Nikmat Yang Tak Bisa Kudustai

Sebuah keluarga adalah tempat pertama kita belajar, sebuah keluarga yang baik dapat menciptakan sebuah generasi yang baik pula. Tak dapat dipungkiri bahwa peranan Orang tua sangat berpengaruh dengan tumbuh kembangnya sikap dan mental seorang anak.

Adapun sebuah keluarga yang baik selalu memberikan tauladan dalam kesehariannya, dalam tingkah laku dan juga dalam beribadah, Saya ingin berbagi sedikit gambaran tentang keluarga yang telah membesarkanku.

Aku anak ke-4 dari 4 bersaudara, aku memiliki 1 kakak laki-laki dan 2 kakak Perempuan. Ayahku menderita sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa beraktifitas seperti orang kebanyakan, ya ayahku mengidap penyakit stroke sejak sebelum aku dilahirkan. kira-kira lebih dari 20 tahun dan selama itu Ibu dan Kakak tertuaku yang menghidupi kami sekeluarga.

Saat ayah terkena stroke kakak tertuaku (yang laki-laki) masih duduk di bangku SMP kelas 3 dan kakak-kakakku yang lainnya baru duduk di bangku SD. Saat itu Aku masih dalam rahim Ibuku. Sebuah Cobaan yang begitu besar ketika seorang kepala keluarga yang memiliki anak-anak yang masih kecil-kecil tidak bisa lagi menafkahi keluarganya, jangankan untuk mencari rizqi untuk mengurusi dirinya sendiripun tak bisa sehingga makan, mandi dan buang hajatpun harus dilakukan disatu tempat yaitu diatas kasur karena bergerakpun Ia tak bisa.

Ibu yang waktu itu adalah wanita yang masih berusia muda, namun ketika ayah sakit Ibu tidak serta merta meninggalkan ayah begitu saja. Sejak saat itu Ibu yang masih mengandung aku harus menghidupi ketiga orang anaknya dan suami yang terbaring tak berdaya. Aku juga pernah mendengar ada wanita lain yang mengalami hal serupa dengan Ibuku namun ketika suaminya sakit Ia memutuskan untuk meninggalkannya dan menikah lagi. Aku bersyukur mempunyai seorang Ibu yang begitu sabar dan Ikhlas dalam menjalani hidup.

Begitu ayahku sakit maka tak ada lagi yang memberi keluarga kami nafkah hidup. akhirnya Kakak tertuaku yang baru lulus SMP harus rela tidak meneruskan pendidikannya kejenjang berikutnya. Padahal disatu sisi Kakakku memiliki nilai NEM cukup besar yang dapat membuatnya masuk kedalam sekolah negeri. Sejak saat itu Kakak ikut bekerja dengan Paman (adik dari ayah) di sebuah bengkel sepeda kecil. Seorang anak kecil menjadi tulang punggung salah satu penopang kehidupan sebuah keluarga.

Disela waktu antara mengasuh anak dan mengurusi ayah yang sakit Ibu harus tetap bekerja, bekerja apa saja yang bisa di kerjakan dari mencuci pakaian tetangga sampai menjadi pembantu di rumah orang kaya di dekat rumahku. selama mengurusi anak-anaknya Ibuku dibantu oleh kakak ke-2 ku yang juga harus rela tidak melanjutkan pendidikannya ke bangku SMP dan harus menjaga adik-adiknya setiap hari.

Kehidupanpun perlahan membaik ketika kami (aku dan Kakak-kakakku) beranjak dewasa Kakak pertamaku akhirnya bisa menjadi karyawan di pabrik dekat rumahku kami menyewakan salah satu kamar dirumah kami. karena sebelumnya Kakak sering sekali menjual beras yang kami dapatkan dari tetangga untuk memenuhi kebutuhan hidup.

walau sesulit apapun kehidupan kami kala itu kami tak pernah diajarkan untuk meminta dari orang lain. Kami pun disekolahkan di sekolah yang selalu mengjarkan agama yaitu Madrasah Ibtidiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Setiap malampun kami diwajibkan mengaji Dengan seorang Ustadz didekat rumah. Sehingga masalah agama selalu ada dan tertanam dalam diri kami. walau keluarga kami tidak berpendidikan tinggi, Ayah dan Ibu hanya lulusan SD, Kakak tertuaku lulusan SMP, kakak ke-2 ku lulusan SD, kakak ke-3 berhenti saat kelas 2 SMP hanya Aku yang dapat bersekolah lebih baik dari saudara-saudaraku itu juga karena kakak ku yang selalu mendorong dan membiayai ku selama ini. Aku lulusan STM dan akan melanjutkan keperguruan tinggi Insyaallah.

Keluarga inilah yang membesarkanku, keluarga inilah yang mendidikku dan keluarga inilah yang membuatku seperti sekarang ini.

Aku belajar tentang SABAR dan IKHLAS dari Ibuku, Aku belajar akan TANGGUNG JAWAB dan KOMITMEN dari Kakakku, Aku belajar akan KEIMANAN dan KETAQWAAN dari ayahku yangsekarang ini sudah lebih baik, beliau sudah bisa beraktivitas walau tak seperti orang kebanyakan. Ia tak pernah meniggalkan shalat, selalu puasa dan mengaji, beliaulah orang yang pertama yang selalu menegurku bila Aku belum shalat walau sudah datang waktu, sungguh keadaan fisik tak menghalanginya untuk beribadah.

Aku bersyukur atas keluarga ini aku bersyukur dilahirkan dan dibesarkan di keluarga ini. Bagiku Tak ada nikmat yang lebih besar dari memiliki keluarga ini. Semoga Allah dapat meridhai keluarga ini dan kami sekeluarga dikumpulkan kembali disurga nanti.Amien.

ussyaqulhurain.multiply.com