”Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara satu dengan yang lain. Sebab, seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain, tidak diperkenankan menzalimi, menipu, atau melecehkannya.” (HR Muslim).
Semakin hari, kezaliman itu semakin menjadi-jadi di negeri kita. Jika dibiarkan, aksesnya bisa membahayakan generasi muda mendatang, bahkan umat Islam umumnya. Televisi merupakan salah satu faktor yang membuat kezaliman itu tumbuh subur. Betapa tidak, tayangan-tayangan di televisi jarang sekali mengusung pesan yang mendidik. Contohnya, sinetron anak muda.
Sinetron tentang remaja sekarang yang ditampilkan penuh dengan gaya glamor dan menampilkan setting rumah-rumah mewah. Ini tidak cocok dengan realitas di Indonesia yang ditimpa krisis ekonomi di hampir semua sektor. Apalagi, gaya hidup hedonisme ala Barat seperti pacaran, ciuman, bahkan oleh remaja SMP. Masya Allah, mau jadi generasi muda nanti jika terus diracuni tayangan-tayangan seperti itu?
Pengaruh tayangan televisi tidak main-main. Kita tentu masih ingat pernah terjadi anak-anak SD yang tewas gara-gara mempraktikkan tontonan smack down di televisi. Apalagi, gaya hedonis lewat sinetron bisa memengaruhi anak dari keluarga yang pas-pasan. Di Surabaya, tidak sedikit remaja yang masuk bui hanya karena mencuri HP. Perbuatan tersebut dia lakukan hanya karena ingin tampil gaya. Iklan yang sering muncul di televisi juga berpengaruh besar.
Beberapa iklan begitu menyesatkan dan membahayakan. Saya sangat resah ketika melihat iklan Mama Loren di televisi yang katanya bisa meramalkan nasib manusia. Astaghfirullah. ”Iki wis gak bener, ” gerutu saya kepada beberapa kawan di pengajian. Manusia kok berani menyamai Allah dengan meramal nasib manusia lainnya. Masya Allah. Anehnya, iklan ramal-meramal tersebut makin marak dan dibiarkan demi meraup keuntungan.
Saya hanya bisa mengelus dada dengan fenomena kurang baik tersebut. Yang memprihatinkan, tidak sedikit yang kepincut dan percaya begitu saja dengan ramalan-ramalan itu. Padahal, hanyalah kepada Allah, kita harus menyerahkan segalanya. Allah lah yang menentukan dan menetapkan rezeki, maut, dan jodoh manusia. Tayangan iklan tentang iklan itu sama dengan perbuatan syirik. Sedih rasanya, justru iklan menyesatkan tersebut dibiarkan tayang terus-menerus.
Allah berfirman: ”Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti, kecuali dugaan saja. Sesungguhnya, dugaan itu tidak bisa mengalahkan kebenaran. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS Yunus: 36). Kalau meramal tidak diperbolehkan, apalagi mempercayainya. Sungguh terlalu mereka yang hanya mementingkan keuntungan tanpa memandang efek negatifnya lewat iklan menyesatkan itu. Jika kezaliman semakin menjadi-jadi, tak salah bila negeri ini terus didera berbagai musibah dan bencana. ”Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima sholatnya selama 40 hari”. (Hadist Riwayat Muslim).
”Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu mempercayai apa yang dia ramalkan, maka dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam.” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Masa depan, maut, dan rezeki adalah rahasia Allah. Jangan lagi kita dibodohi oleh iklan-iklan ramalan seperti itu. Apalagi, paranormal hanya manusia biasa yang mereka pun tak bisa menghindar dari kuasa Allah SWT. Bohong bila mereka bisa menjanjikan mengetahui masa depan atau melancarkan rezeki. Naudzu billah min dzaalik.
Seorang muslim hanya boleh menyerahkan semua kepada Allah, bukan mempercayai kesesatan seperti ramalan nasib, masa depan, jodoh, atau rezeki. Sesungguhnya, para peramal itu mendapatkan pengetahuannya dari jin. Padahal, jin sama seperti manusia. Ada yang baik dan jujur, tapi lebih banyak yang penuh tipu muslihat menyesatkan. Karena itu, umat Islam harus bijak dan cermat dalam menonton tayangan-tayangan di televisi. Para orang tua harus memperhatikan tontonan bagi anak-anak mereka. Sebab, pada dasarnya, tayangan sinetron dan iklan sekarang sangat tidak mendidik. Jangan biarkan kezaliman itu memengaruhi psikologis si kecil akibat tayangan-tayangan tersebut. "Rabbana zhalamna anfusana, wainlam taghfirlanaa, lanakunannaa minal khasiriin.." [email protected]