Satu Pelajaran Lagi!

Yang saya alami pagi ini, sungguh sebuah tamparan paling keras bagi saya yang terkadang masih saja mengeluh hanya karena urusan yang sebenarnya terlampau kecil.

Mengenangmu Ayah

Ayah, kau yang paling kuhormati sosok berwibawa dan sabar menghadapi semua cobaan gigih berjuang untuk kejayaan anak-anakmu tekun mengajar akan arti kejujuran.

di Mana Kau Nak

Kakaknya malah sudah dua kali “hilang“ ketika usianya masih berumur sekitar tiga tahun. Yang pertama terjadi enam tahun lalu ketika saya sedang mengisi pameran yang diadakan oleh masyarakat Muslim Amerika.

dan, Subuh Itu…

Suatu ketika pukul setengah satu pagi, saya sengaja tidur di kantor dan membawa tas berisi baju takwa dan handuk kecil. Alarm di ponsel saya aktifkan pukul tiga seperempat.

Dua Belas Tahun…

Kembali ku kubur jauh-jauh impian itu setiap kali muncul ke permukaan. Pernah suatu saat, tanpa terasa air mata ini meleleh ketika aku duduk di halte depan sebuah kampus besar.

Diingatkan Ulangan Anak

Kejadian ini sering kali berulang, ternyata anak-anak tersebut jarang sekali dibelikan makanan kecil. Dan sempat tercetus dari perkataan ibunya, kalau makanan kecil tersebut memang jarang dibelikan.

Mertuaku, Guruku…

Lelaki paruh baya inilah yang sering menguatkan menantunya untuk bertahan dengan prinsip hidup yang diyakini, tanpa harus terpengaruh dengan hiruk pikuk apa kata orang.

Beningnya Hati

Aku tidak pernah membayangkan, kenapa seorang anak kelas 6 Sekolah Dasar meninggal gantung diri karena malu belum membayar uang sekolah. Aku cuma bisa menyayangkan sikap pemerintah yang tidak cepat tanggap.