Nabi Muhammad SAW pernah menceritakan keadaan seorang mukmin saat menghadapi kematian. Orang mukmin didatangi malaikat yang akan menjemputnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قال: إنَّ الرَّجُلَ المُؤْمِنَ إذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إلَيْهِ مَلاَئِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيْضُ الوُجُوهِ وَكَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ مَعَهُمْ حَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الجَنَّةِ وَكَفَنٌ مِنْ كَفَنِ الجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ البَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ المَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأسِهِ فَيَقُولُ : أيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ ! اُخْرُجِي إلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ ، قَالَ فَتَخْرُجُ نَفْسُهُ فَتَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ القَطْرَةُ مِنْ فَمِ السَّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإذَا أخَذَهَا لَمْ يَدَعْهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأخُذَهَا فَيَجْعَلُهَا فِي ذَلِكَ الكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الحَنُوطِ وَتَخْرُجُ مِنْهَا كَأطْيَبِ نَفْحَةِ رِيْحِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى ظَهْرِ الأرْضِ
“Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka layaknya sinar matahari. Mereka membawa kafan dari surga, serta hanuth (wewangian) dari surga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Lalu malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata: “Wahai jiwa yang baik -dalam riwayat- jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya”. Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan hanuth tadi. Dari rohnya tercium semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi…” (HR Baihaqi dan Ahmad).
Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, di dalam Al-Musnad, dari al-Bara bin Azib, Nabi berkata,
Mereka lalu membawanya naik. Setiap kali melewati sekelompok Malaikat langit, mereka selalu ditanya: ‘Siapakah roh yang baik ini?’ Mereka menjawab: ‘Fulan bin Fulan’, dengan menyebutkan nama terbaiknya sewaktu di dunia. Hingga akhirnya, mereka sampai ke langit dunia.
Mereka pun meminta agar pintu langit dibukakan untuk jiwa tersebut, lalu dibukalah pintu itu untuknya. Malaikat Muqarrabun di langit tersebut turut mengantarkannya hingga ke langit selanjutnya. Demikianlah seterusnya hingga langit ke tujuh.
Kemudian, Allah SWT berkata: ‘Catatlah kitab amal hamba-Ku dalam Illiyyin dan kembalikanlah dia ke bumi. Karena Aku menciptakan mereka dari tanah, Aku pun mengembalikan mereka ke tanah pula, juga darinya akan Aku keluarkan mereka pada kali yang lain.”
Nabi SAW melanjutkan, “Maka rohnya dikembalikan ke bumi. Setelah itu, datang dua Malaikat kepadanya. Keduanya mendudukkan hamba tadi dan bertanya kepadanya: ‘Siapa Rabbmu?’ ‘Rabbku adalah Allah’, jawabnya. ‘Apa agamamu?’ tanya kedua malaikat tersebut. ‘Agamaku adalah Islam’. ‘Siapa laki-laki ini, yang diutus kepada kalian?’ ‘Dia adalah Muhammad Rasulullah’. ‘Apa ilmumu?’ ‘Aku membaca Kitabullah. Aku pun mengimani dan membenarkannya’.
Tiba-tiba, terdengarlah panggilan dari langit: ‘Hamba-Ku benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga, berilah dia pakaian dari surga, dan bukakanlah satu pintu menuju surga untuknya'”.
Nabi SAW melanjutkan, “Dia mendapatkan sebagian kesenangan dan keindahan surga, serta kuburnya dibentangkan sejauh mata memandang. Selanjutnya, datanglah seseorang yang bagus paras wajahnya, indah bajunya, serta wangi baunya.
Orang itu berkata, ‘Bergembiralah dengan berita baik untukmu. Inilah hari yang dahulu dijanjikan kepadamu’. Dia bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu membawa kebaikan’. Orang tadi menjawab: ‘Aku adalah amal shalihmu’. Dia lalu berkata: ‘Wahai Rabbku, segerakanlah Kiamat, segerakanlah Kiamat, hingga aku dapat kembali ke keluarga dan hartaku.
[Sumber: Republika]