Oase Iman

Beliau sudah tak ada keinginan untuk kembali ke Indonesia, baginya Russia adalah tanah airnya. Tanpa bermaksud menjelekkan tanah kelahirannya, ternyata beliau banyak menyimpan traumatis.

Dia bukan orang asli Aceh, hanya seorang sukarelawan dari sebuah LSM di Surabaya yang pernah dikirim ke sana selama beberapa bulan pasca musibah tsunami 2004.

Seorang kawan saya dari negeri Jiran memberi usul kepada saya agar tidak usah mengaku berasal dari Indonesia jika ditanya orang. Tapi bagaimanapun juga saya masih mencintai tanah air sendiri.

Selalu mengalir kata-kata bijak dari antara bibir keriputnya untuk kami melakukan dua hal: mengaji Al-Quran dan mengaji rasa. Begitu sederhana terdengar namun begitu dalam aliran makna yang terkandung di dalamnya.

Dalam suatu kesempatan lain, saya melihat pemandangan mengharukan takkala melihat Adit dan ayahnya menunaikan salat Ashar berjamaah di musala kampung kami.

Di sela pekerjaannya yang segunung, kak Amah kerap mampu menahan lapar-dahaga karena puasa sunnah yang dilakukannya. “Insya Alloh kuat. Sudah biasa…” begitu ujarnya.

Rujak mangga Oman ini sedikit berbeda dari yang biasa dijual di Jakarta. Mangga muda (sekali) diiris tipis, ditaburi garam, bubuk cabai, dan perasan air jeruk nipis. Bisa dibayangkan rasa kecutnya yang memang luar biasa.

Ah, dengan wajah seperti ini, dengan pakaian yang senantiasa rapih, apalagi dengan mobil bagus yang tidak semua orang mampu memilikinya, kenapa saya harus iri kepada para pengemis itu?

Kita ringan membelanjakan uang hingga ratusan ribu. Tapi, ketika ada pengemis, kita masih mencari uang receh. Inilah salah satu bentuk dari mentalitas atau wajah bangsa kita yang tengah mengalami krisis multidimensi.

Sedekah adalah pembukti iman. Manakala sedekah yang dilakukan seseorang itu ikhlas tanpa mengharap apapun selain keridhaan Allah Swt, maka sedekah yang dilakukannya menjadi saksi atas kebenaran imannya.