"Kajian tafsir jalalain nanti malam seperti biasa, tolong beritahukan yang lain," sms dari Ustad Zainal, segera saya forward sms itu takut lupa karena kesibukan di klinik, 3 kali sudah pertemuan kami tertunda.
Malamnya saya baru bisa berangkat ke Masjidillah dengan lyn G menjelang sholat isya karena baru mendapat konfirmasi, ternyata sudah ada 2 akhwat di sana. Dan kajian pun akhirnya dimulai setelah shalat Isya’.
"Kitabnya ditutup dulu aja,” kata ustad sembari mengeluarkan boadmarker-nya.
Saya hanya bengong, dan berpandangan dengan Aulya yang duduk di samping saya.
"Hari ini kita evaluasi perjalanan belajar kita selama kurang lebih satu tahun ini," timpal ustad semakin meyakinkan apa yang akan kami hadapi malam ini.
"Weeee, ujian nih? Nggak belajar, nggak siap, bahkan mungkin lupa beberapa tafsir ayatnya," gerutu dalam hati.
"Kita coba flash back, sebenarnya target kita belajar apa selama ini? "
Saya menarik napas lega, “Alhamdulillah.”
Giliran pertama Pak Nono yang jawab, "Bisa baca kitab, bisa paham arti dan tafsirnya.”
"Semua sepakat ya, terus sekarang saya tanya, kira-kira sudah berapa persen bisa baca kitabnya?"
“Kira-kira 40%,” tukas Pak Nono.
Ustad lalu menunjuk saya, "Anti?"
"He…idem ustad, 40%," saya nyengir.
"Standarnya 40% apa? Kalau ada 10 baris berarti cuma bisa baca 3 baris saja," duh malunya, tak terasa sudah 1,5 tahun yang lalu…ini nih gara-gara kalau yang masuk tambal tutup.
"Dari sejak pertama kali kita belajar tafsir jalalain ini memang sebuah niat yang baik, tetapi tiap tahun kita harus punya targetan yang jelas. Kemarin saya sudah bicarakan dengan Pak Nono, kalau mulai besok, kita ganti dengan hadist Arbain Imam Nawawi, bagaimana? Idenya bagus, silakan antunna terima atau tidak masukannya," tawarnya. Mending begitu deh, nggak papa. “Kalo antum mau mengkhatamkan jalalain, bisa 10 tahun baru selesai," bikin nyali makin ciut.
"Walaupun kita bukan organisasi profesional, tapi kita sudah harus mulai profesional dalam mengelola diri kita. Semua harus ada target," ustad kembali menyemangati. Diambillah kata mufakat target tahun ini adalah mengkhatamkan Hadist Arbain Imam Nawawi.
Saya menjadi semakin tergelak ketika ustad menambahkan beberapa fragmen hikmah yang ada di film Rambo dan Sniper, pikir saya, ustad Zainal up to date juga.
Kenapa dengan Rambo dan Sniper? Apa hubungan mereka dengan pelajaran kami?
"Rambo, memiliki banyak peluru, dia jago tembak, tapi tak semua pelurunya ditembakkan tepat pada sasaran. Sedangkan sniper, si penembak jitu. Satu peluru untuk satu orang.
Betapa pentingnya harga sebuah peluru untukknya. Begitu juga ketika antunna belajar bahasa arab. Antum sebenarnya sudah punya peluru-peluru itu, tapi belum tentu bisa seperti sniper. Karena, kita tidak tahu target kita apa dan siapa. Oleh sebab itulah perlunya kita membuat manajemen target."
Subhanallah, selama setengah tahun belajar tafsir jalalain yang terkesan seperti tabrak lari, mulai malam ini, saya bertekad ingin berbeda. Kita memang tidak dituntut untuk sebuah hasil. Tapi hasil yang baik itu perlu. Bahkan sangat penting artinya bagi seorang muslim. Target juga berfungsi sebagai bahan evaluasi terhadap sebuah proses yang kemudian menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berarti.
Allah telah memberikan segala yang terbaik tanpa kita minta. Khasanah sebagai insan yang sempurna (At-tin : 4) dengan berbagai karakter (Al Hujurat : 13), kesempatan kita bisa mengenal Islam dan belajar mendalami ketingian ilmunya, nikmat waktu luang karena 24 jam bagi masing-masing orang nilai efektifnya relatif berbeda, dan yang paling penting adalah kecintaan akan ilmu yang Allah hujamkan dalam sanubari kita.
Hasil yang baik perlu proses yang baik pula. Dalam sebuah proses kita perlu menentukan target yang merupakan sebuah keniscayaan bagi seorang muslim. Target dapat melahirkan karakter muslim sejati. Rajin, teliti dalam bekerja, disiplin, sabar dan lainnya. Tanpa target dan tujuan yang jelas, hidup akan jalan tanpa arah.
Sebuah target tidak dicapai dengan begitu saja. Tapi diperlukan kiat-kiat tersendiri. Yang pertama kita harus realistis dengan mampu membuat analisa sesuai dengan kemampuan kita, yang kedua adalah spesifik sehingga kita mudah mencapainya tanpa menafikan rintangan-rintangan di tengah jalan yang mungkin akan muncul, yang ketiga adalah usaha yang maksimal (Ar Ra’du : 11). Keempat adalah optimis karena dengan bermodalkan keoptimisan akhirnya Islam tersebar ke seluruh dunia. Dan inti dari ibadah adalah sabar dan doa. Semua kiat dan usaha yang kita lakukan harus diiringi dengan untaian doa sebagai wujud penghambaan seorang insan kepada Khaliqnya. Sungguh kita jangan pernah letih, malu atau sungkan.
Namun ada pula hal-hal yang harus kita waspadai diantaranya rasa cepat puas, ujub, lalai dan mudah terlena. Jangan sampai ia menjadi duri di tengah perjalanan kita. Dan mungkin jika sudah sampai di titik ini kita perlu berhenti sejenak. Berhenti untuk sebuah evaluasi, menambah energi, dan kembali menata niat.
“Target kami sederhana, resolusi 1432 H adalah bisa baca dan menafsirkan Hadist Arbain Imam Nawawi.” Bagaimana dengan antum? Apa target antum hari ini? Minggu ini? Bulan ini? Tahun ini? Hidup ini? Wallahu a’lam.