Namun, yang membuat orang-orang gardu merasa kaget justru ketika hasil tes Swab di kantor kelurahan yang menunjukkan adanya empat penduduk Jombang yang dinyatakan positif Covid 19, di antaranya adalah Kang Kandar sendiri.
“Ayo, tunjukkan sekarang, apakah Kang Kandar masih tetap tersenyum lalu memandang hidup ini begitu indah?” teriak seorang seniman girang.
Suasana hening dan senyap. Selama beberapa minggu tak ada canda-tawa yang terdengar dari mulut Kang Kandar. Warung pijatnya tutup selama ia diisolasi, sementara istri dan kedua anaknya dinyatakan negatif dari Covid 19.
Setelah dua bulan dirawat di ruang isolasi, Kang Kandar pulih kembali dan dinyatakan negatif dari Covid 19. Tetapi, lawan-lawan bisnisnya tak tinggal diam. Sekelompok orang melaporkannya ke aparat, meski di kantor polisi Kang Kandar tetap bungkam perihal status rumah pijatnya yang tak berizin. Di samping itu, istrinya pun menjual obat-obatan herbal yang meskipun sudah dinyatakan halal oleh MUI, namun izin memasarkannya masih dipertanyakan.
Kang Kandar kemudian memohon kepada Pak Kapolres agar turut membantu menyelesaikan masalahnya. Tetapi, beginilah jawab Pak Joko, “Sekarang aku sudah tidak menjabat Kapolres lagi, Dar. Dua tahun lagi aku sudah pensiun dari jabatan kepolisian. Mohon maaf, Dar.”
Lalu, apakah dengan kejadian ini Kang Kandar masih optimistis menjalani hidup dan tetap menganggap hidup ini begitu indah?
Entah, tak ada yang tahu. Lawan-lawan bisnis, politisi dan seniman yang tidak menyukainya bersiap-siap untuk bersorak-sorai menertawakan dirinya.
Namun, mereka hanya terbengong-bengong ketika kemarin, seorang aparat dari kantor Polres memberi kabar, “Sejak pemanggilan ke kantor polisi, Kang Kandar tiba-tiba hilang entah ke mana. Tetapi, kemarin kami sudah mendapat informasi dari sumber yang dapat dipercaya bahwa Kang Kandar telah berpindah rumah, dan saat ini dia menjadi pelanggan Pak Kapolda yang penasaran dan terkagum-kagum dengan pijatannya.” ***
Cerpen Supadilah Iskandar – [email protected]
(Cerpenis adalah guru dan pemerhati kesusastraan kontemporer Indonesia, tinggal di Banten Selatan)