Eramuslim.com – Ada satu makna sederhana yang dapat kita ambil ibrahnya dari bulan Ramadhan ini. Hikmah tersebut adalah kenikmatan menahan dan mengelola hawa nafsu ternyata membuahkan kenikmatan ruhani. Yang menjadi suplemen inti kenikmatan jasmani sehingga membuat siapapun merasakan kenikmatan saat memakan hidangan ta’jil. meski dengan beberapa butir kurma dan segelas air putih.
Cobalah bayangkan seandainya kita tidak sedang shaum, segelas air minum dan butiran kurma itu tidaklah akan menjadi hidangan istimewa meskipun di tempatkan sebagai menu menyambut adzan maghrib. Jika sejak pagi kita makan bubur ayam, siangnya rutin lunch bareng temen, sorenya ngemil, apakah akan hadir kelezatan ifthar itu ketika adzan maghrib berkumandang?.
Keadaan yang sama dapat kita temukan saat bersahur. Dini hari merupakan waktu yang sangat tidak wajar bagi orang dengan rutinitas normal untuk menyantap makanan sebagai bekal nutrisi untuk siang harinya. saat sahur itu, kadang meski dihidangkan menu makanan yang istimewa, tetaplah selera makan kita tidak sebesar makan siang atau saat lapar. Kesimpulannya, jikalau tidak ada perintah dan penyebutan keutamaan sahur oleh baginda Nabi saw, tentu banyak orang akan meninggalkan sahur ini meski siang harinya berniat shaum.
Rutinitas pokok orang bershaum di bulan ramadhan ini sepertinya memang mau tak mau selalu membuahkan kegembiraan pada para pelakunya, kaum muslimin. seberapapun kadar iman mereka. saya yakin akan hal ini karena, ramadhan selalu dihitung hari demi harinya. setidaknya para penceramah tarawih begitu rajin menghitung hari Ramadhan.