Pak Yasin Sa'id

Aku selalu dibuat kagum dengan Masjid Al-Falah ini. Sebuah masjid yang terletak di dekat terminal bekasi ini memang memberikan warna berbeda di antara masjid-masjid yang lain. Masjid ini selalu ramai shalat berjamaah lima waktunya, maklum, lokasinya memang terletak di antara lalu-lalangnya orang-orang yang beraktivitas di kota Bekasi.

Masjid yang bentuk bangunannya cukup sederhana ini mempunyai seorang tokoh yang menjadi icon masjid ini, namanya K.H. Yasin Sai’d. Dia adalah imam rawatib masjid yang usianya sekitar tujuh puluh tahunan, sudah tua memang. Namun, di tengah usianya yang lanjut, dirinya masih terasa kharisma dan wibawanya di mata para jamaah tetap di sana.

Pada awalnya aku mengira bahwa imam rawatib itu hanya akan ada di masjid-masjid jami’ yang besar, Masjid Al-Azhar misalnya. Tapi di antara sudut kota Bekasi aku menemukannya di Masjid Al-Falah. Pak Yasin ini selalu memimpin shalat berjamaah lima waktu dan tidak ada yang berani mengumandangkan iqamat sebelum Pak Yasin ini datang di tengah-tengah jamaah. Pun tidak ada yang berani menggantikan posisinya sebagai imam masjid tanpa seizinnya atau jika Pak Yasin berhalangan.

Dalam memimpin shalat berjamaah, Pak Yasin sangat disiplin sekali. Sebelum shalat berjamaah dimulai beliau selalu berbalik menghadap para makmum untuk mengamati apakah shaf-shaf yang terbentuk sudah rapi dan tertib atau tidak. Hal ini mungkin sudah biasa dilakukan oleh para imam di masjid-masjid mereka. Namun, kebiasaan Pak Yasin lebih dari itu, beliau tidak akan memulai langsung shalat berjamaah sebelum beliau benar-benar memastikan shaf-shaf para makmum telah rapi. Beliau akan mengamati dan mengecek apakah berdirinya para makmum sudah merapatkan barisan di mana bahu dan kaki saling bersentuhan.

Tidak hanya itu, beliau selalu mengatur posisi shaf agar selalu center dengan posisi imam, apabila beliau mendapati ada shaf yang tidak center dengan posisi imam maka beliau akan memerintahkan para makmum untuk bergeser sehingga posisi mereka terlihat center dengan posisi imam. Hal ini kerap dilakukannya setiap shalat berjamaah.

Begitu pula dengan shalat maghrib pada hari ini – sabtu petang ini aku berkesempatan transit di masjid ini – Aku kembali melihat kebiasaan Pak Yasin memberikan arahan sebelum shalat berjamaah dilaksanakan. Tapi kali ini Pak Yasin terlihat lebih serius, terdengar dari nada bicaranya. Aku mencoba memperhatikan apa yang disampaikannya kepada para jamaah. Pak Yasin memberikan nasihat bahwa shalat berjamaah itu haruslah tertib, sebagai makmum haruslah bersamaan, jangan saling mendahului, apalagi mendahului imam, itu dilarang.

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa bergeraknya makmum dalam shalat berjamaah adalah setelah imam menyelesaikan gerakan-gerakan shalatnya dengan sempurna dan itu ditandai dengan aba-aba seperti takbir. Kapan makmum takbiratul ihram adalah ketika imam sudah selesai takbiratul ihram dan menyempurnakan kalimat takbir, kemudian barulah para makmum mengikutinya. Begitu pula dengan rukuk, sebelum imam menyempurnakan gerakan rukuk dan kalimat takbir, jangan dulu ikutan rukuk. Sujud pun demikian, kalian baru sujud setelah imam menempelkan dahinya di atas lantai.

Kurang lebih seperti itu nasihat Pak Yasin kepada para makmum sebelum shalat maghrib itu dimulai. Jujur, melihat kepedulian Pak Yasin sebagai seorang imam kepada makmumnya membuat diriku kagum pada sosok lelaki ini. Beliau sangat mencontoh sekali sikap Rasulullah dalam memimpin shalat berjamaah karena tidak mau ibadah yang berpahala besar ini sia-sia. Sikap yang ditunjukkan Pak Yasin ini sangat jarang aku jumpai, bahkan boleh dibilang tidak pernah. Biasanya imam hanya memberikan intruksi agar makmum meluruskan shaf hanya dalam ucapan semata tanpa disertai tindakan. Bahkan terkadang sang imam memberikan perintah tersebut tanpa berbalik dan mlihat kondisi para makmum. Sehingga imam tersebut tidak mengetahui apakah makmum dibelakangnya sudah berdiri dengan rapi atau tidak.

Sikap Pak Yasin ini bisa dijadikan contoh bagi para imam yang lain. Mempunyai ilmu yang cukup dari segi fikih saja masih kurang lengkap apabila tidak disertai kepedulian dan kecakapan dalam memimpin shalat berjamaah terhadap makmumnya. Seorang imam shalat layaknya seorang pemimpin dan para makmum adalah rakyatnya. Seorang imam harus mengetahui betul kondisi rakyatnya dan berkewajiban memberikan contoh dan bimbingan yang baik. Tidak hanya sekedar memberikan instruksi-instruksi tetapi rakyat buta bagaimana pengamalannya karena sang pemimpin tidak memberikan contoh bagaimana pengamalannya di lapangan. Yang terpenting seorang imam haruslah yang paling cakap keilmuannya sehingga dapat mengatur dan membimbing makmumnya dengan baik.

Wallahu’alam

Bekasi 19 April 2008

Www.galih0302.multiply.com