"Wal mursalaati ‘urfa. Fal’ashifa ti ‘ashfa…"
Surat Al-Mursalaat yang dibacakan imam Mishary Rashed Al-Efasy itu akhir-akhir ini sering sekali saya dengarkan berulang-ulang, begitu juga oleh anak-anak saya.
"Mama.nomor berapa?" tanya anak saya bila ingin mendengar surat Al-Mursalaat itu.
"Klik aja nomor 77," jawab saya.
Maka mengalunlah bacaan surat Al-Mursalaat dari komputer saya.
Belum sampai ayat kelima, surat Al-Mursalaati terdengar lagi dari ayat pertama. Anak-anak saya suka sekali mengikuti bacaan itu, ikut melagukannya seperti imam Mishary.
"Ii na, Urfa to Asfa… (enak ya, Urfa dan Asfa)," celetuk Kiki menyebut nama sepupunya.
"Kenapa?" tanya saya.
"Iya, namanya pakai nama dari Al-Quran. Artinya bagus banget. Kiki juga mau nama dari Al-Quran."
Beberapa hari lalu saat membuka Al-Quran terjemahan, saya katakan kepada anak-anak saya arti nama Urfa dan Asfa. Mereka kelihatan terpukau mengetahuinya dan mengatakan ingin juga namanya dari ayat-ayat Al-Quran.
Malah Kiki mempertanyakan kenapa namanya tidak diambil dari Al-Quran. Memang nama-nama anak kembar saya itu tidak diambil dari Al-Quran. Suami ingin anak-anaknya memakai nama Jepang, sesuai dengan kewarganegaraan mereka.
Nama Kiki adalah Satsuki berarti ‘bulan yang kecil’. Orang-orang suka sekali memandang bulan yang bersinar terang, yang memancarkan cahaya di malam yang gelap. Menyejukkan, menenangkan dan membuat senang siapa pun yang memandang cahayanya.
Nama Chichi, Chifumi artinya ‘seribu pendidikan’. Agar Chichi banyak belajar dan memperoleh berbagai ilmu yang bertebaran di muka bumi.
"Nama Kiki juga bagus artinya," puji saya.
"Tapi Kiki maunya nama dari Al-Quran, seperti Ulfa dan Asfa…" pinta Kiki.
"Yah.sudah. Chichi dan Kiki ayat yang berikutnya aja, ya.. Ayat ketiga artinya malaikat-malaikat yang menyebarkan rahmat Tuhannya dengan seluas-luasnya, terus, ayat yang keempat, artinya malaikat-malaikat yang membedakan yang baik dan buruk dengan jelas," kata saya beruntun.
Chichi, anak pertama saya langsung minta ayat ketiga untuknya.
"Berarti Kiki ayat yang keempat, ya.Kiki harus bisa bedain mana yang baik dan buruk, lho ya…," kata saya memutuskan.
Terlihat jelas binar-binar kebahagiaan di mata mereka. Alunan surat Al-Mursalaati terdengar berulang-ulang hari itu.
"Ah, tak apalah, mereka menganggap ayat ketiga dan keempat itu sebagai nama mereka," batin saya.
***
Setiap orang tua tentunya berhati-hati memilihkan nama untuk anaknya.
Mereka berusaha memberikan nama yang baik dengan harapan anaknya sesuai dengan arti namanya. Nama yang bermakna baik akan memberi pengaruh yang dapat menggerakkan hati dan sifat optimisme pada si empunya nama.
Seperti adik ipar saya yang beberapa bulan lagi akan menimang anak pertamanya, begitu hati-hati dan cermat dalam menentukan nama. Buku kumpulan nama-nama Islami pun dicermatinya.
Atau bayi laki-laki yang kelahirannya ditunggu selama 40 tahun oleh keluarga kerajaan Jepang, diberi nama Hisahito yang mempunyai arti tenang, abadi, bersifat berbudi baik, suci.
Selain memilih nama dengan arti baik, sesuai harapan orang tua dan keluarga, juga menghindari pemberian nama yang bisa jadi bahan ejekan atau dipelesetkan menjadi arti yang kurang baik.
Islam melarang pemberian nama pada anak yang berarti ketidakberuntungan, kesialan, kesedihan, kekurangan, bencana atau yang membuat penyandang namanya bersifat pesimis. Karena nama adalah harapan dan doa dari orangtua untuk anaknya, juga sebagai pengenal di akhirat kelak.
Sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, "Sesungguhnya kalian pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian, maka baguskanlah nama-namamu." (HR Muslim).
Seorang sahabat datang kepada Rasulullah dengan menggandeng anaknya, lalu dia bertanya, "Ya, Rasulullah, apa hak anakku ini atasku?
Rasulullah menjawab, "Membaguskan namanya, memperbaiki adabnya (sopan santun) dan menempatkannya pada kedudukan yang baik (fisik dan spiritual)." (H.R. Aththusi).
Wallahu’alam bishshowab.
Nagoya, 13092006 [email protected] (flp-Jepang)