Oase Iman

Kurang lebih 45 menit, saya masih enjoy dengan berjubel informasi yang dilontarkan sang profesor. Menurutnya, nilai-nilai Islam baik Quran maupun hadits sangat kaya dengan values yang berbicara karakter.

Jika kita mau diam sejenak, berfikir dan merenung dalam kejernihan hati. Kesalahan ini kita ulang berulang kali dan seakan kita tidak mau mengintropeksi diri. Bahwa semua ini adalah bagian dari pilihan kita.

Sementara isterinya adalah wanita karir yang sukses yang memiliki pendidikan dan jabatan yang tinggi. Tidak ada rasa malu padanya akan ”kesenjangan” itu.

Saya sangat prihatin sekaligus geram dengan mencuatnya kasus itu, yang diekspos besar-besaran oleh media. Slogan ”Orang Bijak Taat Pajak” seakan-akan dikebiri oleh koruptor macam Gayus.

Pemandangan ini mengigatkan saya akan Ramadhan lalu. Terlihat seorang tukang sapu jalanan, setelah ia beres menyeleasaikan pekerjaannya, sambil berdiri diambilnya mushaf kecil dari kantongnya lalu ia pun membacanya.

Saya heran karena mereka kan tinggal di Jepang, dan bunga ini mekar setiap tahun. Kenapa mereka takjub terhadap sesuatu yang setiap tahun muncul, dan bukan lima tahun sekali.

Saya lalu mengajak ingatan ke peristiwa beberapa tahun silam, saat masih duduk di kelas 3 SMPN itu. Suatu ketika, kelas kami sangat gaduh karena kebetulan salah seorang guru kami absen tidak mengajar karena satu alasan.

Pada masa-masa itu entah kenapa rasanya jarum jam bergerak seakan berlari menuju tepat ke angka tujuh tanda masuk sekolah.

Memang, menyaksikan pertandingan semalam sungguh menakjubkan. Pertemuan dua tim yang mengagung-agungkan sepakbola menyerang menghasilkan suguhan permainan terbaik.

“Ya Bang, ni kan kota tempat Gayus tinggal. Jelas hebat dan mewah, sebab perilaku Gayus yang amazing. Menggelapkan uang pajak.