Besoknya ntah mengapa Allah memberikan kesempatan padaku untuk menyampaikan kasus disitanya rumah kami oleh bank syariah tersebut kepada suamiku.
Suamiku sejak pagi terus2an bertanya… “aku merasa hidup dalam mimpi, apakah semua ini real? Aku lihat kamar ini bukan kamarku tapi aku lihat semuanya nyata, lantai plafon dan suster yg masuk membawa namaku semuanya nyata, dan aku lihat ada perlengkapan sikat gigiku diujung sana. Jadi ini semua kenyataaan kan ya? “
Aku memandang wajahnya lekat2 dan mengatakan “sayang, semua ini nyata. Tau ga kenapa kamu ada di RS ini? Itu karena ada kelainan dengan darah kamu, kami bawa kamu ke RS ketika kamu jatuh di kamar mandi di rumah. Allah tuh lagi sayang banget sama kamu, kamu dikasih kesempatan untuk menggugurkan dosa dg datangnya sakit di setiap bagian tubuhmu ini. Dan semoga Allah memberikan derajat yang lebih tinggi untukmu. Dan benar kita tidak sedang bermimpi, bahkan kita tidak akan pernah kembali ke rumah kita karena rumah sudah di ambil bank”
Suamiku memandangi aku seakan tidak percaya… tiba2 dia berteriak “Allahu Akbar, Alhamdulillah akhirnya aku bebas utang. Aku mau shalat dan sujud syukur”
Dia yang tadinya tidak bisa dan tidak mau shalat tiba2 tayamum, dan shalat sambil duduk. Juga dia mengeraskan bacaannya. Subhanallah ternyata dia langsung kembali hafal surat2 panjang.
*Ya Allah sesungguhnya bagi manusia kehilangan rumah adalah cobaan tapi ternyata ini adalah “obat” dari langit yang engkau turunkan untuk suamiku. Tak bisa dibayangkan jika suamiku masih belum bisa shalat menjelang ajalnya. Akupun ikut sujud syukur dengan derai air mata haru tanpa henti….* (-)