Oase Iman

Belum lama ini, aku mendengar berita miring tentang sikap tidak amanah seorang ikhwan. Atas berita itu, aku merasa kecewa kepada ikhwan tersebut. Aku menjadi tidak respek padanya. Aku terus ‘ngedumel’ dalam hati.

Bin Omron, begitu nama pemukiman di salah satu sudut kota Doha-Qatar, tergolong cukup banyak jumlah masjidnya, meski kecil daerahnya. Tidak lebih dari 1 km panjang dan 500 meter lebarnya.

Istri doyan banget makan. Keluarganya juga mirip kayak dia, banyak makan. Makanya badannya pada bengkak-bengkak, pantes aja nggak pada laku.

Berkali-kali aku kandas dalam menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Terakhir kali aku sempat kecewa sangat berat ketika adik kelasku di sekolah juga memutuskan pilihannya kepada seorang prajurit muda.

Walau memiliki beberapa buruh tani, nenek turun tangan sendiri bekerja menggarap sawahnya. Berangkat ke sawah selepas shubuh, dan pulang menjelang zuhur menjadi rutinitas nenek.

Atas izin Allah, rasa penasaran yang menggelitik hati saya akhirnya menemukan jawaban. Dalam suatu kesempatan, perempuan separuh baya itu mengajak saya berbincang.

Tuhan yang menguasai kerajaan langit dan bumi, yang maha kuat dan maha berkehendak. Tidak ada satupun di jagat raya ini yang sanggup mengalahkan kekuatan-Nya.

“Maaf, saya tidak bisa.” Jawaban Ahmad tak pernah Dedi bayangkan sebelumnya. Meski diucapkan dengan ramah, tetap saja penolakan Ahmad bagai petasan meledak tak jauh dari telinga.

Tak lama impian nya terkabul, ia benar-benar menikah dengan seorang perempuan yang wujud badannya manusia tapi kepalanya berbentuk bunga mawar.

Kusimak baik-baik tausiyah yang disampaikan oleh mba Indah. “Dalam mendidik anak, orang tua harus mempunyai tekad. Tekad apakah yang harus kita miliki?”