yang setingkat, dengan bawahan dan juga dengan atasan. Ia harus cukup ringan tangan untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Bila masih ada kesempatan, tanpa mengganggu tugas utamanya, ia harus siap untuk menunaikan tugas yang diberikan oleh atasannya atau pihak lain yang memerlukan bantuan kerjanya. Karena salah satu job deskripsi karyawan pasti ada klausul yang berbunyi ‘melaksanakan tugas lain yang diminta oleh atasannya’.
Bagi manager atau supervisor harus bisa bergaul sesama manajer yang setingkat, fungsi manager atau supervisor adalah mendorong ‘something done by others’ yaitu anggota timnya. Ia tidak harus melakukan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh stafnya. Fungsinya di sini mutlak harus menunjukkan kepemimpinan agar pekerjaan yang menjadi tanggungjawab areanya bisa beres tepat waktu dan tepat kualitasnya.
Memang dalam pergaulan baik di dalam pekerjaan, atau di dalam kehidupan bermasyarakat akan bertemu dengan pihak lain yang menjengkelkan. Semangat untuk kebaikan harus didahulukan, dan jangan sekali-kali membuat suasana menjadi lebih jelek. Sabar menghadapi pihak lain dan terus berusaha melangkah kearah perbaikan adalah kunci utama kesuksesan. Yaitu kesuksesan diri dan kesuksesan bersama.
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sebagai anggota masyarakat, tidak boleh mengucilkan diri. Harus aktif bergaul dengan masyarakat apapun fungsi sosialnya, kaya, miskin, berpendidikan maupun tidak berpendidikan. Pergaulan di sini harus diikuti dengan kesabaran menanggung bila ada perlawanan dari pihak lain. Asal tujuannya adalah kebaikan, maka harus teguh untuk bersama dengan anggota masyarakat menuju kebaikan dengan mengajak kepada kebaikan dan menyetop terjadinya perbuatan yang jelek dan juga yang mengarah kepada kejelekan.
Rasulullah Saw. Bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ (ابن ماجه)
Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah Saw bersabda: Orang mukmin yang bergaul dengan msayarakat dan bersabar terhadap perilaku jelek mereka, maka akan mendapat pahala yang sangat besar dari pada orang mukmin yang tidak bergaul dan tidak sabar dengan perilaku jelek mereka. (Sunan Ibnu Majah).