Dahsyatnya Doa Ibu

Tampak jelas beliau menahan tangis. Wajah saya dipeluk. Saya minta maaf kepada beliau. Setelah itu, saya kembali tak sadar. Pasrah pada apa pun yang terjadi.

Nglatheh

“Kalau pagi tu shubuh jama’ah.. Setel tu alarm hape biar ga kesiangan! Makin lama kamu tu makin “nglatheh”(=ngawur; seenaknya; menyepelekan) ya!”

Buatlah Ia Tersenyum

“Kalau udah umur gini mah, nggak selera lagi sama istri, seleranya sama ABG!” Demikian dengan polos tetangga saya dua tahun lalu menuturkan keadaan dirinya. Perkataan yang bisa membuat bulu kuduk merinding.

Terpeleset Makna

Sebenarnya ia ramah, pandai bergaul dengan siapa saja. Namun pelesetan katanya sering berbau pornoaksi, membuat banyak teman ‘gak enakan’, tak nyaman di dekatnya.

Aku Menyesal

“Ah, andai saja aku dulu begini…” Selalu saja penyesalan itu datang kemudian. Mungkin memang begitulah sunnatullahnya sepenggal kata PENYESALAN itu bahwa ia tak pernah berada di awal bermula.

Kenapa Harus Bohong?

“Jangan bu, kalau saya lakukan memang sepertinya membantu ibu, tapi sebenarnya saya sedang menjerumuskan ibu kepada kebohongan berikutnya dan saya membantu memulai sekolah anak-anak ibu dengan kebohongan.”

Aksi dan Reaksi

Inilah yang dinamakan aksi dan reaksi,segala apa yang kita kerjakan atau yang kita lakukan terhadap orang lain pasti akan kembali pada diri kita sendiri pada akhirnya.

Yang Dekat, Yang Terlewat

Usia Ahmad setengah dari Pak Didi. Mereka berasal dari suku yang berbeda. Pak Didi Sunda, Ahmad dari Jawa. Keduanya bertemu dan akrab semenjak aktif menjadi jamaah mushola.