Kesan Pertama

Sejauh mata memandang hanyalah air yang disertai tiupan angin kencang dan hebatnya deburan ombak bersautan. Aku teringat kembali akan sepenggal kisah di televisi tentang seorang lelaki tuna netra berkulit putih dari benua Eropa yang baru saja menjalani operasi cangkok mata sehingga kini ia dapat melihat indahnya dunia setelah lebih dari 40 tahun merasakan dunia dalam keadaan gelap dan meraba-raba.

Sehabis Ramadhan

Aktivitas Ramadhan telah mengkonter segala kebaikan, baik itu berbentuk horizontal atau vartikal. Harizontal yaitu dengan banyaknya ummat Islam beribadah kepada Allah, membaca qur’an, zikir dan memperbanyak sholat sunnah. Dan kebaikan vartikal lebih kepada hubungan seseorang dengan orang lain. Tak ada kegiatan seindah bulan Ramadhan. Belum ada bulan lain yang mengalahkan rutinitas muslim di bulan Ramadhan.

Menanti Kepergian Orang yang Dicintai

Ingatan saya lalu kembali ke keadaan sekitar 6 bulan yang silam. Tanggal 29 Januari 2009 tepatnya saya melihat Bapak saya sangat gembira karena selepas operasi katarak, hari itu saya dan suami saya mengantar Bapak saya kontrol mata dan persiapan cek kacamata. Saat menunggu, Bapak saya melakukannya sambil membaca koran. Sebuah kegiatan yang sudah lama tidak dapat dilakukannya karena penyakit mata yang dideritanya.

Sabar tak berbatas, Syukur tak bertepi

Tadi malam, kusempatkan sedikit waktu untuk bermunajat di sepertiga malam terakhir. Tak panjang memang, hanya dua bilangan raka`at. Dalam do`a selepas sholat, ku adukan semua harapanku kepada Allah Swt. Ku pinta agar Ia memudahkan rizki bagi orang tua kami agar bisa sampai ke Kakbah-Nya. Minta dijaga keluarga kami agar senantiasa dijalannya.

Lee Si Pencari Kebenaran

Kehadirannya malam itu mengagetkan jamaah masjid Okayama. Lee begitu biasanya ia dipanggil, seorang wanita warga negara China yang merantau di negri sakura. Jarum jam menunjukkan angka dua belas saat ia mendatangi jamaah masjid yang sedang bertakbiran. Matanya sembab kemerahan. Nampak ia mengalami pergulatan bathin yang cukup dasyat malam itu.

T H R

Tanpa baju baru dan pamer kemewahan, toh kita tak merasa malu dengan orang lain. Karena orang lain juga berbuat sama seperti kita. Jadi perbuatan kita lebih dikarenakan sikap dan perbuatan orang lain? Atau apakah karena Idul Fitri didahului dengan puasa sebulan penuh, suatu ibadah yangg mengekang nafsu dunia dan sifat-sifat tercela lainnya.

Atas Nama Lebaran

Lebaran yang istimewa ini pula, membuatku banyak bertemu dengan tetanggaku disaat masa kecil. Banyak pula yang telah beranak-pinak, dan banyak pula orang yang seumuran ibuku telah meninggal dunia. Banyak wajah baru yang tidak saya kenal, karena lamanya kami tidak bersilaturahim pada mereka. Hingga ada beberapa keluarga yang telah kami singgahi, orangtuanya sudah berpulang.

Pulanglah…

Kepulangan ke kampung halaman memang sebuah kenikmatan. Nikmat karena bila berada di dalam lingkaran keluarga yang telah membesarkan kita, maka perasaan tenang dan nyaman akan melingkupi kita. Oleh karena itulah di saat kita berada di kota yang berbeda, ataupun pulau yang berbeda dari kampung halaman kita, maka kerinduan itu akan selalu bernyanyi di relung hati kita

Permulaan Untuk Sebuah Kebaikan

Semua yang terasa melelahkan dan membuat putus asa, hanyalah pada awalnya saja. Apapun, impian apapun yang ingin kita raih, seandainya sudah melewati tahap awal yang melelahkan itu, semuanya akan terasa ringan. Usaha keras yang kita lakukan saat melewati proses awal itu, ialah candu untuk sebuah hal yang dinamakan kebiasaan.

Jangan Gulung Sajadahmu

Seperti kenyataan yang ada, setiap bulan ramadhan masjid-masjid begitu ramai. Orang tua, remaja, anak-anak begitu riuh. Tah hanya saat menjelang buka puasa tiba. Orang-orang juga begitu bersemangat dalam menjalankan ibadah sholat taraweh bersama, mendengarkan kultum dengan semangat. Bahkan, di pagi haripun mereka berbondong-bondong menunaikan shalat subuh bersama di masjid. Pandangan yang, subhanallah.